8. Thruth Reveal

119 12 0
                                    

"Tentu aja saya tau dari Savana, dari mana lagi?" Wira terdengar sangat bangga saat mengucapkannya. Ia sadar hal itu sepertinya berhasil mengusik pria di hadapannya. Leo memang sedikit iri karena menilai pria itu memiliki kedekatan khusus dengan wanita incarannya. Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan dengan Leo, Wira menoleh ke arah Savana dan mengajaknya pergi dari sana, "ayo Na!"

Savana merasa serba salah, di satu sisi ia tidak enak meninggalkan Leo begitu saja tapi di sisi lain ia harus segera menyelesaikan laporannya. Savana masih bergeming di tempat, membuat Wira geram dan mengajaknya sekali lagi, "Na? Ayo!"

Kelemahan terbesar Savana adalah pekerjaan, ia selalu mengutamakan hal itu di atas dirinya sendiri apalagi hubungan asmaranya. Salah satu alasan ia masih melajang hingga saat ini juga karena kesibukannya bekerja.

"I-iya mas." Sahut Savana gelagapan, ia menatap Leo dengan perasaan tak enak. Tapi Leo tampak tidak keberatan sama sekali, pria jangkung itu mengangguk ikhlas sembari tersenyum tulus.

"Aku pergi dulu ya Le, maaf banget kita gak-" belum sempat Savana menyelesaikan ucapannya, Wira langsung menyelak dan menarik tangan wanita itu tak sabaran. "Udah buruan, nanti keburu malam!"

Leo berdiri hendak menasehati Wira agar tidak terlalu kasar tapi ia sudah lebih dulu membawa Savana pergi.

Tubuh Savana bergerak menjauh karena ditarik Wira, ia bahkan tak sempat berpamitan pada Leo.

Di tempatnya, Leo yang kembali duduk hanya bisa menghela napas pasrah.

Dalam perjalanan menuju basement tempat mobil Wira terparkir. Savana yang berjalan di belakang Wira menyempatkan diri mengirim pesan pada Leo.

To: Leo
Maaf ya Le sekali lagi
Asli aku gak enak banget sama kamu

Beberapa saat kemudian, muncul balasan dari Leo lengkap dengan emotikon senyum.

From: Leo
Gakpapa Van, santai aja 😁
Aku ngerti kok

Savana tersenyum lega, bersyukur karena Leo sangat pengertian. Jalan sambil berbalas pesan membuat Savana jadi lambat, hal itu langsung mengundang amarah Wira. Pria yang memiliki tinggi 174 centimeter itu menoleh lalu meminta Savana mempercepat langkahnya.

"Na, buruan! Lama deh." Omelnya.

"Iya, iya, sabar kenapa." Balas Savana yang kemudian berlari kecil mengejar Wira lalu menjajari langkahnya.

Saat hendak masuk basement, ponsel Wira berdering. Ia berhenti untuk menjawab telepon yang masuk.

"Halo?" Sapanya datar lalu terdiam untuk mendengar ucapan lawan bicaranya.

"...."

"Maaf hari ini saya ada acara mendadak, saya akan telepon balik nanti."

Setelah mengatakan hal itu, Wira mengakhiri teleponnya lalu mengajak Savana lanjut jalan.

Mereka tiba di P3, tempat Wira memarkir mobilnya. Ia menekan kunci mobilnya, pintu mobil pun terbuka. Wira membuka pintu belakang dan mengambil sebuah laptop berwarna silver berlambang apel digigit miliknya lalu memberikan itu pada Savana.

"Gimana kalo ngerjain di moonback sekalian ngopi dan numpang Wifi?"

Savana mengangguk setuju.

Mereka pun masuk ke mobil lalu pergi menuju cafe moonback yang lokasinya tak jauh dari mall itu.

Lima menit kemudian, Savana dan Wira tiba di tujuan. Setelah mobil Wira terparkir, mereka masuk beriringan ke dalam cafe, dengan Wira yang memimpin.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang