13

1.5K 187 7
                                    

Sunoo bersiap dengan sebuah pakaian casual.
Kaos putih oversize dibalut dengan outer rajut hitam. Celana jeans longgar panjang lalu sepasang sepatu sneakers di kakinya.

Masker hitam ia pakai menyamarkan wajahnya. Ditambah dengan topi dan kacamata hitam.
Sempurna.
Akan sulit orang awam mengenali Kim Sunoo.
Aktor kelas 1 di Korea saat ini.

Setelah Jungwon memberinya cuti mulai semalam, ia sudah bertekat untuk mengunjungi neneknya, satu-satunya tempat yang ia yakini bisa memberinya kejelasan untuk perasaannya saat ini.

Sunoo pergi mengendarai mobilnya sendiri.
Mengabaikan tawaran baik Jay untuk mengantarnya.
Sejak kejadian itu, Jay lebih intens mendekatinya.

Sunoo mencobanya, ia memaksa dirinya sendiri untuk menerima Jay sepenuhnya. Tapi hatinya menolak.

Sejak saat itu, Sunoo mengabaikan Jay. Sepenuhnya.
Panggilannya, pesannya dan tawaran seperti mengantarnya ke Namwon.

Sunoo tidak ingin membebani hatinya lebih dari ini. Cukup.
Saat ini yang ia prioritaskan adalah mencari tahu apa yang terjadi pada hatinya.

Setelah itu, ia yakin akan lebih mudah menatanya nanti.

.
.
.
.
.

Sunoo melangkahkan kakinya menuju gerbang columbarium.
Area parkir terdapat sedikit di luar area Columbarium,jadi ia harus berjalan sedikit.

"Permisi!"

Sunoo menghentikan langkahnya.
Ah kakek tua peramal itu.
Sunoo tersenyum dibalik maskernya dan menunduk.

"Bukankah kamu artis yang dulu pernah kuramalkan?"

"Iya, kek,..."

Sang kakek mengeluarkan sebuah kertas dan bolpoint.
"Cucuku, dia sangat mengidolakanmu, dia tidak percaya bahwa aku pernah meramalkanmu dulu, bisakah aku meminta tanda tanganmu?"

"Oh tentu." Sunoo membubuhkan tanda tangannya dikertas itu.
"Haruskah ku tuliskan, Kim Sunoo pernah ku ramalkan disini!... Begitu?"

"Itu ide yang bagus!" Si kakek tertawa dengan ide Sunoo.

"Ingatan kakek masih sangat bagus, kurasa itu sekitar 3 tahun yang lalu.?"

"Benar. Sudah cukup lama, kalian terlihat sangat mencolok saat itu,."

"Kalian?" Tanya Sunoo heran. Tidak mungkin Jungwon kan?

"Iya, kalian sangat serasi satu sama lain... Cantik dan Tampan. Walaupun aura kekasihmu saat itu kurang baik, tapi mungkin karena dia baru saja kehilangan seseorang yang penting? Sebenarnya aku berniat menghibur saat itu."

Sunoo kembali terdiam.
Kekasih?
"Apa kakek ingat seperti apa wajahnya?"

Si kakek terlihat berpikir sejenak.
"Entahlah,... Yang kuingat kalian pasangan yang memiliki aura yang sangat cocok. Wajahnya,... Dia sangat tampan dengan tatapan dingin tapi senyuman yang hangat. Maaf ingatanku buruk tentang itu."

Sunoo mengangguk.
Apa yang ia harapkan dari laki-laki tua ini.? Tentu ingatannya tidak sebagus yang ia kira.

"Kalau begitu aku permisi kek."

Sunoo melangkahkan kakinya dengan ragu.
Kekasih? Otaknya masih berputar pada kata-kata itu.
Dan ya, kakek itu juga salah. Saat itu dia yang sedang berduka. Bukan pria yang dikatakan si kakek.

Oh baiklah. Mungkin ingatannya sedikit salah waktu itu.
Tertukar dengan pasangan yang saat itu juga diramal oleh si kakek. Itu bisa saja kan?

Sunoo memasuki lorong demi lorong columbarium. Langkahnya pasti menuju sebuah lorong di ujung dekat jendela.

Minefields (SungSun/Sunsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang