27. Unconditionally Love

43 7 1
                                    

Tiara menatap mereka sambil melipat kedua tangan dan memicingkan mata. Kini mereka sudah duduk di ruang tamu, Savana dan Wira di sofa untuk dua orang sementara Tiara di sofa untuk satu orang.

Savana merasa semakin canggung karena lima belas menit sudah berlalu, tapi wanita yang melahirkan Wira itu masih saja membisu. Sebagai orang yang suka berpikir berlebihan, batinnya berbisik, "Jangan-jangan tante Tiara ngira aku yang maksa mas Wira, apalagi kan waktu itu aku semangat banget nerima perjodohan kami. Sementara mas Wiranya nolak, tapi sekarang tiba-tiba mas Wira ber-"

"Jadi kamu berubah pikiran?" Suara Tiara berhasil memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka, wanita paruh baya itu menatap putranya dengan tatapan menyelidik.

"Berubah pikiran apa?" Tanya Wira balik, kedua alisnya saling bertautan.

Tiara menghela napas, lalu menjawab, "Kamu kan sebelumnya nolak dijodohin? Kenapa sekarang nerima?"

"Saya memang nolak dan masih nolak perjodohan itu."

"Lah terus iki opo toh? Kamu ngenalin Sava sebagai calonmu?"

Dengan hati-hati, Savana berusaha menengahi, "Maaf sebelumnya tante, bukan maksud gak sopan dengan nyelak obrolan tante sama mas Wira, tapi mas Wira gak tau kalau yang dijodohin sama dia itu saya."

Wira langsung menoleh kaget, "Apa?" Dari ekspresinya, Tiara bisa tahu bahwa Savana tidak berbohong.

Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu, sampai tiba-tiba seorang pria paruh baya masuk dari luar.

"Lho ono opo toh iki rame-rame?" Tanya pria itu kebingungan.

Wira refleks berdiri, diikuti Savana.

"Pak, baru pulang?" Sapa Wira menyalami Baskoro.

"Nggeh" sahut pria Baskoro seraya mengangguk. Tatapannya beralih ke Savana yang berdiri di samping Wira, "Iki sopo Bas?"

"Calon yang pernah saya ceritakan pak" sahut Wira tegas.

Baskoro mengangguk paham, lalu beralih pada istrinya yang tiba-tiba berkata, "Iki Sava lho pak, anak e mas Ali?"

Baskoro tampak kaget, karena saat Savana berkunjung pertama kali bersama kedua orangtuaku, beliau memang sedang tidak di rumah.

Akhirnya Wira yang memahami situasinya, menjelaskan semua kepada kedua orangtuanya.

"Saya minta restu ibu sama bapak" tutup Wira.

"Bapak sih setuju saja. Apalagi bapak kenal mas Ali orangnya baik, pasti anak e juga ora neko-neko toh?" Sahut Baskoro yang sudah duduk si seberang Tiara.

Tanpa berkata apa-apa, Wira berpaling menatap ibunya.

Tiara menghela napas panjang, lalu berkata, "Sebenernya Ibu juga seneng lho karo Sava. Tadi itu Ibu cuma kaget sama bingung saja."

Savana langsung tersenyum cerah mendengarnya.

"Terimakasih tante" ucap Savana tanpa melepas senyumnya.

Baskoro bangkit dari tempat duduknya, lantas berkata, "Bapak tinggal mandi dulu yo?"

Wira dan Savana mengangguk bersamaan. Setelah itu Baskoro pun meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

"Ya ampun sampai lali belum buat minum" seru Tiara saat melihat meja di depan mereka kosong.

"Gakpapa tante, gak usah repot-repot" sahut Savana tak enak hati.

"Nda repot Sav, tunggu sebentar ya!" Ucap Tiara lantas berlalu menuju dapur.

Selepas kepergian Tiara, Savana langsung menyandarkan tubuh ke sofa seraya menghela napas lega. Lalu menolehkan kepala ke arah Wira yang sudah lebih dulu menatapnya.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang