9

739 33 10
                                    

Zahra barusaja tidur, tiba-tiba ada orang yang membuka pintu dengan keras hingga terbanting. Zahra bangun dengan terkejut, matanya berkaca-kaca siap untuk menumpahkan isinya.

"HUUAAA..." tangis zahra dengan kencang.

Abda menatap alan dengan tajam karna telah membangunkan zahra. Alan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Salam dulu bisa?" Tanya abda dengan nada yang dingin.

Alan menyengir lalu mengucapkan salam "Assalualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab abda ketus.

"Kak zahra baru aja tidur tapi sekarang udah bangun lagi."

"Iya-iya maaf, kakak nggak sengaja."

Abda memutar bola malas, dia benar-benar kesal.

"Udah sini kakak yang gendong."

Abda memberikan zahra pada alan dan langsung di sambut olehnya.

Alan menggendong zahra ala koala lalu menyandarkan kepala zahra pada dada bidangnya. zahra diam saat di perlakukan dengan lembut oleh alan. Dia mendusel pada dada bidang alan dan mulai tertidur.

Abda memilih rebahan di kasur zahra dan mulai memejamkan matanya.

"Kikiii, mau jalan-jalan." Gumam zahra yang masih bisa di dengar alan.

Alan langsung berjalan keluar kamar mengajak zahra jalan-jalan di dalam rumah.

Saat di ruang tamu, alan mendengar ada orang memencet bel. Dia melihat ke bawah dan mendapati zahra yang sudah tertidur pulas.

Alan bingung harus apa, dia tak tega membangunkan zahra. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu dengan zahra yang masih ada di gendongannya.

Saat membuka pintu, alan kaget mendapati abi umi dan zidan yang ada di depan pintu.

Abi umi dan zidan mematung melihat pemandanga yang ada di depan mereka. Zahra yang tertidur di gendongan alan dan alan yang mengelus punggung zahra.

Tangan zidan mengepal dengan kuat. Dia benar-benar ingin menonjok alan dengan brutal karna berani menggendong zahra seperti itu.

"Eh. kyai? Nyai? Ayo masuk dulu." Ucap alan dengan ramah.

Abi umi dan zidan masuk lalu duduk di ruang tamu. Alan pergi ke kamar papa dan mamanya untuk memberi tau kedatangan keluarga kyai Abdurrahman.

Papa segera menemui mereka sedangkan mama ke dapur membuat minuman untuk mereka.

Alan merebahkan zahra di kasurnya dengan perlahan, takut anak itu bangun. Lalu dia membangunkan abda agar ikut bergabung menemui keluarga kyai Abdurrahman.

"Jadi ada apa ya yai?" Tanya papa ketika semua sudah berkumpul.

"Maksut tujuan kami ke sini akan di sampaikan oleh anak saya, zidan." Ucap abi.

Kini semua mata menatap zidan dengan penasaran. Zidan mengatur nafasnya agar tidak gugup.

"Pertama-tama, kami kamari ingin bersilaturrahmi dan menambah saudara. Dan yang ke dua, saya ingin meminta izin untuk mengkhitbah zahra." Ucap zidan to the poin.

Keluarga zahra kaget dengan perkataan zidan. Hening sesaat lalu papa angkat bicara

"Saya berterimakasih atas kedatangan kyai Abdurrahman dan sekeluarga yang bersilaturrahmi ke rumah kami. dan untuk urusan yang ke dua, saya tidak bisa menjawabnya. Semua saya serahkan  pada zahra."

"Iya pak saya mengerti, sekarang zahranya mana ya?" Tanya abi

"Maaf kyai saya menyela. Zahra sekarang sedang sakit dan baru saja tidur, saya tak tega membangunkannya." Kata alan dengan sopan dan ramah.

Zidan mengepalkan tangannya, ingatan ketika zahra digendong alan masih terbayang-bayang di kepalanya.

Umi mengerti apa yang zidan pikirkan. Umi memegang tangan zidan supaya tenang dan hal tersebut membuahkan hasil, kini zidan mulai tenang.

"Maaf. Kalo boleh tanya, alan ini sipanya zahra ya? Kenapa tadi zahra bisa digendong olehnya?" Tanya umi pada keluarga zahra.

Papa dan mama langsung menatap alan dan abda dengan tajam. Sedangkan yang di tatap hanya cengengesan.

Papa menghela nafas mendengar kelakuan kedua putranya, mereka memang terlalu memanjakan zahra.

"Maaf jika kyai dan nyai melihat hal yang tak mengenakkan, kedua putra saya memang terlalu memanjakan zahra."

Kening zidan mengerut. Putra?

"Alan itu kakak zahra, lebih tepatnya kembaran zahra."

Abi umi dan zidan terkejut, mereka tak tau jika zahra punya kembaran.
Mereka mengangguk faham, dalam hati mereka lega karna ternyata alan ini mahramnya zahra.

"Maaf kyai, nyai, gus. Sekarang kak zahra sedang tak bisa di ganggu, jadi tanyanya besok saja ya." Ucap abda berusaha sopan.

Mama menyikut perut abda yang membuat laki-laki itu meringis. Papa menggelengkan kepala melihat kelakuan ibu dan anak itu.

"Maaf kyai, putra saya ini memang baru masuk ke pondok jadi ngomongnya ceplas ceplos."

Kyai abdurrahman memakluminya karna memang abda baru beberapa bulan masuk ke pondoknya.

"Nggak papa pak, namanya juga anak SMA." Ucap abi.

"Sekarang sudah larut malam, nggak enak kalu bertamu jam segini. Kami mau pamit pulang saja." Ucap abi karna hari memang sudah larut.

"Jangan kyai, perjalanan dari sini ke pondok membutuhkan waktu sampai 5 jam. Lebih baik kalian menginap saja di sini." Tawar papa.

"Nggak usah pak. Saya bawa supir kok."

Papa hanya mengangguk lalu mengantar kyai abdurrahman beserta keluarga sampai mereka berlalu dari halaman rumahnya.









Jangan lupa vote & komen.

GUS ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang