02. ACARA DADAKAN XI IPS 2

55 16 10
                                    

Halo guys! Apa kabar? Semoga baik-baik aja yaa! 🙆‍♀🤍

Siap ikutin kisah Bumi?

Jangan lupa vote dan ramaikan tiap paragrafnya ya!

Happy reading guys! 🤍

Happy reading guys! 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUMI

“Seterang apapun cahaya bulan, tetap dia membutuhkan matahari untuk menerangi setiap sudut bumi.”

02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


02. ACARA DADAKAN XI IPS 2

"BUM GAWAT!"

Baru satu langkah masuk ke dalam kelas, Bumi dikejutkan dengan teriakan nyaring yang berasal dari Echa, teman sekelasnya.

Perempuan itu berlari dari pojok belakang kelas dengan tergesa-gesa, menghampiri Bumi yang masih setia berdiri di depan pintu kelas bertuliskan 'KELAS XI IPS 2.'

"Kenapa?" tanya Bumi ketika Echa sudah sampai di hadapannya.

Echa mengatur napasnya terlebih dahulu, membuat Alfarezel—teman dekat Bumi yang juga teman sekelasnya—greget. "Kelamaan lo, Cha! Lima menit lagi bel, anying!"

Alfarezel, atau yang biasa dipanggil Alfa itu berlari pelan menghampiri Bumi, "itu si Echa Uttaran nggak bawa selendang sampur, padahal jam pertama pelajarannya Bu Ratna," jelas Alfarezel terburu-buru. Bu Ratna sendiri merupakan guru seni budaya yang mengajar kelas Bumi. Kebetulan juga materi yang diajarkan kali ini adalah seni tari, dan pertemuan sebelumnya beliau mengumumkan untuk siswi wajib membawa selendang sampur untuk praktek.

"Haduh, terus gimana?" tanya Bumi pada akhirnya. Memang di kelas ini, Bumi yang selalu bisa diandalkan dalam urusan apapun, sekecil apapun itu.

"Pinjemin dong ke Bulan, hehehe. Kelas dia ada jadwal seni budaya juga hari ini," Echa mengucapkannya dengan cengiran di wajahnya.

"Ya elah, tunggu sebentar," Bumi memberikan tas nya pada Echa, lalu menarik Alfarezel untuk ikut bersamanya, "taroh tas gue, Cha. Lo ikut gue, Al," pintanya.

Bumi dan Alfarezel berjalan cepat menuju gedung IPA yang berada di seberang gedung IPS. Saat sampai di depan ruang kelas XI IPA 2—ruang kelas Bulan, keduanya berhenti sejenak di depan pintu guna mengatur napasnya yang berantakan akibat berjalan cepat.

BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang