✎... you better run like the devil, cause they’re never gonna leave you alone ﹏
☂
Dahyun mengerjapkan matanya beberapa kali karena sinar matahari samar-samar mulai mengusik tidurnya. Ia pun bangun lalu menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur, tangannya terulur menggaruk tengkuknya karena ia merasa sedikit kebingungan saat menyadari bahwa ia telah tertidur di ranjangnya. Padahal seingatnya ia tidak merasa telah berbaring di sana. Helaan napas pun keluar dari mulutnya setelah isi pikirannya memutuskan untuk tidak menganggap serius masalah itu.
“Huh, sepertinya memang hanya mimpi.” Dahyun mengulum bibirnya seraya memikirkan kejadian yang sangat mengejutkannya.
Tak lama pemikiran berlebihannya pun buyar usai mendengar suara bel rumahnya yang berbunyi. Dahyun mengernyit heran saat melirik ke arah jam dinding, ia pun dengan terpaksa melangkahkan kakinya pergi untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya di waktu cukup pagi.
“Siapa yang datang pagi-pagi begini!” keluhnya seraya mengerucutkan bibirnya. Dengan malas, ia pun membuka pintu rumahnya.
“Oh, Tzuyu? Kau datang lagi,” celetuk Dahyun dengan tatapan herannya.
“Kenapa? Sepertinya aku telah mengganggu pagimu,” ucap Tzuyu dengan senyum simpulnya.
“T–tidak kok.” Dahyun mengatakannya dengan sedikit kikuk.
“Tidak salah lagi.” Tzuyu mencibir dengan dengusan kecil.
“Wah, sepertinya kau membawa banyak bahan makanan. Apa itu untukku?” tanya Dahyun dengan tatapan berbinarnya.
“Hmm, aku sengaja datang pagi untuk memberimu ini. Terakhir kali aku datang, aku baru ingat kalau di sini tidak ada stok makanan apapun, pun mustahil kau akan berbelanja dengan kondisi keuanganmu yang pas-pasan—”
“Tidak usah mencibir—” sungut Dahyun seraya memicingkan matanya pada Tzuyu.
“Maaf, jadi harus kuletakkan dimana belanjaan ini?” tanya Tzuyu seraya menaikkan sebelah alisnya.
“Biar aku saja, terima kasih banyak. Maaf karena aku sudah banyak merepotkanmu, lain kali akan kuganti.” Dahyun mengambil alih paper bag yang dibawa Tzuyu untuk ia letakkan di dapur.
“Tidak usah diganti, anggap saja itu hadiah kepindahanmu di rumah ini. Kau belum mendapat hadiah apapun bukan? Jadi anggap saja itu hadiahmu,” tutur Tzuyu seraya melipat kedua tangannya.
“Baiklah. Omong-omong kau meninggalkan mantelmu,” ujar Dahyun yang berbicara dari dapur.
“Ya, aku memang berniat mengambilnya juga. Oleh karena itu aku kembali datang ke sini sekaligus memberikanmu hadiah,” jelas Tzuyu seraya berjalan ke arah mantelnya yang tergantung di tiang gantungan.
“Kau mau minum sesuatu?” tawar Dahyun.
“Tidak usah, aku masih memiliki teh hijau.”
“Kalau kudapan?”
“Tidak usah, Dahyun. Aku hanya mampir sebentar jadi jangan menganggapku sebagai tamu,” tolak Tzuyu dengan sopan.
“Tapi kau memang tamu,” tandas Dahyun.
“Tidak perlu menganggapku begitu, setelah kuperhatikan lagi—sepertinya kau sudah banyak merubah beberapa tatanan rumah ini.” Tzuyu mengedarkan pandangannya untuk menatap sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionSiksaan yang selama ini ia terima nyatanya masih belum cukup memenuhi daftar penderitaannya. Dia kembali menelan pil pahit untuk kesekian kalinya usai mengetahui bahwa dirinya dijadikan jaminan dalam perjanjian yang dibuat oleh orang tuanya dengan s...