Kamar Kos 03 (Part 3)

7.2K 210 24
                                    


Roni tampak bersemangat sepanjang hari. Dia bolak-balik ke kondo saya untuk mengecek segala sesuatu. Kondom, pelumas, lilin aromaterapi, pecut—kalau-kalau dibutuhkan. Dia juga videocall dengan Sandi di depan saya, untuk mencari tahu mempersiapkan diri di sodomi. Dan saya melihat Sandi yang seksi lewat hape Roni.

Karena saya sedang WFH hari ini, saya jadi melihat kesibukan sang berondong menyambut ngewe dengan tante-tante bohay umur 40-an

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena saya sedang WFH hari ini, saya jadi melihat kesibukan sang berondong menyambut ngewe dengan tante-tante bohay umur 40-an.

Selesai makan malam saya mandi dan mengenakan jubah mandi saya yang elegan. Bahan katun Turki, merah marun, Ralph Lauren, mengilat di bawah pendar cahaya lilin yang menari-nari. Saya menuang segelas anggur merah untuk diri saya sendiri, agar kerongkongan dan perut saya hangat. 

Roni memberondong masuk ke dalam kondo untuk mengumumkan progresnya. Dia mengenakan kaus sleeveless abu-abu yang sangat tidak gentleman. Lebih mirip anak muda dengan selera fashion yang buruk, yang tidak mementingkan penampilan.

"Tante Eva bentar lagi nyampe!" sahutnya.

"Bukan kamu yang jemput?" tanya saya.

"Enggak bisa, Om. Takut ketahuan suaminya. Jadi Tante Eva pura-puranya ketemuan ama temen, naik taksi."

"Terus penampilan kamu kayak gini?"

Roni menatap tubuhnya sendiri. "Lah, emang kenapa, Om?"

"Seperti bocah."

"Memang Roni masih bocah, kan? Waktu kita makan di resto Meksiko di SCBD itu, pelayannya ngomong, 'Oke, jadi adeknya pesan tortila, kalau bapaknya pesan apa?'"

Lalu, Roni tertawa.

Sialan.

"Jangan kurang ajar sama saya," ancam saya. "Atau setiap hari saya sodomi kamu."

"Eits, eits, eits, jangan dong Om. Kasihan bumper Roni, bisa jadi black hole kalau disodok tiap hari. Entar gampang masuk angin. Ya maaf." Rini menarik tangan saya, dan mengecup punggung tangan saya berkali-kali. Begitulah caranya memohon maaf. Memang kekanakan.

"Angkat kedua tangan kamu," titah saya.

"Ngapain? Jangan dijilat sekarang lah, Om. Entar bau."

"Bukan urusan saya."

"Ya siapa tahu Tante Eva mau jilat ketek Roni! Jadi Roni mau pastikan keteknya masih wangi natural."

"Kamu itu setiap hari, olahraga sampai keringatan gimana pun, wanginya kayak bayi. Badan kamu belum bisa bau orang dewasa. Angkat tangan. Saya pengin ngendus!"

"Jangan dijilat, yak!"

"Jangan dijilat, yak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kosan KetekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang