20

422 76 0
                                    

Hari yang cerah bagi Xiaojun untuk kuliah, Hendery ga tau kemana udah berangkat duluan. Kayaknya ada yang aneh sama anak itu, tapi emang dia setiap hari aneh sih.

Sengaja hari ini Xiaojun lewat gerbang samping, supaya ngelewatin fakultas kedokteran dulu. Jujur aja, agak kepikiran perempuan yang kemarin dikit. Ya gimana, cantik sih.

Kalian tau kalau niat buruk itu tidak akan membuahkan hasil bukan? Yap, benar. Ga ketemu. Berharap apa sih sama anak kedokteran, mejeng di luar gedung fakultas? Sibuk bos, mana sempat.

Dengan langkah kecewa, Xiaojun akhirnya menuju parkiran fakultasnya yang jadi satu sama parkiran fakultas ilmu politik.

Buru-buru dia nyadarin diri, ngapain dia nyariin dan yang paling penting KECEWA pas tau kalo cewe itu ga ada? Emang hari ini semuanya lagi aneh, pikir Xiaojun.

"Xiaojun!"

Pucuk dicinta, ulam pun tiba! Ini dia yang dicari-cari.

"Arin?"

"Iya gue Arin yang waktu itu makan sama nyokap lo, gue mau balikin uang makan yang waktu itu."

Wih, jauh-jauh dari FK ke FH cuma mau nyariin Xiaojun nih? Boleh geer dikit ga sih?

"Udah ga usah, simpen aja uangnya buat yang lain."

"Ih ngga lah, gue ga enak. Kepikiran terus, tau!"

Kepikiran uangnya atau orangnya nih kalo boleh tau?

Di situasi kayak gini, tingkat percaya diri Xiaojun tuh malah meningkat. Emang agak lain anak ini!

"Ya gue juga udah dititipin, kalo misal lo mau ganti ga boleh diterima."

"Terima aja diem-diem, yang penting gue tenang."

"Gue yang ga tenang, udah beneran gapapa ga usah diganti."

Tiba-tiba, muncul ide licik dari otak yang biasanya berdebu itu.

"Atau kalo lo maksa, gantinya ajak gue makan juga." Xiaojun pura-pura acuh dengan jawaban yang akan Arin keluarkan, padahal dalam hati berharap gadis itu akan bilang iya.

"Yaudah, boleh deh daripada gue kepikiran mulu." Jawabnya, tidak mengetahui dalam hati Xiaojun udah bersorak gembira tipu muslihatnya berhasil terlaksana.

"Ini lo masukin nomer lo aja ke hp gue, gue soalnya buru-buru nih mau kelas."
Dengan sigap, gadis yang saat itu mengenakan kemeja dan celana bahan khas anak kedokteran itu buru-buru menambahkan nomernya di hp pria beralis tebal di hadapannya.

Tipu muslihat 2 berhasil terlaksana.

"Gue duluan ya, lo hati-hati." Xiaojun memasuki gedung Fakultas Hukum dengan penuh senyum.

🌼

"Saya itu beneran mau cek kesehatan, tau!" Seru gadis bersurai panjang dengan warna yang sedikit kecoklatan itu.

"Iya, saya ga nuduh kamu bohong. Tapi bisa stop ikutin saya? Saya harus koass, kalau residen saya liat, saya bisa dikira lagi main-main sama kamu." Bibir perempuan di hadapannya langsung melengkung ke bawah, tanda sang empunya sedang sedih.

"Sekarang kamu ke resepsionis, dan kasih tau tujuan kamu kesini untuk apa. Saya mau lanjut, dan saya ga bisa nemenin kamu disini. Paham?" Gadis itu langsung memutar badannya 180 derajat, dan berbalik haluan menuju resepsionis.

Seorang Joy Tanjung, diperintah? Dan nurut?! Keajaiban dunia nomer 9 kayaknya.

Iya sih dia kesini cuma mau liat Kun, iya dia juga tau kalau Kun sibuk, tapi dia cuma mau tau kegiatan sehari-hari Kun aja kok. Maaf kalau itu malah ganggu aktivitas Kun, maaf kalau jadi ngerecokin semuanya.

Joy memang ke resepsionis, tapi ia tidak jadi mendaftarkan diri untuk cek kesehatan. Ia hanya ingin menitipkan barang yang ia bawa dari rumah, untuk diberikan kepada laki-laki sibuk yang tadi mengusirnya.

"Mbak, saya titip ini buat Kun Atmadja ya." Resepsionis itu mengangguk, Joy kembali ke parkiran.

Sebuah kotak bekal dan segelas kopi hangat yang ia bawa untuk bekal makan siang lelaki tersebut, bodoamat Jennie bilang ia mirip istri tidak diakui seperti di Indosiar. Kata mama, niat baik pasti berbuah baik.

Lagi pula, ia tidak memberikan jampe-jampe atau pelet ke dalam masakan itu. Murni dimasak dengan cinta, padahal yang masak Mbok Narsih.

Baru saja mendaratkan bokongnya di jok mobil sport berwarna putih itu, ponselnya berbunyi.

"Joyra Brianna Tanjung, gue udah tau apapun yang selama ini lo lakuin di belakang gue. Sekarang juga lo ke rumah Jennie, gue tunggu!"

Tut tut tut...

Joy bahkan belum sempat menjawab, sepatah dua patah kata pun tidak.

Benar, suara di telepon tadi milik Ten Putra Atmadja yang Joy yakin Jennie sudah keceplosan di depannya sehingga sekarang ia terkena imbasnya.

"Argh!" Joy bener-bener kesel sekarang, semua ga berjalan sesuai rencananya. Dan sekarang? Ia harus menjelaskan panjang kali lebar kepada Ten!

Ia buru-buru meninggalkan parkiran rumah sakit untuk menuju kediaman Keluarga Kiehl tersebut.

Atmadja BersaudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang