Setelah lama duduk dengan tatapan kosong nya, Eldara melihat curter diatas meja belajar nya, Eldara pun beringsut untuk mengambil curter tersebut, setelah curter tersebut berada ditangan nya Eldara menatap curter tersebut sambil tersenyum dan air mata yang sudah membanjir pipinya.
Eldara mulai menggoreskan curter tersebut ke tangan nya, pada saat melakukan self harm ini Eldara merasakan pedih di kulit yang ia lukai, namun merasakan ketenangan di jiwa nya.
Eldara tau apa yang ia lakukan ini salah tapi sekarang ia benar-benar dalam keadaan yang sangat down dan dia tidak tau akan berbuat apa untuk melampiaskan emosinya.
Dia marah dia kecewa tapi dia hanya bisa memendam semua itu dia tidak diberi kesempatan untuk untuk memperlihatkan ekspresi nya."Hahaha, ternyata benar kata ayah aku anak ga guna, bahkan untuk menjaga kehormatan ku saja aku tidak bisa, benar-benar bodoh" tawa Eldara pilu sambil bermonolog.
Setelah selesai melakukan self harm Eldara kemudian bangkit dari duduk nya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. yah walaupun kepalanya masih pusing tapi ia harus segera berberes dan memasak untuk makan malam kelurganya jika tidak ia akan dihukum lagi olah ayahnya, sungguh sebenarnya Eldara sudah tidak sanggup menahan kekerasan yang ayah nya lakukan pada dirinya.
Setelah selesai membersihkan badannya eldara, langsung berjalan menuju dapur untuk memasak, sesampainya didapur Eldara langsung memasak makanan malam dan menghidangkan nya di meja makan,dan pada saat Eldara ingin duduk makan malam bersama orang tuanya ibu Eldara malah melarangnya
"Mau ngapain kamu? malam ini tidak ada makan malam untuk anak ga guna seperti mu"
Ayah yang mendengar itu hanya acuh tak acuh, padahal dulu saat Eldara berumur lima tahun ayah sangat sering menyuapi Eldara makan, namun sekarang sepertinya ayah nya sudah tidak peduli lagi dengan eldara.
Akhirnya Eldara pergi ke kamar nya lagi, rasanya sudah tidak ada lagi air mata yang bisa ia keluarkan, ia hanya bisa duduk di balik pintu dan menatap foto almarhum ibunya dengan tatapan kosong. Jika ia tidak ingat pengorbanan ibunya saat melahirkannya mungkin ia akan menyusul ibu nya sekarang juga, tapi ia tidak ingin ibunya kecewa.Setelah sekian lama duduk Eldara mendengar teriakan ibu tiri nya dari arah luar.
"Eldara!"Eldara segera keluar dan menemui ibu tirinya
"Ada apa Bu?" tanya Eldara"Ada apa ada apa, nih beresin!" suruh ibu Eldara sambil menunjuk ke arah peralatan makan di meja.
Eldara hanya mengangguk,dan segera membereskan peralatan makan itu.
Jujur saja perut Eldara sangat lapar tapi ia tidak ingin ayah nya menghukum nya lagi karena memakan makanan malam.
Eldara memegang perutnya yang sudah mulai meronta-ronta minta diisi."Kamu pasti laper yah? sabar yah besok kita pasti makan" ujar Eldara sambil mengelus perutnya
Jujur saja sebenarnya Eldara belum siap menerima janin dalam perutnya tapi ia tidak bisa apa-apa, ini adalah kesalahan nya jadi tidak mungkin ia menggugurkan anaknya yang tidak berdosa ini, apalagi sekarang Eldara mulai sayang kepada janinnya itu dan ingin melindunginya dari apapun,mungkin ini yang namanya naluri ibu kepada anak.
Setelah selesai Eldara kembali ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh nya.
Dan menyetel alarm pukul 04.30
Karena sebelum bersiap siap untuk sekolah Eldara harus merapikan rumah terlebih dahulu.Kring kring kringg
Alarm Eldara mulai berdering dan menggangu tidur eldara, ia segera mematikan nya dan bangun. dia mulai membereskan tempat tidur nya dan rumah nya.Setelah selesai Eldara langsung pergi ke sekolah menggunakan angkot yah karena jarak rumah Eldara dan sekolahnya cukup jauh, Jangan tanyakan dimana Eldara mendapatkan uang untuk membayar angkot dan uang jajan sehari-harinya karena Eldara menjadi tutor sebaya Dina jadi Dina selalu membayar Eldara setiap selesai belajar, Eldara sudah pernah menolak uang pemberian Dina namun Dina tetap memaksa dengan alasan hubungan simbiosis mutualisme, sehingga Eldara menerimanya karena yah dia juga membutuh kan uang untuk kebutuhannya sehari-hari, karena ayahnya tidak pernah memberikan nya uang saku.
Sesampai di sekolah Eldara langsung berjalan menuju kelasnya karena dia tidak mau berlama-lama di koridor dan mendengar kata-kata buruk tentangan nya di dibicarakan oleh siswi lain.
"Liat tuh siswi kumuh yg beruntung bisa sekolah di SMA Wijaya ini" ujar salah satu siswi secara terang-terangan tanpa memikirkan perasaan Eldara
"Eh iya, udh miskin jelek lagi" imbuh siswi lain
"Mungkin dia ngerayu kepsek kalik biar bisa dapet beasiswa dan sekolah disini" tambah siswa lainnya sambil tertawa dan diikuti siswi lainnya.
Eldara hanya bisa menahan air mata nya dan berusaha jalan secepat mungkin untuk supaya ia tidak mendengar kan kata kata buruk tentang dirinya dari siswi lainnya.
Sesampainya dikelas Eldara langsung duduk dan membenamkan kepalanya di lipatan tangannya, dia ingin berhenti sekolah dia tidak kuat lagi mendengar ocehan buruk tentangnya yang keluar dari mulut siswi lain, tapi jika Eldara berhenti ia akan tetap seperti ini selamanya tanpa ada perubahan dia akan tetap diremehkan oleh orang lain dan dianggap tidak berguna oleh orang tuanya.
Bel pun berbunyi pertanda bahwa kelas akan dimulai dan sampai saat ini Dina pun belum datang ke sekolah.
"Dina kenapa ga masuk yah?, ah mungkin telat kali" monolog Eldara.
Namun sampai jam pulang pun Dina tidak terlihat. Eldara khawatir dengan Dina ingin menanyakan alasan Dina tidak masuk hari ini namun Eldara tidak memiliki handphone untuk berkomunikasi. Eldara pun berniat ingin ke rumah Dina namun melihat uangnya didompet hanya menyisakan tiga lembar uang dua ribuan, eldara pun membatalkan niatnya, namun jika Dina tidak masuk juga besok maka Eldara akan pergi ke rumah Dina bagaimanapun caranya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldara Revalina[On Going]
Teen Fiction"A-aku hamil kak" ucap seorang gadis dengan kepala menunduk. ups mungkin sekarang dia lebih cocok dipanggil seorang wanita. "Lu yakin tuh anak gua? bukannya lu emang wanita penghibur? udah berapa banyak orang yang nidurin lu? ck gua ga bisa lu tipu...