40

24.9K 2.7K 209
                                    

Gavin dan Rion menatap kedua orang tuanya. Ia hanya tersenyum tipis dengan merasa ada yang aneh.

"Gavin ... Rion ... Mami sama Papi mau pergi ke luar kota. Jadi ini kartu buat jajan kamu selama 1 minggu," ucap mami dengan memberikan kartu atm.

Gavin menerimanya dengan mengerutkan keningnya. Sekarang sepertinya benar-benar ada yang salah.

"Mami sama Papi nggak bakal bawa adek, kan? Pokoknya kalau kalian pulang bawa cabang bayi Gavin bakal ngambek 7 turunan!" seru Gavin dengan mendengus kesal.

Orang tuanya yang benar saja mau memiliki anak diumur dirinya ke 17 tahun. Nanti bakal dikira tetangga malah anak dirinya.

"Mami tidak berencana memiliki anak. Kami hanya liburan untuk menenangkan diri. Semua ini rencana Papi kamu," ungkap mami dengan tertawa kecil.

"Tapi, Mi. Punya anak lagi sepertinya bagus juga," goda papi dengan merangkul pundak sang istri.

"Papi!" seru Gavin dengan melotot tajam.

Rion hanya tertawa saja. Hal itu terserah mereka karena sudah mending dirinya akan diasuh dan dibiayai hingga pendidikan jenjang tinggi nanti.

"Kamu maunya saja percaya Papimu ini. Dia cuman mengerjai kamu," ucap mami dengan tertawa kecil.

Gavin hanya mendengus dengan menatap malas sang papi. Kemudian ia berpelukan dengan sang mami. Ia juga memeluk sang papi dengan malas.

"Puasin aja Mi liburannya. Nanti jangan lupa bawa oleh-oleh buat Gavin," ucap Gavin dengan cengengesan.

Mami menatap ke arah Rion dengan tersenyum. Ia memeluk tubuh anaknya itu lalu menepuk pundak Rion.

"Jaga Gavin selama kami pergi, ya. Kamu mau dibawakan apa?" ucap mami dengan menatap anak bungsunya.

"Terserah Tan ... Mami aja," ucap Rion dengan terbata-bata. Ia masih belum terbiasa mengucapkan kata mami dan papi.

"Jaga putra saya! Jangan sampai lecet!" seru papi dengan menatap tajam.

Rion merangkul pundak Gavin. Tangannya yang satu digunakan untuk memeluk lengan Gavin.

"Tenang aja, Pi. Elang manis ini bakal Rion jaga," ucap Rion dengan menatap wajah Gavin.

Kepala sekolah yang melihat hanya menutup mulutnya. Apa yang baru saja ia lihat sekarang?

"Baiklah, jika begitu kami pergi dulu Pak. Terima kasih sebelumnya," pamit papi lalu pergi bersama mami.

Kemudian meninggalkan mereka bertiga. Kepala sekolah menatap kedua muridnya yang masih saja berdebat di depannya.

"Kalian ingin pergi atau bantu Bapak kerjakan laporan?"

Mereka berdua menggelengkan lalu beranjak pergi. Saat di luar mereka hanya berjalan pergi.

Di koridor yang terlihat agak sepi. Rion menarik tangan Gavin lalu mendorongnya ke dinding.

"Mau ngapain lagi?" desis Gavin dengan menatap sinis.

Cup!

"Bye, makasih untuk kiss nya!" seru Rion dengan mengedipkan matanya.

Gavin menatap kepergian Rion dengan memegang bibirnya. Ia berjalan pergi menuju kelas dengan menggigit pelan bibirnya.

"Anjir, gue harus pasang perisai. Bahaya tinggal berdua sama Rion," gumam Gavin dengan bulu kuduknya yang berdiri. Ia tidak ingin terayu makhluk binal itu.

***

Gavin terbangun lebih awal daripada biasanya. Saat hari libur ia biasanya terbangun cukup lama.

Ia mengeringkan rambutnya dengan turun dari tangga. Ia berjalan menuju dapur untuk mencari sarapan pagi.

Más Tarde 《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang