›❀ 05 : Under Pressure

327 90 28
                                    


✎... too much, too late. my life will never be the same







Dahyun mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya dari lampu yang menyinari ruangan itu. Ia mengerutkan keningnya usai menyadari bahwa dirinya sedang berada di tempat yang cukup asing, atau sebut saja ruangan di salah satu rumah sakit. Tak berapa lama atensinya beralih pada pintu yang dibuka oleh seseorang, sosok Tzuyu masuk ke dalam ruangan itu yang tentunya membuat Dahyun kebingungan.


“Tzuyu?” Dahyun memanggilnya dengan lirih.

“Kau sudah bangun rupanya, aku sudah memanggil dokter untuk memeriksamu kondisimu.”

“Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Dahyun yang masih kebingungan.

“Aku dihubungi oleh pihak kampus, mereka menemukanmu tidak sadarkan diri dengan beberapa luka di kamar mandi. Aku datang ke sana lalu membawamu ke sini untuk diobati lebih baik. Sial, mengingat kondisimu tadi membuatku sedikit membuatku kesal.” Tzuyu menggigit pipi dalamnya mencoba menahan kekesalannya.

“Ah, begitu rupanya. Aku baru ingat kalau Lisa sudah tidak ada di sini, biasanya dia yang akan datang memeriksa keadaanku. Aku sangat berterima kasih padamu karena mau menolongku, maaf telah merepotkanmu.” Dahyun berkata sambil mengulum senyumnya, dia merasa tidak enak hati karena telah merepotkan wanita itu.

“Tidak masalah, aku kan sudah pernah bilang untuk jangan sungkan padaku. Aku siap membantumu kapanpun di saat kau butuh.”


Belum sempat Dahyun membalas ucapan Tzuyu, tiba-tiba dokter masuk ke dalam ruangannya untuk memeriksa keadaannya. Setelah menjelaskan kondisi tubuh Dahyun yang sudah membaik dan diperbolehkan pulang, dokter itu pun pergi kembali meninggalkan Tzuyu dan Dahyun berdua di sana.


“Baguslah kondisimu tidak seburuk itu, aku akan mengurus sisanya terlebih dulu setelah itu aku akan mengantarmu pulang,” tutur Tzuyu yang langsung membuat Dahyun sedikit tertegun.

“Tidak usah, hari ini sudah banyak merepotkanmu—”

“Sudah kubilang kau itu tidak merepotkanku, berhentilah menolak permintaan orang lain.” Tzuyu menyela dengan cepat ucapan Dahyun. 

“Baiklah.” Dahyun mendesah pasrah mencoba menurut pada wanita itu.

“Tunggulah sebentar, aku akan kembali dengan cepat.”


Tzuyu pun melangkah pergi menuju ruang administrasi untuk menyelesaikan urusan perawatan Dahyun. Helaan napas panjang kembali keluar dari mulut Dahyun saat ia menatap pantulan wajahnya dari layar ponselnya. Di keningnya terdapat perban, lalu di pipinya ada beberapa luka memar dan luka gores. Ketika melihat kedua tangannya, raut wajah Dahyun berubah murung karena ada banyak luka minor di sana. Perlahan Dahyun pun turun dari brankar lalu melangkahkan kakinya keluar dari sana.


Dahyun mengerjapkan matanya beberapa kali saat ia menyadari dimana lokasi rumah sakit tempatnya berada. Langkah kakinya semakin cepat untuk keluar dari sana, hingga Dahyun pun menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah gedung tinggi yang letaknya tepat berada di seberang rumah sakit. Raut wajahnya berubah sayu saat menatap gedung itu, tanpa sadar ia pun mengepalkan tangannya dengan kuat.


“Sedang apa kau di sini?”


Dahyun langsung mengalihkan atensinya dengan tatapan dingin usai mendengar suara itu, ia tentu tahu siapa pemilik suara itu. Kini di hadapannya ada sosok Bibinya yang baru saja datang seraya memberi tatapan jijik pada Dahyun.


AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang