"Maaf, aku terlambat."
Sebuah suara mengagetkanku, hingga aku mendongak dan terperangah. Mata ini menatap seseorang di depan dengan tak percaya. Tanganku meraih ponsel yang berada di atas meja, lalu menggulir layarnya. Aku berkali-kali membandingkan foto yang ada di aplikasi Tindernya dengan wajah lelaki yang menyeringai padaku sekarang.
"Hai, namaku Jasper Kim."
Astaga dragon. Lelaki ini tampan sekali! Aku sampai tak sadar menahan napas selama menatap raut muka yang seakan dipahat oleh dewi kecantikan dengan sempurna.
"Kau benar-benar ... Jasper Kim?" tanyaku dengan sangsi. "Tinder?" Aku menunjuk ponsel yang sedang membuka aplikasi pencari jodoh itu.
"Benar," ujarnya seraya melepas jas biru navy-nya yang tampak mahal, kemudian mengangsurkannya padaku. "Kau pasti kedinginan. Boleh aku membantu memasangkannya di bahumu?"
Tak hanya tampan, tapi juga gentleman. Aku merasakan seluruh daging di tubuh ini meleleh perlahan, sehingga kaki terasa lemas seperti agar-agar. Aku mengangguk dan lelaki itu segera menaruh jasnya di bahuku yang kedinginan. Tanganku bahkan gemetar saat memegang jas yang kini melekat di tubuh. Aroma musk dan cedar segera terhidu, membuat mabuk kepayang.
Sepertinya, aku benar-benar diprank olehnya. Jasper Kim yang kutahu hanya seorang barista di kafe di Singapura. Tak mungkin ada barista yang mampu membeli jas semahal ini. Tanganku sempat merasakan bahannya dan bukan kain murahan yang biasa dijual di toko. Aku menelan ludah. Jika lelaki ini bukan kriminal, berarti malam ini aku mendapat jackpot, karena lelaki itu melampaui ekspektasi yang biasa. Namun, diriku mulai dirambati kegugupan yang teramat sangat. Pengalaman berakting selama enam tahun, tidak membuatku lebih tenang sekarang, ketika dituntut untuk berakting di dunia nyata-di depan lelaki tampan yang kini merangkum kedua tangannya di atas meja dan tersenyum. Semoga, Jasper Kim tidak mengetahui bahwa aku sebenarnya bukanlah gadis yang ia kenal di Tinder.
🖤🖤🖤
"Jadi kamu nyuri identitas dan fotoku, cuma buat nipu cowok di Tinder?" Mataku terbelalak ke arah lawan bicaraku, yaitu kakak sekaligus manajer yang sudah lima tahun ini mendampingi. Aku benar-benar tak pernah mengira sebelumnya. "Sungguh tak masuk nalarku sama sekali bahwa Miss Ivory Felicia Ferdita akan melakukan hal yang ... selicik ini."
Ivo menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Bukan itu. Aku nggak maksud nipu!" elaknya dengan suara histeris.
"Kalo bukan nipu, apa namanya? Kenapa juga bawa-bawa namaku dalam hal ini?" Aku menunjuk gadis berambut sebahu yang sering dikuncir ekor kuda itu. Sebagai seorang artis, aku mengetahui ada orang yang memakai fotoku untuk ditaruh di profil mereka, mencoba mengelabui orang-orang yang polos dan lugu demi kepentingan mereka. Sudah sering sekali aku mendapat pengaduan penipuan. Tak terhitung berapa kali aku harus bolak-balik ke kantor polisi untuk membuktikan kalau aku tidak tahu-menahu atau terlibat peristiwa itu. Dan ternyata kakakku tercinta malah melakukan hal yang sama.
Ivo menurunkan kedua tangannya, menatapku yang sedang menghapus riasan di depan kaca dengan sedikit canggung. "Aku cuma pengen nyari teman ngobrol, itu aja! Nggak macem-macem, Roxy!" Suaranya terus saja melengking dengan nada tinggi.
Aku memutar bola mata. Dia baru tahu kakaknya pandai berkomedi. Memasang foto artis yang notabene adiknya, untuk mengelabui orang-orang di Tinderーtidak termasuk kategori macam-macam bagi Ivo. Sekalian saja porotin cowoknya.
"Oke, let's skip to this guy. Jasper Kang?" Aku mengangkat sebelah alis. Aktivitasku seusai syuting sungguh melelahkan. Namun aku harus bertahan dan mendengarkan ocehan kakakku mengenai pacarnya. "Jadi kalian pacaran di Tinder selama setahun dan dia tahunya kalo itu aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Right & the Wrong Girl [Tamat]
RomanceIvo meminta Roxy untuk menemui Jasper Kim, seorang lelaki berkebangsaan Singapura yang menjadi teman chat Ivo. Mereka berkorespondensi via Tinder, selama setahun. Kemudian Jasper ingin bertemu dengan Ivo, dan hendak datang ke Indonesia. Sayangnya se...