Kamar Kos 02 (Part 4)

7.8K 262 25
                                    


Tentu saja setelahnya saya bercinta dengan Sandi. Namun kali ini lebih beradab dan terkontrol.

Saya mengentot Sandi di dalam bathtub. Posisinya masih sama seperti tadi. Bedanya, saya duduk seraya mendekap tubuh Sandi, lalu saya benamkan wajah saya di ketek Sandi yang mulai beraroma jantan. Aroma cheesy keringat macho seorang cowok. Pada saat bersamaan, Sandi memompa kontol saya dengan anusnya.

CROT! CROT! CROT! CROT! CROT!

Sandi ejakulasi sekitar tiga menit sejak dia masuk ke dalam bathtub. Mungkin dia sudah menahan orgasme sedari tadi. Tiba-tiba saja tubuhnya menggelinjang, mengentak-entak seperti kesetrum. Satu tangan Sandi yang keteknya tidak sedang saya mainkan, mendekap kepala saya dengan erat. Lalu, saya merasakan kontol Sandi yang keras di antara kedua perut kami, memompa sesuatu keluar.

Di sanalah saya melihat sperma Sandi mengambang.

Tubuh Sandi melemas. Dia berhenti memompa kontol saya. Dia duduk terkulai di atas tubuh saya, jantungnya berdebar-debar, napasnya ngos-ngosan. Saya amati wajah Sandi memerah dengan mudah.

"Makasih, Kak," bisiknya.

Namun saya belum selesai.

Jadi, saya menggendong tubuh Sandi keluar dari bathtub. Kontol saya masih berada dalam anusnya. Saya tidurkan Sandi di atas lantai kamar mandi, lalu saya lanjut menggenjotnya di sana.

POK! POK! POK! POK! POK!

Suara paha kami yang beradu, menggaung di dalam kamar mandi. Saya menggenjot pantat Sandi cukup cepat, karena saya sudah akan ejakulasi sebentar lagi.

"Kak, udah, Kak," pelas Sandi kemudian. Setengah menangis.

"Kenapa lagi?"

"Aku ... aku mau pipis, Kak."

"Keluarin pipisnya," titah saya.

"Tapi, Kak—aaahhh ...." Sandi belum pipis. Dia masih menahan-nahannya. Namun dia sebenarnya sudah tak tahan ingin menyemburkan air kencing. Organ prostat di dalam panggulnya itu berfungsi sebagai gerbang keluar sperma dan air kencing. Barusan sperma sudah keluar, tetapi prostat masih saya rangsang dengan hujaman kontol saya di anusnya. Jadi giliran air kencing yang mau keluar.

Saya langsung membungkuk dan menahan kedua tangan Sandi di atas kepalanya, agar keteknya terekspos. Lalu, saya mulai menjilati ketek-ketek Sandi yang seksi itu. Kanan dan kiri. Bergantian. Saya benamkan wajah saya. Saya jilat dengan lidah. Saya gigit bulu-bulu keteknya. Saya benamkan lagi wajah saya.

Rasanya nikmat. Apalagi sambil mengentot pantat yang sempit.

Malah, tak lama kemudian, Sandi menyerah. Dia meraung keras lagi, "AH! AH! AH! AH! AH!" Air kencingnya menyembur keluar.

Air kencing itu tidak menyembur seperti air kencing pada umumnya. Mungkin karena kontol Sandi masih ngaceng, dan pantatnya masih digenjot dengan ritme tertentu oleh kontol saya, air kencing itu muncrat layaknya sperma yang keluar saat ejakulasi. CYUUUR! CYUUUR! CYUUUR!

Menyembur ke mana-mana. Ke wajah Sandi, ke atas lantai, ke atas dada dan perutnya, bahkan ada yang menyembur ke pintu.

Mulut Sandi mangap. Tak percaya bahwa kencing bisa seenak itu rasanya.

Ya. Dalam kondisi seperti barusan, kencing pun rasanya seperti ejakulasi sperma.

Karena saya suka ketika bottom menyemburkan air kencing seperti orgasme, saya pun ikutan orgasme.

CROT! CROT! CROT! CROT! CROT!

Saya ejakulasi di dalam tubuh Sandi. Saya sodok hingga mentok. Saya tanamkan semua sperma saya di dalam tubuh Sandi. Kemudian, saya merangkak di atas tubuhnya untuk mengatur napas. Saya terkekeh melihat Sandi megap-megap oleh air kencingnya sendiri di wajah.

Kosan KetekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang