Ngidam

452 54 9
                                    

Walaupun hamil, San masih mau bekerja karena dia merasa percuma juga di rumah. Dirinya tidak bisa memasak, ada pembantu juga yang melakukan pekerjaan rumah. Jadi rasanya percuma dirinya di rumah tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Bedanya, pekerjaan kantor yang harus dikerjakan menjadi berkurang dari biasanya.

Perubahan juga terjadi di restoran Wooyoung. Tempat itu jadi makin ramai bahkan diluar jam-jam makan siang. Bahkan ada beberapa pengunjung yang datang jauh-jauh untuk mencicipi makanan di restoran Wooyoung, kadang juga memberi saran agar si Jung membuka cabang baru di daerah mereka.

Semuanya berjalan lancar buat pasangan suami-suami itu.

Kecuali satu hal, ngidamnya si Choi yang kadang bikin Wooyoung pusing kalo ingat-ingat lagi.

Contohnya, San pernah ngidam melihat Yeosang dan Jongho ciuman, french kiss. Permintaan yang sukses membuat satu restoran Wooyoung kalang kabut.

Terus, San juga pernah ngidam Wooyoung berkelahi. Kayak beberapa hari lalu, pas berkunjung ke restoran si Jung di jam makan siang. San menatap Wooyoung dan Mingi bergantian, lalu memanggil keduanya hanya untuk mengatakan, "Kalian lagi pengen mukul orang nggak?

Atau pertanyaan random lainnya, kayak; "Kenapa kalian temenan? Kenapa nggak musuhan aja?"

Terkadang juga, ngidam San bisa terjadi di kantor. Kayak, pas makan siang, San memerhatikan asistennya cukup lama sebelum berujar, "Kok nama kamu Kim Jangwook? Kenapa nggak Septian aja? Kamu lahir di bulan Mei 'kan?"

Yang sukses membuat si asisten hampir minta pindah tugas ke Tuan Choi.

Atau saat-saat San menangisi laporan keuangan yang menunjukkan angka keuntungan tapi dia malah mengatakan, "Kok kita untung sih?"

Atau ketika San mengomentari map resmi perusahaan mereka yang berwarna merah dan mengatakan kalau warna pink lebih cocok.

Segala tingkah San yang selalu Tuan Choi bicarakan kepada menantunya, meminta saran pada si Jung. Padahal satu-satunya cara yang Wooyoung lakukan hanya mengiyakan semua ucapan nyeleneh San. Iyakan lalu lupakan, begitu prinsip si Jung ketika menghadapi sisi hamil suaminya.

Yang belum hilang cuma kebiasaan ngidam makanan tengah malam San. Kalau untuk yang satu ini, Wooyoung kadang cuma bisa mengelus dada aja. Karena keinginan si Choi selalu berubah-ubah di jam rawan ini. Bisa aja di awal San minta hal mudah seperti mie instan atau buah-buahan, lalu di menit berikutnya dia meminta hal yang hampir mustahil seperti minta kue bolu yang harus dibuat neneknya padahal nenek San udah meninggal. Masa Wooyoung harus ke rumah pemakaman dulu untuk memenuhi ngidam San?

Tapi tak apa! Wooyoung menganggap ini latihan mental agar dia bisa lebih sabar lagi ketika anaknya lahir nanti. Walaupun jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Wooyoung ingin anaknya jadi anak baik yang penurut. Anak cantik yang penurut, terdengar menyenangkan, ya?

"Wooyoung, ponsel lo bunyi," teriak Yeosang yang tengah mengambil pesanan.

"Lagi?"

Wooyoung mengangguk sambil tersenyum kecil. Pasti San yang meneleponnya.

Dan benar aja dugaannya. San menelepon. Wooyoung berseru, "Hwa, gue ke belakang bentar." Lalu berlalu sambil menjawab teleponnya.

"Wooyoung! Wooyoung!"

Suara riang di ujung sana membuat senyum si Jung muncul lagi.

"Apa, sayang? Kamu nggak kerja?"

"Nggak. Aku lagi di toilet."

Wajah Wooyoung berubah panik mendengar balasan dari lawan bicaranya. "Kenapa? Aegi nakal ya? Bikin kamu mual ya?"

"Bukan. Ini bukan soal aegi. Aku mau nanya tapi kamu jangan nganggep aku aneh, ya?"

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang