3. Ternyata Dia Peka

192 16 0
                                    

"...jangan liatin saya terus!
Nanti orang-orang curiga."

__________**__________

Savana melirik Wira yang sedang fokus makan dengan sangat tenang. Keheningan menyelimuti suasana makan mareka, tidak ada obrolan, bahkan Wira tidak menimbulkan suara sendok atau garpu yang beradu dengan piring sama sekali, apalagi bunyi decapan, benar-benar sunyi senyap seperti kuburan.

Kuburan bahkan tak sesunyi ini, karena masih ada suara jangkrik atau burung hantu, tapi Wira makan benar-benar tak ada suara sedikit pun. Savana jadi sungkan untuk mengajak bicara duluan. Sebenarnya Savana tidak betah makan dalam diam, baru kali ini ia makan setenang dan sesunyi itu. Tak jarang ia makan sambil mengobrol, apalagi kalau makan dengan si bestie akhlakless, itu sebutan yang diberikan Savana untuk sahabatnya Emma.

Selesai makan barulah Wira buka suara dan memulai obrolan, "enak gak makanannya?" Tanyanya sambil mengelap mulut.

Savana hanya mengangguk pelan.

"Ini blind date kamu yang ke berapa?"

"Yang pertama, kalau mas?"

Wira mengangguk pelan tanpa menjawab dan malah mengajukan pertanyaan lain, "berarti masih ada lima kali ya?"

"Iya." Sahut Savana sedikit jengkel.

Savana diberi tahu Olive, selama masa kontrak tiga bulan, ia akan menjalani enam kali kencan buta atau 'blind date' yang dibagi jadi dua kali dalam sebulan. Olive sudah menjadwalkan untuk bulan pertama, jadwal bulan selanjutnya akan diinformasikan menyusul. Olive juga menjelaskan blind date dengan satu orang akan dilakukan sebanyak dua kali. Lalu selama kontrak berjalan mereka tidak boleh memilih siapapun dan harus menyelesaikannya sampai kencan ke-6. Artinya Savana akan berkencan dengan tiga teman kencan yang dipilihkan LFY. Setelah semua kencan selesai, barulah boleh memilih pasangan, mereka menyebutnya 'real mate'.

"Asisten cintamu siapa Na?"

Dari tadi setiap kali Wira tanya Savana selalu menjawab, tapi pertanyaan Savana satu saja tidak dijawabnya. Hal itu membuat Savana malas untuk menjawab lagi. Ia diam sambil pura-pura sibuk menyeruput es teh manisnya. Ia bertingkah sesuka hati tanpa rasa takut sama sekali. Savana tak takut dipecat, karena ia tahu kewenangan itu tidak berada di tangan Wira.

"Kalau saya, asisten cinta saya namanya Theo. Dan ini adalah blind date pertama juga buat saya."

Savana menoleh. Sepertinya Wira tahu arti diamnya barusan. Bagus lah kalau begitu, ternyata dia cukup peka juga. Savana pun mengangguk lalu menjawab, "aku mbak Olive."

Wira menatapnya bingung.

"Asisten cintaku, namanya mbak Olive. Pacarnya Popeye."

Wira tertawa pelan mendengar kelakar Savana barusan. Baru kali ini Savana melihat pria berpipi chubby itu tertawa, matanya yang sipit tampak makin menghilang. Biasanya setiap kali mereka bertemu, Wira selalu memasang wajah sinis dengan kedua alis yang naik dan dahi mengkerut.

"Habis dari sini mau kemana?"

Savana menggeleng tidak tahu, "tapi mas, kata pacarnya Popeye, blind date itu cuma mencakup dinner, makan siang, sama paling nonton bioskop aja. Itu juga harus dikoordinasiin dulu sama AC kita dan harus dapat persetujuan LFY."

AC adalah singkatan untuk asisten cinta, kalau untuk Savana berarti Olive. Kenapa harus koordinasi lebih dulu? Katanya sih untuk menjaga keamanan klien mereka, jadi semuanya harus ada di bawah pengawasan LFY.

"Jadi habis ini berarti kita pulang." Savana menambahkan. Ia kemudian melirik jam yang melingkar di tangannya. "Udah jam sembilan ternyata, pulang aja yuk! Eh maksudnya pulang ke rumah masing-masing ya."

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang