28. Bunga Melati

41 6 0
                                    

Dua hari sebelum lamaran, Kamis 10 Juni pukul delapan malam, Wira menjemput Savana kembali. Sebenarnya Savana sudah bilang akan berangkat menggunakan kereta saja, supaya Wira tidak perlu bolak-balik lagi, karena itu pasti sangat melelahkan. Namun, pria itu bersikeras mau menjemput Savana.

Saat ini Wira sudah berada di depan rumah Savana dan tengah memasukkan tas berisi pakaian Savana ke jok belakang mobil.

"Udah gak ada lagi yang mau dibawa?" tanya Wira memastikan.

Dengan yakin Savana menjawab, "Iya udah gak ada."

"Hape, dompet, semua udah?" tambah Wira. Kali ini Savana hanya mengangguk sebagai respon.

Di saat bersamaan, di lain tempat, Emma tampak tergesa memasuki lobby salah satu rumah sakit dengan raut cemas.

Savana dan Wira berangkat tepat pukul sembilan malam. Dalam perjalanan kali ini, setelah Savana memaksa, akhirnya diputuskan bahwa mereka akan mengemudi secara bergantian. Adalah Savana yang akan mengemudi pertama.

"Mas tidur aja gakpapa, jadi pas kita gantian nanti mas Wira gak ngantuk" titah Savana yang sudah mengemudikan mobil Wira memasuki jalan tol.

"Hmm." Wira berdeham mengiyakan, tapi tidak melakukannya.

"Mas? Udah tidur aja."

"Gakpapa Na, saya gak ngantuk" sahut Wira.

"Mas!" Panggil Savana, kali ini nada bicaranya sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Tidak ingin berdebat, akhirnya Wira menurut saja, ia duduk bersandar, lalu menutup matanya sambil melipat kedua tangan. Pria itu pura-pura tidur.

Empat jam kemudian, setelah menempuh setengah perjalanan, Wira yang berlagak seperti orang baru bangun tidur meminta Savana berbelok ke rest area untuk bergantian dengannya. Savana menurut karena ia juga sudah mulai mengantuk.

Wira melanjutkan perjalanan mereka, sementara Savana terlelap di sampingnya. Dua jam kemudian, Wira kembali berbelok ke rest area untuk beristirahat sejenak dan buang air kecil. Tanpa membangunkan Savana, Wira keluar dari mobil menuju toilet umum.

Mereka tiba di rumah kedua orangtua Savana keesokan harinya, pukul 9 pagi.

"Mas Wira gak mau mampir dan istirahat dulu?" Ucap Savana menawarkan.

"Gak deh Na, saya istirahat di rumah aja. Tolong sampein permintaan maaf saya sama ibu kamu ya, maaf gak bisa mampir."

Savana mengangguk mengiyakan, lalu melambaikan tangan mengantar kepergian Wira. Setelah mobil pria itu tidak terlihat lagi, Savana berjalan memasuki rumah.

"Na, kamu sudah sampai?" tanya Vina yang baru kembali dari warung.

"Iya, ibu dari mana?"

"Dari warung, ada bumbu yang habis" sahut Vina seraya menunjukkan kantong plastik bawaannya.

Di rumah orangtua Savana saat ini sedang dilakukan persiapan untuk acara besok.

Keesokan harinya, pukul 10 pagi, Wira beserta keluarganya tiba di rumah kedua orangtua Savana, mereka tampak membawa berbagai macam barang sebagai seserahan. Mereka disambut hangat oleh keluarga Savana.

Rangkaian acara hari itu pun dimulai dengan ucapan selamat datang dan pemberian kata sambutan oleh seseorang yang ditunjuk sebagai MC.

Acara terus berlanjut, MC mempersilahkan perwakilan keluarga Savana untuk menanyakan maksud dan tujuan kedatangan keluarga Wira. Setelah itu, gantian perwakilan keluarga Wira menyampaikan maksud kedatangan mereka adalah untuk melamar.

"Maksud dan tujuan kami datang hari ini adalah untuk melamar putri dari bapak Ali yang bernama Savana Alvira."

Setelah lamaran diterima secara resmi, keluarga Wira mengucapkan terimakasih dan menyerahkan peningset atau seserahan sebagai tanda keseriusan Wira dan keluarga. Peningset diserahkan oleh Tiara kepada Vina. Acara berlanjut dan tiba saatnya tukar cincin yang dilakukan ibu masing-masing. Secara bergantian Vina memasangkan cincin di jari Savana dan Tiara di jari Wira.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang