07. ANNIVERSARY

30 10 0
                                    

BACANYA SAMBIL DENGERIN MULMED DI ATAS, YA! 🎵

Halo guys! Apa kabar? Semoga baik-baik aja yaa! 🙆‍♀🤍

Siap ikutin kisah Bumi?

Jangan lupa vote dan ramaikan tiap paragrafnya ya!

Happy reading guys! 🤍

Happy reading guys! 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUMI


“Seterang apapun cahaya bulan, tetap dia membutuhkan matahari untuk menerangi setiap sudut bumi.”

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07. ANNIVERSARY

"DY! DY!"

Merasa terpanggil, Matahari menengok ke arah belakang dimana sumber suara itu berasal. Sudah ada Bulan dan Aruna di belakangnya dengan Aruna yang berlari menuju ke dekat Matahari.

"Mau ngajak debat? Sorry gue lagi nggak minat dulu," sangka Matahari.

Matahari sedikit tahu, kalau sudah berhadapan dengan Aruna pasti akan ada perdebatan. Entahlah, kenapa Aruna ini hobi banget ngajak orang buat debat. Sekalian aja dia ikut lomba debat. Udah juara sih, jadi yang paling julid.

"Su'udzon mulu," jeda Aruna beberapa saat. "Gini loh gue mau nanya sesuatu sama lo."

Pantas saja Aruna ini terlihat kalem, ternyata ada maunya. Heran aja dari awal kenapa Aruna tidak berteriak seperti biasanya, taunya ada yang dia mau. Biasalah!

"Apaan? To the point," balas Matahari.

Keduanya berjalan santai di lorong koridor meninggalkan Bulan yang masih berjalan di belakang keduanya.

"Jadi gini loh...." Aruna menggerakan jari telunjuknya seraya nengayunkan jarinya itu.

Matahari yang melihat gerakan Aruna sedikit bergedik ke arahnya. Kenapa si ini cewek. Pikir Matahari.

"Lama gue tinggal lo."

"Sabar buset, Dy."

Tidak mau menunggu lagi, Matahari memutuskan untuk memberhentikan langkah kakinya di dekat kantin. Kedua tangannya sengaja dia taruh di depan dadanya seraya menghadap ke arah Aruna yang juga ikut berhenti.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang