"kamu janji bakal ada buat aku terus, Bumi?"
"Aku janji, Lan. Aku percaya kalau aku sama kamu itu bakal abadi."
"Masa depan akan jadi milik kita kan, Bumi?"
"Iya, Bulan. Pegang janji aku."
-
"Aku capek, Bumi. Aku nyerah."
"Lo mau nyerah gitu aja?" K...
Halo guys! Apa kabar? Semoga baik-baik aja yaa! 🙆♀🤍
Siap ikutin kisah Bumi?
Jangan lupa vote dan ramaikan tiap paragrafnya ya!
Happy reading guys! 🤍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BUMI
"Seterang apapun cahaya bulan, tetap dia membutuhkan matahari untuk menerangi setiap sudut bumi."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
09. SELINGKUHAN?!
"Woi! Bu Susi mau adain kuis!" teriak Rafa begitu sampai di kelas.
Masih pagi, sudah bawa kabar tidak mengenakan lagi. Bukannya mereka tidak bisa mengerjakan soal matematika, tapi Bu Susi itu guru killer. Kalau lagi ngerjain soal, tatapan Bu Susi itu suka bikin tiba-tiba otak jadi ngeblank seketika.
"SERIUSAN ANJIR RAF?!" Rendy ikut berteriak dari bangkunya.
"Ya serius, anjir," balas Rafa. Laki-laki itu masih setia berada di ambang pintu kelas.
Suasana pagi ini sudah mulai kacau, semua anggota kelas kembali ke bangkunya masing-masing untuk membaca buku materi. Tapi, kalau soal matematika apa yang harus di baca coba? Kalau di hapalkan rumusnya, mana sempat dalam waktu mepet gini.
"OMG! GUE BELUM BACA BUKU!" teriak Fanya kebingungan. "AWAS MINGGIR LO, RAF," lanjutnya kepada Rafa yang menghalangi jalan.
"Mampus! Buku kas mulu sih yang lo urus," celetuk Tari.
"KAS ITU KEWAJIBAN GUE. MASA LO SEMUA GAK MAU KELAS KITA KAYA?" teriak Fanya lagi seraya mengambil buku catatannya.
"Kaya si kaya, Neng. Tapi gue jadi bangkrut gak bisa ajak ayang jalan-jalan," ujar Rendy lesu.
"Itu si derita lo!"
"Mau ulangan itu belajar woi, bukan saling adu mulut. Ganggu orang belajar aja!" celetuk Aruna yang merasa terganggu.
