CH: 09

5.2K 427 50
                                    

Jungkook tidak pernah tahu jika duduk diteras dengan sebuah rokok yang ada disela jarinya akan secandu ini. Ditemani hawa dingin yang menyapa kulit keringnya semakin membuatnya kenikmatan dan tidak ingin meninggalkan kegiatannya saat ini. Sejujurnya Taehyung melarang keras kegiatan merokoknya, tapi Jungkook tidak selamanya ingin mendengarkan karena ada kalanya ia ingin melepaskan stress dengan merokok atau minum alkohol.

Masalah Taehyung mengamuk itu akan ia diurus belakangan, ia bisa menaklukan Taehyung dengan mudah, tapi tidak selamanya cara itu berhasil karena kadang amarah Taehyung bisa terlihat sangat mengerikan dan pada akhirannya Jungkook tidak bisa berbuat apa-apa. "Kapan ini akan berakhir?" tanya Jungkook pada dirinya sendiri. Kapan ia bisa hidup damai tanpa ketakutan bahwa seseorang akan menghukumnya, mengurungnya, dan mengambil seluruh hidupnya jika ia tidak mengikuti perintah yang diberikan. 

Kemudian dihisapnya rokok itu lumayan lama, mulai merasakan nikotin yang memenuhi mulutnya dan mengeluarkan asapnya setelah itu. Disaat Jungkook akan menghisap kembali rokoknya ia merasakan ponselnya bergetar, melihat nama yang menelfonnya itu tiba-tiba kerutan terlihat didahi Jungkook. "Jimin hyung?" digesernya ikon hijau itu, lalu terdengar suara Taehyung yang lebih awal dari panggilan itu.

"Kau sedang dimana Jung?"  suara Jimin kian tegang disana membuat Jungkook samar-samar bisa mendengar suara nyaring dari pecahan barang pecah belah yang kini berhamburan kemana-mana. Suara itu kian kacau dikala mereka berdua sama-sama diam karena tidak tahu harus apa yang dilakukan. "Ada apa hyung? kenapa ada suara barang pecah?" tanya Jungkook panik dan sengaja mematikan rokoknya yang masih tersisa setengah itu. Menekan paksa rokok kedalam asbak dan memastikan rokok itu sudah mati.

Jin yang melihat temannya datang dari arah teras dengan raut wajah panik segera saja ia mendekat kearah Jungkook dan berbisik 'Ada apa Kook?'  tanyanya yang dibalas gelengan kepala tidak tahu oleh Jungkook karena ia sendiri pun tidak tahu jawabannya. "Hyung kau baik-baik saja?" tanyanya lagi kali ini Jungkook benar-benar khawatir.

Jimin menghela nafas panjang sebelum berbicara, "Taehyung mengamuk Jung, aku tidak tahu alasannya. Aku ingin kau kembali sekarang, jika tidak seluruh barang dirumah ini mungkin akan dihancurkan Taehyung, Jung."

Disaat kalimat terakhir dari Jimin diucapkan kini terdengar ponsel itu direbut, helaan nafas kuatnya dan gertakan gigi itu jelas terdengar ditelinga Jungkook saat ini. "15 menit atau kakimu yang aku patahkan Jungkook sayang." 

••

"Terima kasih sudah mengantarkan ku hyung." ucap Jungkook sebelum menutup pintu mobil milik Jin. Dengan guratan wajah yang gelisah Jungkook memaksakan senyumannya agar sosok yang ia ajak bicara saat ini percaya jika ia baik baik saja. Padahal Jin tahu jika hanya ia yang bisa menolong Jungkook  atau sekedar mengajak kaburnya dari posesifnya seorang Taehyung. 

Jin menghela nafasnya, "Kau yakin? terakhir kali aku tahu jika Taehyung mengamuk dan kau tidak datang ke kampus selama beberapa hari." jelas Jin yang dimana ia paham betul bagaimana sosok Taehyung itu mendominasi hidup Jungkook.

Mau bagaimana lagi, jika Jungkook tidak menuruti keinginan Taehyung untuk segera pulang secepat mungkin, bisa saja ia kembali lagi ke mansion mengerikan itu dan memikirkan dimana saja letak cctv itu membuat bulu tubuhnya merinding ketakutan. "Aku yakin hyung, tenang saja di apartemen sudah ada Jimin hyung."

"Baiklah aku akan percaya padamu, jika ada masalah segera hubungiku ya." ujar Jin yang kini hanya bisa pasrah dan menghormati keputusan yang dipilih Jungkook. Setelah perpisahan itu Jungkook cepat cepat berlari menuju unit apatemennya karena ia masih teringat ancaman yang tadi Taehyung berikan.  "Ayolah.." gerutu Jungkook dikala lift itu terbuka sangat lama.

Dan disaat pintu lift itu terbuka segera saja Jungkook menekan angka lantai yang ia tuju dengan terburu-buru karena ia benar benar butuh sampai diunit apartemennya secepat mungkin, agar kakinya tidak dipatahkan oleh Taehyung, yang dimana kenyataannya ia memang sudah terlambat dari waktu yang diberikan oleh Taehyung.

Disaat Jungkook hendak memasukan sandi pintunya, pintu itu sudah terbuka lebih dahulu, menampilan Jimin yang pucat pasi bak nyawanya sudah menghilang dan tak ingin berada disana. Dan dibandingkan dengan Taehyung, pemuda itu tengah duduk dimeja tamu yang menghadap langsung kearah pintu dengan wajahnya yang mengambarkan jika ia sangat emosi saat itu. Tatapan tajam yang membuat Jungkook ketakutan seketika.

"30 menit." ucap Taehyung dengan suara yang begitu rendah bahkan menyamai dengan nyali Jungkook saat ini.

Jungkook hanya bisa diam, ia tidak tahu harus membalas ucapan kekasihnya dengan kalimat apa, fokusnya hanya pada keadaaan rumah yang kini sudah hancur lebur dengan barang berbahan kaca yang sudah pecah sepenuhnya dan berantakan dilantai, bahkan ia melihat beberapa action figur mahal yang Taehyung beli beberapa waktu yang lalu itu sudah tidak berbentuk dibawah sana.

"Kau ingin aku mematahkan kakimu?" tutur Taehyung yang kini tubuhnya sudah ditahan oleh Jimin agar tidak mendekat kearah Jungkook. "Dude, kendalikan dirimu." tegur Jimin mengingatkan Taehyung agar tidak menyesal diesok harinya.

Taehyung mendengar itu lantas memejamkan matanya sejenak, dengan emosi yang masih ia coba untuk kendalikan, ia perlahan mendekati Jungkook yang dari dekat Taehyung lihat jika tubuhnya bergetar ketakutan. "Bau rokok." ucapnya.

Taehyung tidak mengatakan apapun lagi tapi ia mengangkat dagu Jungkook agar Jungkook melihat jika disaat itu Taehyung sedang menyeringai menyeramkan, "Antara kaki dan tangan, kau lebih ingin aku patahkan yang mana?" Taehyung berbisik melanjutkan ucapannya. "Kaki karena kau terlambat atau tangan karena kau lancang merokok diam diam dibelakangku? silakan dipilih sayangku."

tbc

mengeluarkan jurus menghillang

[M] MAKE OUT | TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang