#06 Senja yang dirindukan

9 2 0
                                    

Daniel selalu melihat kearah jam tangannya menunggu detik-detik matahari terbenam.
"Duh, nggak sabar gue liat pemandangan senjanya pasti sangat indah kan?"

"Iya Dan, aku yakin kamu sekali liat langsung jatuh cinta"

"Wah beneran? Lo juga udah ngerasainnya?"

"Heem. Dan Senja disini akan menjadi senja yang ku rindukan" ucapku sembari melihat kearah langit yang sudah mulai berganti warna jingga.

"Kenapa?" Tanya Daniel penasaran sambil melirik kearah ku.

"Karena mungkin saja aku bakalan meninggalkan tempat ini selama-lamanya" lirih ku.

"Lo ngomong apaan sih? Kayak mau pergi ke suatu tempat aja" bingung Daniel yang sepertinya mengartikan sesuatu dalam kalimat ku tadi.

"Hehehe nggak papa. Oh ya bentar lagi nih senjanya akan timbul" aku pun mengalihkan topik pembicaraan agar Daniel tak membahas masalah tadi.

Detik-detik langit senja mulai memancarkan warna terindahnya, tiba-tiba bendungan air mataku mengalir pelan membasahi pipi.
Aku pasti akan merindukan semua yang ada di atas langit ini.

Kicauan pelan dari burung-burung gereja yang sedang berlalu lalang di atas langit sana. Hembusan angin sore menerpa hijab abu-abu ku serta dedaunan dari pohon yang kokoh berjatuhan menutupi rerumputan.

Ini musim senja menurut ku yang tak semua orang tau. Aku menciptakannya sendiri untuk menghibur kepedihan dalam diri.
Terdengar aneh memang dan asing tapi bagiku musim senja adalah musim yang akan aku rindukan kelak.

"Wow, keren banget sumpah. Ini momen langka, harus kita abadikan jadi kenang-kenangan" Daniel sangat antusias melihat pemandangan senja di taman mini ini. Ia pun merogoh hp dalam saku celananya kemudian memotret beberapa spot di sini.

"Fiks sih ini bakalan jadi tempat favorit gue juga. Thanks ya Bila udah ngajakin gue ketempat yang super duper keren ini" ucap Daniel kesenangan yang masih sibuk memotret-motret pemandangan senja.

"Asal lo tau. Gue juga pengagum senja sama kayak lo. Di story ig gue hampir semuanya menyorotkan tentang langit terutama senja. Sesuka itu gue sama maha karya Tuhan di langit ini" kagum Daniel sembari melihat pemandangan di atas langit yang memancarkan cahaya berwarna jingga pekat serta biru muda.

"Kapan-kapan kita main kesini lagi ya!" seru Daniel yang hanya ku balas dengan anggukan kepala saja.

•••

"Assalamualaikum kami pulang" salam aku dan Daniel serempak memasuki pekarangan rumah ku.

Di teras rumah sudah ada ayah dan ibuku serta tante Nisa yang sepertinya menunggu kedatangan kami.

"Ya Allah, kalian berdua dari mana aja?" Tanya ayahku mengintrogasi kami berdua.

"Aduh ayah ini kayak nggak tau anak muda jaman sekarang. Mereka itu lagi asik PDKT-an biar saling mengenal" sahut ibuku sembari melangkah ke arah kami lalu merangkul Daniel untuk dibawa masuk.

Aku jadi takut berhadapan dengan ayah. Pasti ayah akan berpikir macam-macam kenapa anak gadisnya bisa keluar bareng sama cowok mana pulangnya malam lagi.
Dari pada aku kena omel ayah mending aku meluruskan kesalahpahaman ini.

Aku pun menghampiri ayah yang masih menatap ku marah. Aku belum berani menatap matanya hanya bisa menunduk lemas.

"Maaf ayah, Bila cuman ngajakin Daniel buat keliling komplek disuruh ibu sama tante Nisa. Habis itu Daniel mau liat pemandangan senja di taman mini makanya kita berdua pulangnya telat" jelas ku yang masih tertunduk melihat keramik teras rumah ku.

Si Bungsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang