22. Para Pengganggu

44 8 0
                                    

Pukul empat pagi, Savana dibangunkan oleh dering ponselnya yang berisik. Dengan kondisi setengah sadar ia meraba meja kecil dekat kasur dan meraih benda persegi itu, lalu menjawab telepon masuk tanpa melihat siapa yang menelepon pagi-pagi buta begini.

"Halo" Savana menyapa dengan suara serak dan mata masih terpejam.

Kedua matanya langsung terbuka lebar-lebar saat di sisi lain terdengar teriakan yang memekakan telinga, "Savana!!!"

Adalah Emma, orang yang menelepon Savana pagi-pagi dan langsung berteriak.

"Astaga Ma, kenapa sih? Lo gak tau ini jam berapa? Subuh juga belom!" Keluh Savana sambil mengusap telinganya yang sedikit pengang.

Emma mengabaikan omelan bernada keluhan dari sahabatnya, ia malah balik bertanya, "Na, lo baik-baik aja, kan?" ia terdengar cemas.

"Hah? Iya, gue baik-baik aja. Kenapa?" sahut Savana kebingungan.

Emma menghela napas lega, lalu bercerita, "Gue mimpi lo digigit ular, Na. Mana ularnya gede banget."

"Bagus dong?" timpal Savana santai.

Emma langsung ngomel, "Heh! Kok bagus? Lo digigit ular Na, ular!!"

Savana tertawa mendengar nada cemas dalam bicara Emma barusan. "Gue pernah denger, kalau mimpi digigit ular berarti bakal ketemu jodoh" ucapnya yang sudah berhenti tertawa.

"Dih, lo mah error! Digigit ular itu artinya lo lagi dalam masalah!" bantah Emma.

"Ketemu jodoh, Emma!" Savana bersikeras dengan pendapatnya.

"Kayanya bener deh, karena-" tambah Savana, ia sengaja menjeda ucapannya untuk membuat Emma penasaran.

Umpan Savana dimakan, Emma yang penasaran mendesak ia untuk melanjutkan kalimatnya yang terpotong, "Karena apa? Cepetan kasih tau! Ada sesuatu ya?"

"Karena-" Savana mengubah posisi tidurnya menjadi telungkup, lalu berseru "-semalem gue dilamar sama mas Wira!!!" disusul teriakan bahagianya.

Alih-alih percaya, Emma malah mencibir dengan sinis, "Dalam mimpi ya? Lo sendiri yang bilang kemaren, kalau dia udah punya calon!"

Akhirnya Savana pun menceritakan tentang candle light dinner semalam bersama Wira, lengkap dengan lamaran pria itu.

"Lo serius?" konfirmasi Emma masih belum bisa percaya.

"Serius! Wait deh" Savana mengutak-atik ponselnya dan mengubah telepon ke mode video. Setelah berhasil, ia langsung memamerkan cicin pemberian Wira pada Emma, "TARA!!!"

"Dari mas Wira" Ungkapnya sombong.

"OMG!!! Beneran? Wah, dia sat set juga ya? Bukan ngajak pacaran, tapi langsung ngajakin nikah!" Komentar Emma kagum. Savana langsung tersenyum bangga.

"Sumpah, semalam itu malam paling indah di hidup gue, Ma" ujar Savana menggebu-gebu, "Aaa, mas Wira."

Emma menggeleng seraya tertawa pelan, ia seolah melihat simbol hati memenuhi mata Savana saat ini.

"Akhirnya ya? Gue ikut seneng dengernya, Na. Selamat ya" ucap Emma tulus tanpa melupakan senyum manisnya.

"Makasih, Ma."

"Eh, udah dulu ya Na, Brandon nyariin gue hahaha. Sekali lagi selamat Savana unana" tutup Emma yang dibalas anggukan Savana.

Video call mereka pun berakhir.

Setelah ponselnya mati, Savana menatap sekali lagi cincin yang melingkar di jari manisnya. Senyum cerah kembali merekah menghiasi wajah bulat wanita itu.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang