27

2.2K 335 21
                                    

Mentari pagi perlahan-lahan mulai menunjukkan sinarnya, seolah memberitahu penduduk bumi, jika hari baru telah tiba. Burung-burung pun mulai beterbangan seraya bernyanyi memamerkan suara indah mereka. Seolah tidak ingin kalah, sang angin pun berhembus lembut menghantarkan hawa dingin, yang membuat siapa saja enggan untuk beranjak dari tempat tidur.

Namun berbeda hal nya dengan Sasuke, ia sudah bangun satu jam yang lalu. Pagi ini, ia memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati segarnya udara desa Konoha. Walaupun matahari belum terlalu naik, namun beberapa warga desa sudah memulai aktifitas pagi mereka, bahkan ada beberapa yang akan pergi ke ladang.

Langkah kaki Sasuke terhenti, saat ia melihat seorang pria berusia sekitar enam puluh tahunan, tengah sibuk mengangkat beberapa keranjang buah dan sayur untuk diletakan di atas sebuah gerobak. Sasuke berjalan mengahampiri pria tersebut seraya mengambil alih keranjang buah yang akan di angkatnya.

"Biar aku membantumu," ucap Sasuke yang membuat pria itu terkejut, namun melepaskan genggamannya pada keranjang buah miliknya.

"Oh, terimakasih," ucapnya seraya tersenyum yang membuat kerutan di wajahnya terlihat jelas.

Tanpa kesulitan, Sasuke mengangkat keranjang yang isinya terdapat beberapa buah segar dan juga sayur. Dan tidak memerlukan waktu lama, semua keranjang itu kini sudah berada di atas gerobak.

"Aku rasa itu yang terakhir," ucap Sasuke.

"Ah, terimakasih, kau pasti salah satu penyidik dari Tokyo, bukan?"

"Ya, namaku Uchiha Sasuke," ucap Sasuke seraya membungkukkan badannya sedikit.

"Namaku, Fujiyama Hidari, duduklah dulu, aku akan membuatkan minuman sebagai rasa terimakasihku," ucap Hidari yang dijawab anggukkan oleh Sasuke.

Sasuke mendudukkan dirinya pada sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu, ia memandang beberapa orang yang pagi itu tengah lalu lalang. Pandangan matanya terhenti saat ia melihat seorang laki-laki tengah berbincang dengan seorang anak perempuan yang mungkin berusia sekitar enam tahunan.

"Bukankah dia Akiyama Daichi?" Pikir Sasuke.

Entah apa yang keduanya perbincangkan, tiba-tiba anak itu mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan Akiyama. Untuk beberapa saat, Akiyama diam berdiri seraya memperhatikan anak perempuan yang tadi berjalan menjauh.

"Aku tidak mempunyai apa-apa di dapurku, hanya ada teh dan beberapa roti," ucap Hidarai yang baru saja keluar dari rumahnya dengan kedua tangan memegang nampan yang berisi dua cangkir teh hangat, juga beberapa potong roti.

"Tidak apa-apa, itu cukup," ucap Sasuke yang kembali melihat ke arah Akiyama.

Hidari meletakan nampan yang ia bawa dia atas sebuah meja rotan, ia kemudian duduk bersebelahan dengan Sasuke.

"Namanya Akiyama Daichi," ucap Hidari yang mengikuti arah pandang Sasuke.

"Kau pasti sudah mengenalnya, bukan?" sambungnya lagi.

"Ya, dia anak dari kepala desa, juga cucu dari pemilik lahan gandum disini," jawab Sasuke.

"Itu benar, tapi..." Hidari menjeda kalimatnya sejenak yang membuat Sasuke menoleh.

"Mereka merupakan keluarga yang berantakan, saat Akihiko Daichi meninggal, tidak ada satupun dari mereka yang merasa kehilangan, bahkan tidak ada air mata di rumah itu, pada hari itu, mereka semua memakai topeng dan itu membuatku jengkel,"

"Air mata mereka mengalir hanya ketika mereka membaca surat wasiat dari Akihiko, mereka merasa kesal karena tidak ada satupun harta peninggalan Akihiko yang mereka dapat, apa yang sebenarnya mereka pikirkan, saat Akihiko sakit, tidak ada satu pun dari mereka yang mengurusnya, tapi saat dia meninggal, mereka meminta imbalan, bukan kah itu gila?"

I Can Hear Your StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang