#02 Ayahku kembali

17 3 0
                                    

Di rumah

Alhamdulillah aku sampai dirumah dengan selamat meskipun sudah senja. Ku parkiran motor di bagasi samping rumah.

Kemudian ku ketuk pintu sebanyak 3 kali tapi belum ada yang bukain pintu lantas ku pencet bel sebanyak 2 kali barulah pintu dibuka.

Terlihat seorang wanita paruh baya dengan tampang yang membuat ku bergidik ngeri melihatnya.
Aku pun langsung bersalaman sambil mengucapkan salam.

"Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang, anak gadis nggak boleh berkeliaran saat senja!" Bentak ibuku kepada ku dengan suaranya yang naik 1 oktaf.
Yak aku tau aku salah tapi bisakah ibu tidak meninggikan suaranya? Aku takut tetangga mendengarnya.

"Em Bu lebih baik Bila masuk dulu, malu bu dilihat tetangga" ucapku sembari masuk kedalam rumah.

"Jadi Bila habis dari rumahnya kak Fia buat jenguk Safira Bu. Lagian Bila beneran sudah bilang ke kak Sela bahwa Bila mau keluar rumah dan kak Sela pun Bila lihat mendengarkan pesan ku" ucapku membela diri atas tuduhan dari kak Sela.

"Tapi kata Sela dia nggak tau bahwa kamu mau keluar rumah jadi ibu harus percaya yang mana?" Tanyanya kebingungan.

"Bila ingin ibu percaya sama aku meskipun nggak ada buktinya, tapi Bila benar-benar melihat kak Sela yang juga melihat kearah ku yang sedang memberitahu bahwa Bila mau keluar rumah, nggak mungkin kak Sela nggak dengar pesan ku. Lagian juga waktu itu dia cuman ngemil di meja makan nggak lagi sibuk" jelas ku panjang lebar untuk meyakinkan wanita tua ini yang ku sebut ibu.

Respon ibu ku tak langsung menyetujui dan aku hanya bisa pasrah akan hal itu biarlah ibu atau ayah tak percaya dengan ku, toh emang dari dulu juga aku selalu dituduh.

"Hem yaudah mandi sana!" Setelah ibu mengatakan hal itu beliau langsung pergi entah kemana dan aku pun merasa lega masalahnya nggak diperpanjang. Kemudian ku langkahkan kaki ini menuju kamar yang ku sebut sangkar emas itu.

Saat aku menaiki anak tangga dan sudah sampai diatasnya, aku mendapati kak Sela di depan pintu kamarnya sambil tangannya bersedekap dengan ekspresi yang seolah-olah menyudutkan ku. Aku benci ekspresi itu yang tandanya dia puas dengan aku yang selalu dimarahin.

Tak mau berlama-lama disana aku langsung masuk ke kamar dan ku tutup pintunya. Huff akhirnya aku sudah sampai di sangkar emas ku ini. Kemudian ku lepas benda-benda yang ada ditubuh ku karena aku mau mandi.

Setelah mandi dan berwudhu aku tak langsung sholat karena belum waktunya jadi aku duduk di kasur main handphone sambil menunggu adzan maghrib.

Allahu Akbar... Allahu Akbar...

Alhamdulillah kumandang adzan maghrib sudah terdengar. Langsung saja ku matikan layar handphone dan bangkit menuju sajadah yang sudah ku gelar.

Assalamualaikum warahmatullah
Assalamualaikum warahmatullah

Seusai sholat dan berdoa tak lupa aku membaca ayat suci Alquran, ku raih kitab suci tersebut di sampingku kemudian ku baca surah Ar-Rahman. Surah kesukaan ku.

Tok...tok...tok...

Terdengar suara ketukan pintu sebanyak 3 kali.
Siapa yang ngetuk ya?

"Iya sebentar!" Aku bergegas melepaskan mukena dan menaruh Alquran ditempat semula kemudian meraih jilbab instan di kasur dan pergi menuju pintu.

Ceklek

"Eh ayah tumben ke kamarnya Bila ada apa Yah?" Nggak biasanya ayah ke kamarku pasti ada hal yang penting.

"Ayah mau masuk dulu? Biar lebih enak aja ngomongnya" ajak ku kepada ayah yang hanya berdiam diri di depan pintu.

Si Bungsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang