1

138K 7.9K 723
                                    

Sosok berpakaian rapi dengan buku di tangannya. Ia juga menyediakan sebuah penggaris kayu yang cukup tebal.

Di umurnya yang ke 22 tahun sudah bekerja sebagai pekerja magang. Namun, lebih tepatnya sosok guru yang paling ditakutkan oleh para murid nakal.

Jika ada seorang murid berbuat kesalahan maka ruang BK tujuan mereka. Para murid nakal sudah kerap kali ia temui setiap hari. Dari segi pemberontak juga murid teladan sering ditemukan olehnya.

Namun, seperti sekarang ia sedang menghadapi sosok murid yang ketahuan membawa rokok. Ia menghadapi murid nakal bukan untuk menghukum melainkan membantu para siswa agar berbuat lebih baik.

"Kenapa lagi kali ini?"

"Bonyok mau cerai."

Ia hanya tersenyum tipis. Sebuah anak bersifat nakal pasti juga punya alasan. Jadi sebagai orang yang lebih dewasa kita harus bisa membuatnya sadar jika masalah tidak harus dibalas ke hal negatif.

"Saya sudah bilang bukan. Kalau ada masalah bisa cerita ke Bapak. Jika kamu malu kita bisa cerita di cafe sekaligus Bapak traktir."

Sosok siswa itu akhirnya tidak bisa membendung air matanya. Ia hanya bisa mengelus punggung sosok yang rapuh dihadapan dirinya.

"Kenapa nggak dari dulu aja mereka pisah? Pertahankan pernikahan tapi sama-sama nggak cinta buat apa. Mereka itu egois! Mereka nggak mikirin anak. Mereka selalu bawa selingkuhan ke rumah. Saya kasian sama adek yang masih 5 tahun, Pak!"

Ia hanya tersenyum sendu. Ia ikut merasakan kesedihan remaja itu. Sebenarnya ia dulu juga anak yang nakal bahkan sering membuat para guru menangis akan sikapnya.

Ia itu anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sehingga membuatnya kekurangan kasih sayang orang tua. Namun, di umurnya yang 17 dua orang tua mengadopsinya bahkan menyayanginya dengan tulus. Mulai hari itu ia mencoba merubah sifatnya.

"Kamu kalau butuh apa-apa bilang saja sama bapak. Kemungkinan bapak akan bantu kamu dan adikmu sebisanya."

"Makasih, Pak. Bapak baik banget nggak kayak guru lain yang anggap saya sebelah mata."

Ia hanya tersenyum tipis. Kemudian ia meminta siswa itu untuk istirahat di UKS sementara sampai keadaannya sedikit tenang.

Sebuah getaran di pahanya seketika membuatnya menjadi geli sendiri. Ia melupakan benda kotak yang berada di dalam sakunya.

"Halo, Bang."

"Anjing, lo bawa motor gue, ya!"

"Nyebut, Bang! Udah punya anak juga masih aja ngomong kasar. Gue aduin ke bini Lo mampus!"

"Kang ngadu Lo! Pokoknya 15 menit motor gue nggak balik. Jangan salahin gue kalau koleksi komik Lo gue bakar!"

"Jangan ogeb! Bisanya ancam orang mulu!"

"Bodo amat."

Tit!

Ia menghela napas gusar. Ia menatap kunci motor yang berada di atas meja kerjanya.

Ia tanpa berpikir panjang segera keluar dari ruangannya. Ia menatap lorong sekolah dengan perasaan dongkol. Kenapa ruangannya harus berada di ujung gerbang utama.

Saat di jalan ia dikejutkan oleh seekor monyet liar yang mengejarnya. Ia yang takut kepada monyet sontak berlari dengan kencang.

Bugh!

Kepalanya menghantam tiang sekolah dengan sangat keras. Ia tumbang seketika dengan darah yang keluar dari keningnya.

"Dosa gue masih banyak."

Más Tarde 《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang