Setelah merebut benda pemberian tante Ratih itu, kak Sela langsung pergi meninggalkan ku sendiri di depan pintu.
Aku tak berusaha merebut atau berontak padanya karena aku tau yang ada akan menambah masalah. Jadi biarlah ia mengambil hadiahnya lagian aku tak membutuhkan benda itu. Meskipun kecewa karena benda tersebut ditujukan untukku malah diambil sama kak Sela.Seandainya aku tak ikut makan malam mungkin saja benda berbentuk kotak tadi dikasihnya ke kak Sela bukan padaku. Karena tante Ratih pun tak tau bahwa ibu masih punya anak 1 lagi. Ngomongin soal anak hatiku tersayat belati tajam sakit tapi tak berdarah. Dengan teganya ibu bilang bahwa ia lupa ngasih tau bahwa masih ada aku di keluarga ini.
Tapi aku heran kenapa selama perbincangan pada saat makan malam tadi kak Vino dan kak Sela minim interaksi? Padahal kan mereka sahabatan? Apalagi sudah lama tidak bertemu. Apa karena ada aku ditengah-tengah mereka ya? Sehingga mereka tak bisa mengobrol leluasa. Tapi juga setelah makan mereka tak langsung berbincang malah duduk di samping orang tua masing-masing.
Entahlah mungkin ada sesuatu diantara mereka yang tidak ku ketahui. Tapi aku bodo amat sih karena memang bukan urusan ku, aku tadi cuman heran aja sama mereka berdua.
Daripada aku masuk angin berdiri kelamaan diluar mending aku masuk kedalam rumah. Setelah ku kunci pintu aku tak langsung naik ke kamar melainkan aku menghampiri ayahku yang sedang berada di ruangan kantor kecilnya.
Aku melihat pintu ruangannya agak sedikit terbuka sehingga aku bisa mengintip keberadaan ayahku.
Tapi belum juga kepala ku sampai di ambang pintu telinga ku sudah mendengar interaksi antara seorang anak dan ayahnya yang sedang berdebat hebat.Sepertinya kak Sela dan ayah ada masalah, ingin ku pergi dari situ tapi sepertinya perbincangan mereka menyangkut soal diriku deh. Alhasil aku masih bertahan menguping disela-sela celah pintu yang terbuka sedikit.
"Yah! kenapa ayah musti belain si Bila sih? Padahal kan ayah sudah tau gimana kelakuannya sama kita? Dia selalu nuduh aku, curi barang aku, ngambil kasih sayang kalian dari aku. Apa-apa yang kumiliki pasti direbut sama dia termasuk benda ini. Beraninya dia ngambil pemberian dari tante Ratih tadi padahal jelas-jelas hadiah ini ditujukan padaku!"
Dengan penuh emosi kak Sela berucap seperti itu pada ayah yang menceritakan tentang kesalahanku yang tak benar.Sejak kapan aku mencuri barangnya? Sejak kapan aku mengambil barang-barang yang ia punya? Dan sejak kapan pula aku mengambil kasih sayang orang tua darinya?
Itukah tipu muslihatnya lagi agar ayah tak lagi berpihak padaku? Sejahat itu kak Sela padaku dengan tega menuduh hal yang tak benar.
Di pelupuk mataku sudah berlinangan air mata yang mana sekali kedip sudah bisa meluncurkan satu persatu air yang mengandung kepedihan.
"SELA! DENGERIN AYAH! KAMU ITU YANG TAK BERSYUKUR APA YANG TUHAN KASIH. SEMUANYA SUDAH KAMU PUNYA SEDANGKAN ADEKMU? DIA MELAKUKANNYA SENDIRI TANPA KASIH SAYANG ORANG TUA. SELAMA INI AYAH DIBODOHI SAMA ANAK AYAH SENDIRI SEHINGGA AYAH TAK SADAR BETAPA MENYEDIHKANNYA HIDUP PUTRI BUNGSU AYAH!" Suara ayah tak kalah nyaring dengan diselingi penekanan di setiap katanya.
Tik-tik
Setetes demi setetes air yang mengalir di pipiku akhirnya deras juga. Tak tahan mendengar pernyataan dari ayah yang membela ku tapi dengan cara membentak kak Sela. Nggak! Ini salah seharusnya ayah tak membentak kak Sela karena aku takut kak Sela jadi tambah membenci ku.
"Bila yang sekarang adalah aku yang dulu Yah! Dimana kasih sayang dari kalian teralihkan ke dia, apa yang aku miliki direbut oleh ibu untuk dikasih ke Bila, apa-apa aku berjuang sendiri padahal masih kecil dan seharusnya masa-masa itu adalah masa dimana aku mendapatkan kasih sayang dari kalian, tapi kalian malah lebih memprioritaskan si anak yang tak diharapkan" ucap kak Sela dengan geram terlihat dari raut wajahnya yang menahan amarah yang sedang bergejolak. Aku tau kak Sela ingin berontak atau ingin melemparkan barang yang ada disekitarnya tapi dia berusaha menahannya agar tak terjadi kegaduhan.
Ya itulah kebiasaan kak Sela jika sedang diambang puncak kemarahan pasti akan melemparkan barang yang bisa ia jangkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bungsu
Kısa HikayeHai, kenalin namaku Bila si anak bungsu dari empat bersaudara. Apakah kalian para anak bungsu memiliki kisah yang sama dengan apa yang ku alami? Anak terkahir yang terlahir tak direncanakan ini memiliki kisah hidup yang bisa dibilang sedikit rumit. ...