Kelas Sebelas

2 0 0
                                    

Kisah ini berawal dari semester 1 sekolah ini melakukan perpindahan antara murid tahun kedua di SMA Honggi dalam satu jurusan. Ditujukan supaya siswa siswi dapat mengenal dan mendapatkan suasana yang berbeda dari tahun pertama mereka.

Kali ini adalah kelas IPA B dengan sang wali kelas usai memberikan jadwal dan memberikan perintah untuk segera menempati bangku yang telah dijadwalkan. Beliau memanggil satu-persatu dengan tegas. Kebetulan sekali panggilan kesekian pada bangku tengah kedua dari belakang, ialah absen 11 Jung Soyeon, dengan absen 12 Kim Haein. Mereka harus menjadi patner sebangku yang sebelumnya keduanya berbeda kelas dan benar-benar tidak saling kenal.

Jung Soyeon gadis 17 tahun yang rajin demi masuk universitas impiannya, ia tinggal bersama kedua orang tua angkatnya tak jauh dari sekolahan. Sedangkan Kim Haein tinggal bersama ibu dan anjingnya, ia hanya siswa biasa dengan nilai rata-rata kecuali di bidang olahraga dan praktek.

Hari pertama mereka wali kelas memberikan sedikit kelonggaran jam kelas, karena sebuah rapat sekaligus bagian dari pengukuran renovasi sekolah. Sebagian dari mereka mengobrol tanpa henti dengan kenalan baru yang sefrekuensi, belajar dengan pengeras suara di telinga, atau tidur. Damai.

Untuk pertama kalinya memulai interaksi dengan siswa yang dikenal dingin oleh teman-teman lain karena beredarnya rumor merisihkan itu. Namun Soyeon yakin jika ia baik maka akan dibalas dengan kebaikan, ia harus berlaku baik dengan patnernya kini, Kim Haein .

Haein yang tampak diam saja sambil mendengarkan musik, ia perlahan mulai membuka mata dan mendengarkan ucapan kawan sebangkunya tadi, Soyeon mengulangi hingga jelas, bertanya tentang nama, alamat, dan hobi dengan senyum lebar, agak aneh dan canggung sebenarnya, namun ahh lupakan, tujuan Soyeon adalah untuk mengenal dan bisa akrab dengan teman sebangku.

Haein membalasnya dengan tatapan sinis dan tidak menjawabnya secara langsung. Ia malah meletakkan kepalanya di atas bangku dan tidur. Ia melupakan dunia yang ini untuk sekejap, masalalunya tidak baik-baik saja.

Baru setelah jalan beberapa hari, tugas kelas mulai menumpuk, oleh karena itu Haein memberanikan diri bertanya kepada Soyeon, dengan dirinya yang agak canggung dan ekspresi Soyeon yang tetap sama seperti empat hari lalu, senyum penuh ketulusan. Ia membantu dalam mata pelajaran matematika, biologi maupun fisika, kemudian Haein saat itu juga ia mulai harus terbiasa mengatakan 'tolong, maaf dan terimakasih' kepada Soyeon maupun orang lain.

Soyeon juga punya permintaan yang sungguh-sungguh, yakni ia memohon Haein bisa membantunya ujian praktek olahraga hingga ujian praktik laboratorium fisika, kimia maupun biologi yang menurutnya sulit. Soyeon memang kesulitan dalam hal-hal berbau praktik, oleh karena itu sangat membantu dan kebetulan ia sebangku dengan orang yang mungkin bisa diajak kerja sama karena ia juga merasa telah memberinya bantuan secara mutualisme.

Suatu saat Haein mendapatkan nilai yang tinggi mata pelajaranmatematika, Soyeon memberikan ucapan selamat padanya "Selamat atas nilai90 nya, sebenarnya kamu itu orang jenius, hanya saja bahasa teori di buku haruskuserap dan kuberitahukan padamu, kamu berhutang padaku loh," sambiltertawa lirih ia melanjutkan belajarnya. Haein juga ikut tersenyum malu, ia menjawab lirih"Baiklah".

TAKE YOUR MEMORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang