Aku termangu di dalam mobil yang membawaku pulang ke rumah. Rasanya pertemuan tadi seperti mimpi. Dan belum sehari kami berpisah, aku sudah merasa kehilangan.
Lelaki itu benar-benar pendengar sekaligus pencerita yang andal. Kau akan terhanyut saat ia bicara, tetapi juga akan tersentuh ketika ia menunjukkan perhatian penuh saat aku bicara. Dia banyak bertanya tentang berakting di depan kamera, sesuatu yang menurutnya tak bisa ia lakukan. Walaupun ada beberapa cerita yang ia tanyakan datang dari versi Ivo yang menjelma menjadi Bawang Merah, tetapi aku masih bisa mengimbanginya. Untunglah setiap saat kegiatanku dan Ivo nyaris sama, sehingga aku tak banyak berimprovisasi.
Dan jujur saja, ajakannya berlibur bersama ke Sumatera sangatlah menggoda. Karena, dia memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran, ingin mendengar ceritanya lagi dan lagi. Aku bahkan jadi ingin memiliki mesin kopi di rumah, setelah Jasper menjelaskan perbedaan antara kopi instan dan kopi yang dibuat sendiri.
Di pangkuanku terdapat hadiah perpisahan dari Jasper, sebuah kenang-kenangan agar aku bisa selalu mengingatnya. Lebih tepatnya untuk Ivo, Sang Bawang Merah. Sebuah gelang yang dibuat khusus, berbentuk biji kopi dan bawang merah di atasnya. Aku sedikit merasa aneh dengan perpaduan ikon ini, tetapi menatap gelang yang ada di pangkuanku sekarang, aku mengakui benda itu cantik sekali.
Jasper. Aku mengulang namanya dalam hati. Terima kasih atas pertemuan yang menyenangkan, selamat tinggal.
🖤🖤🖤
Jadwalku selama satu bulan ini rupanya tak terlalu padat setelah sinetron terbaruku usai. Aku masih belum memutuskan proyek terbaru yang akan kulakoni, mengingat semua tawaran yang datang padaku adalah karakter antagonis. Aku tak habis pikir, apakah para produser ini tak bosan melihatku di layar dengan peran perempuan jahat yang tak masuk akal? Mengingat adeganku yang selama ini melibatkan racun, senjata tajam, kecelakaan mobil dan rangkaian fitnah yang tak kunjung usaiーtentu saja lama-lama orang akan berpikir aku benar-benar seperti karakter yang kuperankan. Sekarang aku jadi maklum terhadap ibu-ibu yang menyerangku.
"Roxy, abis ini kita touch up lagi ya! Setnya bentar lagi siap!" Asisten fotografer yang hari ini akan memotretku memberiku konsep yang akan kulakukan siang ini. Aku menatap ke arah layar tablet yang dia berikan, sesekali menggeser layarnya, seraya mengucapkan terima kasih.
Hari ini Ivo tak mendampingiku karena ia akan meeting dengan produser yang menawariku naskah film. Aku sendiri tak masalah dengan absennya kakakku, karena sudah sering aku melakukan aktivitasku sendiri tanpa dirinya. Toh pekerjaannya bukan mendampingiku, ada asisten pribadi yang sigap membantuku jika ada apa-apa. Sejak pertemuan ku dengan Jasper usai, Ivo tak lagi merecekokiku. Isu pelakor itu pun terhempas oleh kasus lainーadu mulut antara Nikita Mirzani dan selebritis lain. Lagipula kasusku nyaris tak ada bukti kongkrit sama sekali, sehingga bisa dibilang selesai sampai di sini.
"Hei, Roxy, My Girl!" sapa seseorang dari belakangku, membuatku tersentak dan menoleh. Rupanya Mr. Sahni, produser kenamaan di Indonesia yang berasal dari India.
"Hello, Mr. Sahni! Long time no see!" Aku tersenyum lebar dan bangkit untuk menyapanya. Lelaki itu memelukku erat, sebelum akhirnya membiarkanku kembali duduk. Sania, asisten pribadiku, segera menyiapkan kursi agar produser itu bisa duduk di sisiku.
"Ya ampun, nemuin kamu itu susahnya minta ampun. Aku sampai harus kemari biar bisa ketemu langsung!" Mr. Sahni menunjukkan deretan giginya yang putih bersinar, kontras dengan kulitnya yang gelap.
Aku tersenyum menunjukkan keramahan, seraya berujar, "Ah, tak perlu repot, Mr. Sahni. Mr. tinggal telepon saja, saya pasti datang." Aku sangat berterima kasih kepada produser yang telah memilihkan peran Bawang Merah itu untukku, sehingga aku bisa seterkenal sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Right & the Wrong Girl [Tamat]
Roman d'amourIvo meminta Roxy untuk menemui Jasper Kim, seorang lelaki berkebangsaan Singapura yang menjadi teman chat Ivo. Mereka berkorespondensi via Tinder, selama setahun. Kemudian Jasper ingin bertemu dengan Ivo, dan hendak datang ke Indonesia. Sayangnya se...