Baru

508 71 2
                                    

Tak terasa waktu cepat berlalu, San dan Wooyoung telah resmi menjadi pasangan menikah beberapa jam yang lalu. Kini mereka memasuki rumah baru –hadiah orang tua San– milik mereka sendiri. Beruntung rumah itu sempat dibersihkan dua hari sebelumnya sehingga tidak terlalu kotor dan banyak debu.

San yang pada dasarnya sudah lelah dengan acara pernikahan lantas merebahkan dirinya di kasur tanpa melepas jas berwarna putih yang menjadi busananya tadi siang. Sedangkan Wooyoung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju.

San menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan lelah. Sedetik kemudian pupil matanya melebar ketika menyadari satu hal; ini malam pertamanya dengan Wooyoung sebagai pasangan menikah. Di kepalanya sudah bermunculan berbagai skenario mengenai malam pertamanya nanti. Apa mereka akan langsung berhubungan intim atau Wooyoung akan melakukan basa-basi dulu atau malah mereka tak melakukannya malam ini. Jam terbang! Bagaimana jika Wooyoung memiliki jeda permainan yang singkat? Bagaimana jika durasi permainan Wooyoung nanti akan berjam-jam?

"San!"

San spontan mendudukkan dirinya. Dia melihat Wooyoung yang keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan handuk yang melingkar di lehernya. Rambutnya basah dan meneteskan air tanda bahwa dia juga keramas selama mandi nanti. Beberapa tetes air juga ada di wajah si Jung.

San menelan ludah gugup, teringat fantasi liarnya beberapa saat lalu.

"Buruan mandi biar bisa cepet-cepet istirahat," titah Wooyoung.

San langsung membuka koper miliknya, mengacak-acak isinya untuk mencari handuk dan baju.

Wooyoung memerhatikan itu dalam diam sambil tangannya mengeringkan rambutnya yang basah. Tak ada niatan membantu suami barunya itu. Hingga beberapa menit berlalu, San masih berkutat dengan kopernya. Jadi Wooyoung menghampiri San, memberikannya bathrobe yang dibawanya dari rumah pada si Choi karna handuk miliknya sudah basah.

San menerima pemberian itu dan berjalan ke kamar mandi. Dia bahkan tak sengaja membanting pintu kamar mandi karna terlalu terburu-buru.

Wooyoung mengernyit heran saat menyadari satu hal.

"Kok dia nggak bawa pakaiannya dulu?"

Lima belas menit kemudian San keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe milik Wooyoung yang dia ikat kencang talinya.

"Lupa sesuatu, Jung San?" Goda Wooyoung.

San yang ingin mengambil baju lantas berhenti, melirik Wooyoung yang berpakaian lengkap. San tau mereka pasti akan melakukan 'itu' malam ini, tapi ia tak tau kapan tepatnya mereka akan memulai.

Menyadari San yang diam aja seperti orang kebingungan, Wooyoung kembali menambahkan, "Kamu lupa bawa baju ke kamar mandi, San. Kan kalo gini malah kerja dua kali."

Ah, Wooyoung benar. San tidak kepikiran sampai sana. Si Choi mengambil pakaian miliknya secara asal dan langsung kembali ke kamar mandi.

Kini keduanya sama-sama tiduran di tempat tidur, sibuk dengan ponsel masing-masing. Mereka sama-sama masih canggung. Apalagi sebelumnya mereka hanya bertemu ketika pertunangan dan penentuan tanggal pernikahan.

Asing. Mereka berdua sama-sama masih asing.

"Wooyoung," panggil San.

Si pemilik nama bergumam samar, memberi tanda kalau ia mendengarkan.

San mengulum bibirnya, menimang-nimang apakah harus mengatakannya atau tidak. Dia kembali melanjutkan ucapannya, "Bukankah kita– Kau tau 'kan kita seharusnya–"

Wooyoung meletakan ponselnya di samping meja, kemudian memiringkan tubuhnya menghadap San. Dia tersenyum lembut, "San, kamu mencintaiku?"

Mata San yang tadinya memandang abstrak kini berfokus pada Wooyoung ketika pertanyaan itu dilontarkan. San menunduk, menggigit pipi bagian dalamnya.

"Belum 'kan? Sama, aku juga. Kita belom sama-sama kenal juga. Jadi, jangan buru-buru ya. Ayo lakuin semuanya pelan-pelan aja."

Wooyoung mengambil tangan San, mengarahkan tangan si Choi ke pipinya. Dia menatap mata San sambil bergumam, "Aku akan belajar mencintaimu."

"Aku juga, Wooyoung. Aku juga," sahut San.

"Eh kamu suka bintang?" Wooyoung mengalihkan topik pasal malam pertama.

"Sedikit. Wooyoung suka?"

"Banget." Wooyoung bangun dari tidurnya, mengambil sesuatu di kopernya yang masih belum dibereskan. Sebuah bola lampu. Dia mematikan lampu kamar mereka, lalu meletakkan bola lampu tadi di kasur. San ikut bangun dari tidurnya, memerhatikan apa yang Wooyoung lakukan walaupun samar karna keadaan yang gelap gulita.

Wooyoung menyalakan bola lampu tadi, seketika langit-langit kamar mereka yang tadi polos berubah menjadi penuh bintang.

"Ini hadiah dari Mama," ujar Wooyoung sambil menatapi langit-langit dengan pandangan berbinar.

San yang dari tadi memerhatikan ikut tersenyum kala Wooyoung tersenyum kecil.

"Dari kecil aku selalu suka bintang. Mereka cantik," kata Wooyoung lagi.

"Aku nggak pernah merhatiin sih. Lagian, di kota gini bintang jarang keliatan."

"San pernah ngedaki bukit buat liat bintang nggak?"

Gelengan menjadi respon San atas pertanyaan Wooyoung barusan.

"Kapan-kapan aku ajak kamu liat bintang, aku mau ngenalin bintang favoritku."

"Emang bintang favorit Wooyoung apa?"

"Bintang utara."

—TBC

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang