8

436 23 0
                                    

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam. Eh zahra?" Umi kaget saat melihat zahra berkunjung ke ndalem.

"Zahra mau izin mi."

"Izin? Ayo masuk dulu, kita bicara di dalem. Gak baik ngobrol di depan pintu."

Zahra menurut. Dia mengekori umi masuk ke ndalem. Mereka duduk di ruang tamu.

"Ada apa ra?" Tanya umi.

"Zahra mau izin pulang mi."

"Pulang? Emang ada acara apa?"

"Nggak ada mi. katanya mama kangen jadi zahra di suruh pulang." Umi mengangguk faham.

"Yaudah, hati-hati di jalan."

"Iya mi. Kalo gitu zahra pamit, assalamualaikum." Ucap zahra sambil menyalami tangan umi.

"Waalaikumsalam." Jawab umi.

Zahra keluar ndalem lalu berjalan menuju mobil yang sudah ada di depan gerbang. Di dalam mobil sudah ada alan dan abda.

Zidan baru selesai mengobrol bersama santri dan hendak kembali ke ndalem, dia tidak sengaja melihat zahra keluar dari ndalem. zidan memperhatikan zahra yang sedang berjalan sampai zahra masuk ke dalam mobil dan pergi dari depan gerbang pondok.

"Mau kemana dia?" Gumam zidan.

Zidan segera masuk ke ndalem dan mencari uminya.

"Umi pasti tau." Batinnya

Di ruang keluarga zidan melihat abi dan umi sedang menonton tivi, dia segera duduk bergabung dengan mereka.

Hening sesaat sampai zidan angkat bicara.

"Umi. Tadi zahra mau kemana? Kok naik mobil?"

Abi dan umi kompak menatap zidan dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Zahra pulang. katanya keluarganya kangen." Jelas umi. Zidan mengangguk mengerti.

"Gimana dan? Perasaan mu udah jelas?" Tanya abi.

"Udah bi."

"Terus hasilnya?" Kali ini umi yang bertanya.

Zidan tersenyum lalu berkata
"Bismillah. Zidan mau mengkhitbah zahra mi."

Kedua orang tua zidan langsung tersenyum bahagia.

"Alhamdulilah." Ucap abi dan umi bersamaan.

"Mumpung sekarang zahra lagi pulang, gimana kalo kita segera lamar dia bi?" Tanya umi pada abi.

"Hmm boleh aja mi. Tapi jangan besok ya, soalnya besok abi ada acara di desa sebelah."

"Iya bi." Ucap umi.

Zidan tersenyum mendengar percakapan orang tuanya, dia benar-benar bahagia. Dia harus segera mengkhitbah zahra sebelum kedahuluan alan.

***

"Wawaaa gendong." Ucap zahra manja.

Abda mendengus kesal, dia tidak suka dengan zahra yang terlalu manja, bahkan sangat-sangat manja. Saat ini hari ke 2 zahra ada di rumah tapi dia sudah terkena demam. Ini semua karna semalam zahra ngeyel untuk keluar melihat langit padahal di luar hujan, alhasil dia hujan-hujanan dan berakhir sakit.

"Wawaaa ayo gendooong." Kata zahra lagi dengan nada manja.

"Wawa gak kuat kak. Tunggu ya, bentar lagi kak alan pulang." Jelas abda pada zahra.

"Kiki lamaaa. Ayo gendooong." Ucap zahra yang kini sudah menangis dengan tangan yang merentang, minta untuk di gendong.

Abda makin panik, dia segera menelvon alan supaya cepat pulang dan menangani zahra.

"Assalamualaikum. Halo, Ada apa da?" Tanya alan di sebrang sana.

" Waalaikumsalam. Kak, kak zahra nangis minta di gendong, abda kan gak kuat. Gimana nih?" Tanya abda panik.

Dapat abda dengar bahwa alan menghembuskan nafas dengan kasar.

"Panasnya belum turun dek?"

"Udah kak, tapi katanya masih pusing."

"HUAAAA...WAWA GENDONG...HIKS... AYO GENDONG WAAA." Zahra menangis sejadi-jadinya karna tak segera di gendong  abda.

Abda makin panik, dia tak tau harus berbuat apa. Dia tak cukup kuat untuk mengangkat zahra, bisa-bisa mereka malah jatuh.

Alan mendengar teriakan zahra. Ia tau hal ini akan terjadi, memang zahra akan sangat amat manja jika sedang sakit. Ia ingin segera pulang tapi papa dan mamanya sedang mengobrol dengan teman kantor papa, dia tidak berani mengganggu mereka.

"Kamu pangku aja di kasur, peluk lalu usapin punggungnya. mungkin dia bisa diem."

Abda segera mematikan telvonnya dan menghampiri zahra yang sudah menangis tersedu-sedu.

Abda naik ke atas kasur dan bersandar di kepala ranjang. Dia menuntun zahra ke pangkuannya lalu memeluknya dan mengusap punggungnya.

Zahra langsung berhenti menangis meski masih terdengar suara isakan. Dia mendusel ke ceruk leher abda mencari kenyamanan. saat sudah merasa nyaman, zahra mengerjapkan matanya lalu tertidur dengan tenang.

Abda bernafas lega, akhirnya zahra bisa tidur karna sedari pagi zahra tak bisa tidur dengan nyaman.







Jangan lupa vote & komen

GUS ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang