16

2.9K 196 81
                                    

.
.
.
.
.

"Niki, what are you doing?!" Ethan mengejar si bungsu yang kini sudah berada di depan pintu menjulang dimana Sunghoon ada dibaliknya.

"It's not a thing that you doing right!" ucap si bungsu penuh penekanan.

Niki menatap marah sang kakak. Ia masih terlalu kecil untuk mengerti, tapi ia bersikeras jika ini bukan sesuatu yang benar.
Memancing amarah Sunghoon dengan menyakiti kekasihnya.

"It's the only way."

"hyeong! Please! are you crazy. this is not the usual you."

Ethan yang Niki kenal selalu bijak mengambil keputusan, tidak pernah terburu-buru apalagi terpengaruh oleh pendapat berseberangan dengannya.

"Believe me, hanya ini satu-satunya cara terbaik untuk kita semua."

"No! it's just for your and grandpa's fuckin arrogance. You guys ignore Ben. I really don't care about the fuckin throne or the Southern Kingdom, Shit! Ben should know you guys are just fuckin losers"

"Please, stop. Niki ini semua masih terlalu rumit untukmu, jadi diam dan jangan ikut campur."

"Hyeong. C'mon. Apa sulitnya membiarkan mereka bersama? Kau dan Jake juga berbeda. Ibuku, Kau tidak lupa dia seorang manusia kan?"

Ethan menghela nafas. Yang dikatakan Niki semuanya benar. Tapi harus dengan cara apa ia menjelaskan pada adiknya itu jika ini bukan hanya tentang hubungan Sunghoon dengan manusia itu? Tapi menyangkut kehormatan keluarga kerajaan.

"Ah,, Kakek berkhianat,  Bahkan pada Ben, dia mengingkari janjinya. Apa kau menutup mata dengan semua itu?"

"Niki, I'm Sorry."

Ethan mengarahkan jemarinya pada sang adik, mengikatnya dengan sebuah tali panjang merah yang kuat.
Dengan sangat cepat tali itu melilit tubuh tinggi Niki.

"What are you doing! Argh! Hyeong!"

Ethan meletakkan tangannya pada leher si adik lalu sebuah kepulan asap sihir keluar darinya. Niki menjadi melemah setelah itu,

"I'm sorry Niki, I've told you, this is the only way for us." Ethan menangkap tubuh besar Niki sebelum adiknya itu terhuyung jatuh.

.

.

.

.

.

Sunghoon membuka matanya.

Merah. Iris matanya menjadi merah secara tiba-tiba belakangan ini.

Pandangannya berubah menjadi merah tanpa ia kendalikan. Sudah beberapa hari ia menyadarinya, ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Sejak sang kakek datang dan mengatakan tentang Sunoo, amarahnya meluap begitu saja. Jujur saja hingga detik ini ia masih tidak bisa menerima fakta Sunoo mungkin telah menjadi milik Jay. Walau itu adalah keinginannya.
Sunghoon tidak akan lupa itu.

Sesuai dugaannya menerima itu memerlukan waktu yang lama.
Dan ia tidak protes sebenarnya.
Ini keputusannya,, ini konsekuensi yang harus ia rasakan.

Tidak, Sunghoon tidak pernah sekalipun merasa dirinya pahlawan yang menyelamatkan hidup Sunoo. Justru ia akui jika ia adalah seorang pecundang. Pengecut yang bahkan tidak bisa egois dan lantang menggenggam cintanya.

Sunghoon tidak akan menyangkalnya sama sekali.

Setiap kali memikirkannya, rasa marah pada dirinya sendiri menyelimuti. Awalnya ia tidak menyadari, setiap pukulan yang mendarat di tubuhnya hanya seperti hembusan angin yang menyapu dengan lembut. Ia kira ini hanya sebuah pengalihan saking marah dan emosi tinggi yang melingkupi dirinya, tapi ia salah.

Minefields (SungSun/Sunsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang