Deel Drie

522 18 5
                                    


holla llaa! kembali lagii!

happy reading y'all💗~ ⠀
 

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Jaemin menuruni satu persatu anak tangga rumah besar Jung. Sebenarnya bisa saja ia menggunakan lift, namun untuk kali ini ia lebih memilih menuruni tangga. Alasannya? huum, hanya ingin jalan saja. Entahlah, ia kesulitan untuk kembali tidur.

Sehabis melakukan kegiatan panas bersama Jeno. Jaemin tiba-tiba terbangun di pukul 2 dini hari. Kebetulan ia haus dan air di kamar Jeno telah habis diminum keduanya, ketika menyelesaikan pergumulan panas mereka.

Jaemin menuruni anak tangga dengan pelan, menikmati keindahan malam dari jendela-jendela besar kediaman Jung. Ia rasa sekitar 15 menit lebih waktunya dihabiskan untuk menuruni setiap anak tangga dari lantai 3 ke lantai 1.

Sampai di lantai dasar, Jaemin segera menuju dapur untuk mengisi botol minum yang ia bawa. Sekalian mengaliri tenggorokan dengan air lebih dulu.

Ketika air habis mengaliri tenggorokan si manis. Sebuah tepukan dibahu hampir saja mengagetkannya. Untung pegangannya pada gelas saat erat, jika tidak. Mungkin gelas yang ia pegang akan jatuh dan pecah berserakan di lantai.

Jaemin menolehkan kepalanya, dan disambut senyum dimple menenangkan milik calon Ayah Mertuanya.

"Lagi ngapain? Malam-malam bukannya tidur." ucap Jaehyun sembari berlalu ke kulkas mengambil soda kaleng.

Jaemin terdiam sejenak, masih mencerna ucapan Jaehyun. Kemudian menjawab,

"Oh ini Pa, haus. Papa juga ngapain malam-malam belum tidur?" tanya balik si Manis.

Jaehyun menoleh, meneguk pelan minumannya.

"Engga bisa tidur, biasalah. Kamu harusnya tidur, engga capek apa? Habis ngelayanin Jeno kan?" jawab Jaehyun dengan nada menggoda di akhir ucapannya.

Jaemin menggigit pelan bibirnya, sialan si duda Jung ini.

"Papa kok tahu?" cicitnya pelan. Bukannya kamar Jeno kedap suara ya?

"Halah, tahu Papa mah. Papa juga pernah muda kali. Apalagi Jeno kan anaknya engasan. Kantong hormon."

Jaemin terkekeh pelan, "Kayak Papa engga aja."

"Huh? Papa?" Jaemin terdiam. Aduh, salah ngomong kah dia?

"Hehehe, bukan Pa, lupain aja."

Jaehyun tersenyum tipis.

"Papa mau nonton TV aja, kamu mau ikut?" tawar Jaehyun.

Jaemin nampak berpikir. Lalu menganggukkan kepalanya. Menonton TV di jam 2 dini hari bukanlah hal yang buruk.

Mereka berlalu menuju ruang keluarga untuk menonton TV. By the way, Ruang keluarga Jung ada di lantai 2. Dan mereka memilih menaiki lift bersama. Tentu dengan ditemani beberapa toples kue kering, cemilan, snack, dan pelengkap utama orang bergadang. Kopi.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬


"Rencana pernikahan kalian gimana?" Jaehyun membuka suara karena jenuh dilanda keheningan. Yeah, meski suara TV yang menampilkan sebuah film comedy menemani mereka.

Jaemin yang sedang memakan se-toples kue keringnya tersentak kecil. Ia kaget dengan pertanyaan tiba-tiba dari calon Papa mertuanya.

"Eummm... persiapannya udah hampir matang kok Pa. Tinggal nunggu tanggal aja." jawabnya kemudian.

Jaehyun terdiam. Hanya menganggukkan kepalanya paham.

Ia menepuk pelan paha Jaemin. Paha mulus itu sebenarnya sedari tadi sudah menggodanya sedari tadi. Main sedikit dengan calon menantu nya bukan hal yang buruk bukan?

Jaemin kembali tersentak. Apalagi ketika tangan Jaehyun semakin lancang meremas pelan pahanya. Wajah Jaehyun juga semakin mendekat ke arah Jaemin.

Jaemin menahan nafasnya.

"Pa..." cicit Jaemin pelan. Ia ingin menolak, namun wajah Jaehyun dari dekat terlihat amat begitu tampan. Dan itu membuat Jaemin sedikit terpesona. Matanya berkedip lucu.

Jaehyun semakin terbawa suasana. Jaemin benar-benar cantik dilihat dari dekat seperti ini.

Jaehyun membawa wajahnya semakin dekat hingga bibirnya bertemu dengan bibir mungil merah muda milik Jaemin. Hanya menempel. Lalu melumat.

Jaemin bukannya menolak, ia malah terbuai dalam ciuman tersebut. Ia bahkan mengalungkan tangannya ke leher lelaki berstatus Duda itu.

Hingga...


"Ekheemm!" deheman keras menyadarkan keduanya.

Jaemin seketika mendorong tubuh Jaehyun menjauh. Ia takut. Takut itu Jeno. Nyatanya itu hanya...

"Sungchan?"

Sungchan melirik sinis ke arah Jaehyun. Lalu berbalik tersenyum manis ke arah calon kakak ipar kesayangannya.

"Katanya punya kakak. Terus ini apa Pa?" ledek Sungchan kepada Jaehyun. Cih, keluarganya memang sama saja semua.

Jaehyun berdehem pelan. Berusaha menghilangkan rasa gugupnya sehabis dipergok anak sendiri.

"Jaemin, sebaiknya kamu tidur. Besok kamu juga harus berangkat ke kantor kan?" jalan pertama yang Jaehyun ambil adalah membuat Jaemin pergi dari sini. Ia tak ingin situasi menjadi semakin canggung.

Jaemin hanya mengangguk.

"Kak Na tidur duluan ya, Sungchan." pamit Jaemin sembari mengulas senyum manisnya.

Sungchan menggangguk pelan.

Jaemin segera melangkah ke arah lift. Dan menuju lantai 3, kamar Jeno tentunya.

"Jadi...?" sebelah alis Sungchan terangkat. Penasaran dengan apa yang telah dilakukan Papanya. Sedikit tidak percaya. Tetapi, Papanya sudah menduda selama hampir 10 tahun lamanya. Jadi, mungkin hanya rindu sedikit belaian.

Namun tetap saja, Sungchan tak suka jika itu menyangkut Jaemin.

Jaehyun hanya mengangkat bahu pelan dengan wajah tanpa dosanya.

"Udah malem, mending kamu tidur juga. Besok masih harus kuliah kan?"

Sungchan mendengus. Papanya pintar sekali mengelak dan mengalihkan topik pembicaraan.

Tapi, sebelum Sungchan melangkahkan kaki pergi ke kamarnya. Ia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang membuat malam menuju pagi Jaehyun penuh akan pikiran mengenai perkataan putra bungsunya itu.

"Kenapa Kak Na gak sekalian aja jadi Jung-nya kita Pa? Seru kayaknya."

Hanya sepatah kalimat itu.


to be continued...

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬


aku publish lagi, semoga ada yang baca.

votement nya~

Herhalen [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang