19. Penegasan

44 8 0
                                    

Wira yang baru selesai makan langsung menjawab telepon dari ibunya, sedikit heran mau apa ibunya menelepon padahal beberapa saat lalu sudah menanyakan kabar dirinya lewat pesan singkat.

"Gimana Bas, katanya kamu mau bawa calonmu ketemu ibu sama bapak? Kamu udah ngomong toh sama dia?" serangkaian pertanyaan menuntut Tiara terdengar dari sisi lain telepon.

Sebenarnya tujuan Wira ke kantor pusat dan ingin menemui Savana beberapa hari lalu adalah untuk mengutarakan isi hatinya, tapi sayangnya ia tidak bisa. "Dia udah punya calon sendiri bu, hari ini lagi foto prewed" sahut Wira lesu.

"Lho? Gimana toh? Yowes, yowes, mungkin bukan jodoh. Mending kamu sama si Sava saja, anaknya pak Ali" kata Tiara diselingi provokasi.

Wira tidak membahas lebih lanjut dan mangakhiri telepon dengan berkata, "Sudah dulu bu, saya mau ambil mobil. Barusan udah bengkel udah sms, katanya service nya udah selesai."

"Yowes. Coba dipikirin lagi soal anaknya pak Ali" putus Tiara. Andai saja beliau tahu wanita pilihan Wira dengan anak pak Ali itu orang yang sama, entah apa pendapatnya. Wira menghela napas panjang begitu panggilan telepon berakhir.

Sementara itu, Emma menatap penasaran ke arah sahabatnya yang terdengar sendu saat menyebutkan nama Wira.

"Dia kenapa?"

Savana menunduk lesu seraya berkata, "Dia bilang foto gue cantik, Ma."

"Lho? Dibilang cantik kok malah sedih?" Emma mengerutkan kening bingung.

Savana tak langsung menjawab, ia menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Setelah itu barulah menjawab, "Pujian dia tuh bikin gue makin bingung dan galau. Dia kan jelas-jelas udah punya pacar, tapi kenapa dia malah bikin gue berharap terus?"

"Gak bisa apa dia jahatin gue sekalian, biar lebih gampang buat gue lupain dia" keluh Savana.

Emma mengangkat telapak tangannya, lalu mengusap lembut punggung Savana.

Tanpa sepengetahuan mereka, seseorang menguping di belakang. Orang itu tampak sendu mendengar ucapan Savana.

"Sayang, kita jadi ke villa dulu?" tanya Brandon yang datang dari arah depan kedua wanita itu. Ia belum menyadari awan mendung yang tengah menyelimuti Savana. Saat sudah dekat barulah ia menyadari dan bertanya, "Savana kenapa?"

"Masalah cewek, kamu gak perlu tau" sahut Emma sok misterius.

"Ma, gue langsung balik ke Jakarta aja ya?" Tanya Savana seraya menatap Emma.

Emma tampak berpikir sejenak, "Eh? Sendiri gakpapa?"

Savana mengangguk, "Gue udah selesai, kan?"

"Udah sih, tapi serius mau balik ke Jakarta sendiri? Soalnya gue sama Bran masih mau take beberapa foto lagi nanti sore" ucap Emma memastikan.

"Iya gakpapa, gue naik kereta lagi aja" sahut Savana mantap. Ia memang tidak berangkat bersama Emma dan rombongannya, karena merasa canggung berada di antara keluarga dan saudara Emma. Selain Savana dan Leo, semua bridesmaids dan groomsmen merupakan saudara Emma dan Brandon.

"Oh ya udah kalau gitu, sekarang kita ke villa dulu aja. Sekalian gue mau istirahat juga" ajak Emma.

Savana hanya menanggapi dengan anggukan kecil.

Mereka kembali menggunakan mini bus milik Brandon. Kendaraan yang juga mereka gunakan untuk perjalanan dari Jakarta ke Purwakarta tadi pagi.

Dalam perjalanan menuju villa Savana sibuk mencari tiket kereta menuju Jakarta, dan setibanua di villa ia langsung merapikan barang-barangnya.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang