Zidan sudah keliling ke seluruh pondok tapi tetap tak menemukan zahra.
" aneh. Kemana dia?" Gumam zidan
Dia kembali memeriksa seluruh pondok, bahkan dia memeriksa sekolah beserta kelasnya tapi tetap tak menemukan zahra.
Jam menunjukan pukul 01:36 tapi zidan tetap tak bisa menemukan zahra. Entah kenapa dia merasa sedih, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke ndalem.
" Assalamualaikum." Salam zidan saat memasuki ndalem.
" Waalaikumsalam." Jawab abi dan umi bersamaan, Mereka duduk di ruang tamu menunggu zidan pulang.
" Loh, Abi sama umi belum tidur?" Tanya zidan sambil duduk di sova berhadapan dengan kedua orang tuanya.
" Belum. Kamu darimana kok baru pulang?" Tanya abi.
" Dari keliling bi."
" Keliling sampai jam segini?" Tanya abi lagi, Zidan hanya mengangguk.
" Emang ada masalah ya nak? Tumben sekarang kamu keliling tiap hari, pulangnya selalu larut malam pula." Tanya umi.
" Nggak kok mi." Ucap zidan agak kaku.
Zidan takut bila abi dan uminya tau kalau saat keliling dia selalu bertemu zahra, dia tak mau zahra kena masalah. Entah mengapa hatinya merasa kasihan dan tak rela.
Kening umi dan abi mengerut, mereka tau bahwa ada yang di sembunyikan putranya. Ya namanya juga orang tua, jadi pasti sadar dengan gelagat putranya yang berbeda.
Abi dan umi saling bertatapan lalu tersenyum aneh.
" Yaudah kalu nggak ada apa-apa." Kata abi sambil menatap zidan dan yang di tatap hanya tersenyum kaku.
" Oh iya mi, besok abi mau ke rumah pak kaseno di kampung sebelah." Ucap abi pada umi.
" Iya bi, mau berangkat jam berapa?" Tanya umi.
" Kayaknya pagi mi."
" Yaudah. jangan lupa bawa payung bi, sekarang musim hujan takutnya nanti di sana hujan."
" Iya mi, tapi payungnya mana ya? Abi cari kemana-mana gak ada."
Deg
" mati aku." Batin zidan panik. Dia lupa mengambil payung yang di bawa zahra. Bagaimana mau ambil kalau dia tidak bertemu zahra.
" Loh. Biasanya kan di belakang pintu dapur."
" Gak ada umi."
Umi menatap zidan dengan tajam.
" Zidan. Kemarin payungnya kamu pake kan? Sekarang di mana?"
Abi ikut menatap zidan tapi dengan tatapan biasa.
Zidan diam, dia bingung harus beralasan apa.
" Duh gimana nih? Aku gak mungkin bohong ke umi. Tapi aku juga kasian sama zia, gimana kalau nanti dia kena masalah?" Batin zidan bingung
" Zidan. Umi harap kamu berkata yang sejujurnya." Ucap umi karna tak segera mendapatkan jawaban dari zidan.
Zidan diam beberapa saat lalu mangatur nafasnya supaya bisa tenang dan tidak tegang. Zidan mengakui kalau dirinya tidak akan bisa berbohong pada uminya.
" Ada seorang santriwati yang selalu keluar malam mi. Saat malam hari, dia akan mencari tempat yang sunyi dan terbuka. Katanya dia suka tempat yang seperti itu. Kemarin saat hujan, zidan liat dia ada di sekolah, di tengah lapangan sambil hujan-hujanan jadi zidan kasih payungnya ke dia lalu zidan suruh balik ke asrama." Jelas zidan panjang lebar.
" Maksud kamu zahra?" Tanya umi memastikan.
" Zahra?" Tanya zidan balik.
memang zidan masih belum tau nama asli zahra, zidan hanya asal memanggil zia yaitu singkatan dari azalia.
" Iya. yang kamu maksud itu zahra kan? Azalia zahra?"
" Iya dia mi! jadi umi tau?" Zidan semakin bingung dengan situasi ini.
Umi sudah tau tapi kenapa zahra tak di hukum?" Zidan. Zahra itu memang seperti itu, sebelum melakukannya zahra sudah izin sama abi dan umi, Kita juga mengizinkan." Jelas umi pada zidan.
" Kenapa di izinkan mi?"
" Itu memang sudah kebiasaan dia jika ada masalah. dia selalu keluar malam untuk melihat langit, jika tak melakukannya dia akan semakin sedih. Makanya kita biarkan saja, toh dia tidak aneh-aneh."
" Kalu terjadi apa-apa gimana? Dia itu perempuan mi." Ucap zidan ketus.
Zidan kesal dengan orang tuanya yang malah membebaskan zahra berkeliaran malam hari, bahkan sendirian.
" Dia bisa jaga diri kok. Lagian jarang-jarang dia keluar malam, paling pas ada masalah." Sahut abi
" Bi. Zidan udah beberapa kali ketemu terus sama zahra, itu yang di bilang jarang-jarang?"
" Mungkin dia lagi banyak pikiran. Udalah dan, nggak usah di fikirin. Zahra gak bakal kenapa-napa."
" kita nggak tau apa yang akan terjadi di masa depan bi. Bagaimanapun zahra itu perempuan, bahaya kalu perempuan keluar malam-malam apalagi sendirian." Ucap zidan dengan raut wajah yang hawatir.
Abi dan umi bingung dengan sikap zidan. Sejak kapan anaknya hawatir dengan perempuan yang bukan mahramnya.
" Zidan, kamu suka sama zahra?" Abi bertanya dengan serius.
Zidan diam, dia sendiri tak tau dengan apa yang sedang di rasakannya ini. Awalnya dia berfikir bahwa zahra hanya seorang santriwati yang tak taat pada aturan, tapi seiring waktu dia juga hawatir bila terjadi sesuatu pada zahra, dia juga sedih dan kecewa saat tak bisa bertemu zahra.
Zidan belum pernah merasakan perasaan ini, jadi dia tak berani mengambil kesimpulan dulu.
Umi faham apa yang sedang di difikirkan zidan, Putranya memang tak pernah jatuh cinta, bahkan dia selalu menjauh bila ada perempuan yang mendekat.
" Sholat dulu nak. Perjelas perasaan mu, tanyakan apa yang kamu rasakan ini pada Allah. Jika memang kamu menyukainya, segeralah mengkhitbahnya, jangan sampai kamu tergoda dengan bujuk rayu setan." Ucap umi membuyarkan lamunan zidan.
Zidan tersadar dari lamunannya, dia mengangguk mengerti ucapan uminya dan berjalan ke kamar untuk melaksanakan sholat tahajud.
Abi dan umi hanya diam memandang putranya yang masuk kamar lalu senyuman terbit di wajah mereka.
" Zidan bakal nikah ya mi?" Tanya abi pada umi.
" Nggak tau bi, kita ikuti aja alurnya. Jodoh gak bakal kemana."
" iya mi."
" yaudah. Ayo tidur bi, ini udah malem."
" Iya."
Lalu abi dan umi masuk ke kamar dan tidur.
Jangan lupa vote & comen.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS ZIDAN
RomanceZahra sudah lama memendam rasa pada Gus zidan, tapi pada akhirnya ia berusaha untuk melupakannya karna ia sadar bahwa dirinya hanya seorang santri biasa.