#05 Rumor dusta

12 3 0
                                    

"An...anak angkat?" Tanya ku kaget tak percaya.

Pikiran dan batin ku saling beradu argumen menentang pernyataan tersebut.
Siapa yang dengan teganya menyebut ku anak angkat? Kak Sela kah?

Mata ku sudah mulai memanas ingin mengeluarkan butiran air mata. Namun dengan sekuat tenaga aku tahan agar tak terlihat kak Vino.
Dengan berlagak santai aku kembali menoleh padanya setelah menenangkan diri.

"Siapa yang bilang Kak?" Dengan suara yang tercekat ku tahan agar tak terisak jelas.

"Kakak mu. Dia bilang bahwa dia punya adik angkat perempuan. Dan dia sebenarnya tak terima kehadiran adiknya karena hanya menimbulkan kerepotan saja" jawabnya dengan santai sambil matanya fokus ke jalan.

Sudah ku duga dalang dibalik rumor dusta ini. Sebegitu bencinya kah kak Sela terhadap ku? Sampai-sampai membeberkan berita yang kenyataannya tidak benar.

Dengan hembusan nafas gusar ku berkata "Apa Kakak percaya dengannya?" Tanya ku penasaran dan sedikit berharap bahwa ia tak mempercayai hal tersebut.

Kak Vino melirik ku sekilas kemudian kembali fokus ke jalan. Ia terdiam sebentar sambil memikirkan jawaban atas pertanyaan ku.
Aku menunggu dengan sabar dan berdoa semoga ia bilang "tidak".

"Entahlah aku pun tak tau" jawabnya pasrah. Hei! Itu bukan jawaban yang ingin ku dengar.
"Kenapa Kakak tak tau?" Aku tetap bertanya sampai menemukan jawaban yang pasti.

"Dari awal aku mengira kalian saudara tak sekandung, namun setelah melihat mu malam itu aku tersadar bahwa wajah kalian mirip dan aku pun merasa bahwa kalian sekandung. Aku ingin bertanya pada Sela minta kejelasan tapi dia selalu menghindar. Bahkan dia tak mau memberikan nomor teleponnya padaku" jelas Kak Vino akhirnya yang membuat ku menemukan jawaban atas kebingungan ku semalam mengapa kak Sela dan kak Vino minim interaksi.

Mungkin saja kak Sela takut jika kebohongannya terbongkar. Dan seandainya saja malam itu mereka membahas ku lebih dalam pasti kak Vino akan mendapatkan jawabannya hari itu juga.

Ini memang benar-benar keterlaluan! Siapa lagi yang akan percaya dengan rumor dusta ini selain kak Vino?
Apakah aku harus mengadu ke ayah? Tapi sesuai kesepakatan, aku tak mau membuat ayah marah kepada kak Sela dan membuat kak Sela makin membenciku. Tapi aku butuh tumpuan untuk berkeluh kesah dan mendapatkan kecerahan serta ketenangan dari masalah ini.

Allah! Ya Allah. Tuhan Yang Maha Esa pasti akan mendengarkan keluh kesah dan masalah yang ku alami. Dia pasti akan membantu ku dalam mengahadapi cobaan ini. Mengapa aku bisa lupa jika aku punya Tuhan Yang Maha Agung? Jika tak ada bahu untuk bersandar maka ada sajadah untuk bersujud.

"Baguslah jika Kakak meragukannya. Aku ingin mengatakan yang sebenarnya untuk menjawab kebingungan Kakak. Jadi apa yang dikatakan kak Sela itu bohong. Kami saudara kandung se-ayah dan se-ibu. Saudara kami tak ada yang tak sedarah, semuanya sama-sama dilahirkan di rahim yang sama" jelas ku yang masih bertahan dari isakan tangis.

Tiba-tiba kak Vino memarkirkan mobilnya ke tempat yang asing bagi ku. Aku kebingungan dan melirik sekitar sambil bertanya-tanya dalam hati ini dimana?.

"Kak, kita dimana ini?" Tanya ku yang penasaran sambil melirik kak Vino yang terdiam melihat ke arah depan.

Kak Vino pun berbalik arah menghadap ku dengan raut wajah yang tak bisa ku deskripsikan.
Aku menunggunya untuk mengeluarkan suatu kalimat yang akan ia lontarkan.

"Jadi.... rumor itu tak benar?" Tanya nya yang mengalihkan pertanyaan ku sebelumnya.

"Em...iya" balas ku singkat karena memang sudah ku jelaskan di awal.

Si Bungsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang