Prolog

1.8K 74 2
                                    

Prolog

Maria sudah menangis di sudut toilet. Dua tangannya memeluk kedua lututnya sementara wajahnya menunduk. Tubuhnya bergetar hebat, sementara pria di hadapannya tengah menggeram frustrasi. Pria itu beberapa kali meninju dinding hingga membuat siku-siku jarinya mulai berdarah.
"Sialan!" umpatnya lagi. Dia sampai mengacak-acak rambutnya dan mengeraskan rahang.
Dia sempat menatap tubuh meringkuk itu sejenak. Ada tatapan rasa bersalah di sini. Gaun merah itu sudah sobek semakin tinggi, sementara tali bagian pundak sudah terputus.
"Persetan!" gertaknya lagi sebelum kemudian melenggak pergi meninggalkan Maria.
Tian berjalan cepat menuju taman di mana acara reuni masih berlangsung. Kemeja yang ia kenakan belum terkancing sempurna dan tentunya tampak berantakan. Dia berteriak-teriak memanggil nama temannya. Seketika suasana pesta Reuni tampak mencekam. Beberapa dari mereka menepi saat Tian berjalan maju.
"Bagas! Di mana kamu!" teriaknya begitu lantang. Wajahnya merah padam, membuat yang lain ketakutan.
Ada apa ini? Apa yang terjadi? Apa ada yang salah? Bisikan-bisan mulai bermunculan dan saling bersahutan.
Dan orang yang Tian cari, kini tengah duduk menikmati minumannya seolah ia tidak dengar teriakannya sedari tadi.
"Brengsek kamu!" Tian meraih tubuh Bagas--mencengkeram--bagian kerah lalu memelototinya.
"Ada apa sih! Tenang, Bro!" kata Bagas enteng seraya coba menyingkirkan kedua tangan Tian.
Tian semakin keras mencengkeram kerah itu hingga membuat bagas tercekik. Siapa pun yang menyaksikan kejadian itu, mulai merinding ketakutan. Bahkan Galih dan teman lainnya tidak berani untuk memisahkan.
"Apa yang kamu masukkan ke minuman itu!" Suara Tian penuh penekanan.
"Apa maksud kamu?" Bagas masih coba berusaha melepaskan diri dari tangan Tian. "Minuman apa?"
"Shit!"
Brak!
Bagas terjatuh menabrak meja setelah mendapat dorongan kuat dari Tian. Semua yang ada di sini mulai bertanya-tanya ada apa gerangan kenapa mendadak Tian marah-marah dan mengamuk. Galih selalu tuan rumah, pada akhirnya memutuskan untuk membubarkan acara. Tentunya mereka kecewa karena acara kacau, tapi Galih tidak mau ada kekacauan lagi.
"Astaga di mana Maria!" Dalam situasi genting saat ini, Rika baru teringat akan sahabatnya itu.
Kini lima orang yang tersisa di ruangan ini saling pandang. Tentunya tidak dengan Tian, pria itu masih memijat kening dan membuang muka. Tidak lama kemudian, mata mereka sama-sama membulat sempurna. Dan setelah itu, Rika berlari lebih dulu masuk ke dalam rumah, disusul Galih dan juga Sonya.
"Oh, Maria!" Rika menjerit saat itu juga. "What happened!"  Dia langsung ambruk menghampiri Maria yang masih meringsut.
Galih dan Sonya sempat saling tatap sebelum akhirnya membantu Maria yang tidak sadarkan diri. Rika yang khawatir, sudah menangis sesenggukan.
Galih membaringkan Maria di atas sofa. Ia ambil selimut seadanya untuk menutupi bagian paha Maria yang terlihat. Sementara Sonya, dia sudah sibuk mencari apa pun itu supaya Maria kembali tersadar. Dan Rika, dia masih menangis sambil mengusap wajah Maria yang sudah berantakan.
"Apa yang terjadi!" Galih ke luar lagi menghampiri dua orang yang masih setengah teler itu. Bagas terduduk dan membuang muka, sementara Tian tetap diam karena bingung harus berkata apa.
Karena tidak mendapat jawaban, Galih kemudian meraih kedua pundak Tian. Dia menatap tajam meskipun Tian sendiri terus menunduk.
"Katakan, apa yang sudah kamu perbuat pada Maria?" Galih mulai mengguncang tubuh Tian.
Tian sempat menoleh ke arah Bagas lalu kembali pada Tian saat otaknya sudah mulai menemukan jawaban. "Jangan bilang kamu ... kamu ... oh shit!"
Kalimat itu tidak selesai terucap. Galih menghentak kaki dan meraup kasar wajahnya.
***

Gara-Gara Reuni (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang