#04 Anak angkat?

14 3 0
                                    

Pagi hari yang cerah mendukung ku untuk mengeluarkan seulas senyuman yang manis.
Pada saat aku sholat tahajud aku berdoa pada Allah bahwa aku minta untuk di lancarkan rencana ku untuk memperbaiki kesalahpahaman di keluarga ini.

Ditambah lagi hari ini aku di antar sama ayah dan ini baru kali pertama aku dapat merasakan diantar seorang ayah pergi ke sekolah.
Kebahagiaan yang sederhana namun sangat bermakna bagiku.
Akhirnya aku bisa merasakan juga apa yang dirasakan oleh teman-temanku.

Meskipun mataku masih sembab tapi tak membuat ku patah semangat.
Setelah selesai bersiap aku pun keluar dari kamar menuju dapur untuk sarapan pagi.
Di meja makan sudah ada ibu, ayah dan kak Sela.

"Assalamualaikum pagi semuanya" salam serta sapa ku pada mereka. Aku buat seceria mungkin seolah-olah tak terjadi apapun semalam.

"Wa'alaikumussalam pagi juga" balas ayah dan ibu serempak kecuali kak Sela yang sibuk dengan hp nya.

Selesai makan aku, ibu, dan kak Sela membereskan piring kotor yang ada di meja makan. Setelah merasa meja makan tersebut bersih aku ingin berlalu namun di cegat oleh kak Sela.

"Tugas lo sekarang nyuci piring. Gue sibuk jadi nggak bisa" suruhnya.
Kemudian berlalu dari hadapan ku yang melongo.

Huff lagi-lagi aku hanya bisa mengalah tak bisa membantah karena takut misi ku hancur. Ku lihat jam tangan yang menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit masih ada beberapa menit lagi untuk sampai ke sekolah.

Tanpa pikir panjang langsung ku kerjakan. Untung aja piring kotornya tak banyak jadi bisa meminimalisir waktu deh.

Di sela-sela kegiatan nyuci piring ku, aku mendengar suara langkah kaki menghampiri ku.
Belum sempat ku berbalik sudah terdengar suara bariton khas bapak-bapak yang ku tebak dia adalah ayah.

"Loh, kok kamu yang nyuci piringnya?" Tanyanya keheranan.
"Soalnya kak Sela sibuk Yah, jadi Bila aja yang gantiinnya. Nggak papa kok waktu Bila masih banyak" jawabku meyakinkan ayah.

"Yasudah, ayah tunggu di ruang tamu ya"

"Iya ayah"

Setelah itu ayah berlalu pergi meninggalkanku yang masih sibuk mencuci gelas-gelas kotor.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga" ucapku sambil bernafas lega.

Kemudian ku raih tas ku yang tergeletak di kursi makan dan menghampiri ayah yang sedang sibuk membaca koran di ruang tamu.
"Bila udah selesai nyucinya Yah. Yuk berangkat!" Ajak ku penuh semangat.

Tak lupa aku juga berpamitan sama ibu yang sedang menyirami tanaman anggreknya. Lalu aku dan ayah masuk ke dalam mobil dan kami pun pergi meninggalkan rumah menuju sekolah ku.

Sepanjang perjalanan tak pernah ku urungkan untuk tak tersenyum. Sampai ayah ku menyadarinya dan bertanya "Sepertinya anak ayah lagi bahagia banget hari ini, ada apa?"

"Bila seneng banget bisa di antar sama ayah. Bila sangat menantikan momen ini sama ayah. Jujur Bila iri sama teman-temanya Bila yang di antar jemput sama orang tuanya. Bila merasa bahwa Bila punya orang tua tapi serasa tak memilikinya" curhat ku kepada ayah.

Ayah memegangi tangan ku dan berkata "Maafin ayah ya Nak, selama ini ayah kurang perhatian sama kamu. Ayah menyesal dan ayah akan menebus semua kesalahan ayah. Ayah janji akan buat anak bungsu ayah bahagia" ucapnya penuh senyuman.

Aku pun mengangguk haru dengan pernyataan ayah barusan lantas ku peluk pergelangan tangannya sambil ku elus sayang. Ya Allah beribu kata terima kasih ku kepada-Mu karena telah membukakan hati ayah ku.

"Nah alhamdulillah kita sudah sampai. Bila belajar yang rajin ya supaya dapat nilai terbaik" ucapnya menyemangati ku.

"Hem iya ayah makasih banyak sudah nganterin Bila" balas ku sambil ku kecup lama punggung tangannya sambil meminta doa terbaik.

Si Bungsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang