Eldara

194 12 4
                                    

Eldara sudah menduga jawaban dari laki-laki yang sudah merebut kesucian nya, tapi ia masih kaget saat mendengar kata-kata itu langsuang keluar dari bibir laki-laki itu.

"Aku ga bakal bunuh dia, dia ga salah" jawab Eldara sambil menahan cairan bening yang sebentar lagi akan mengalir dari pelupuk mata nya.

"Lu jangan main-main sama gua anjing! Aborsi dia dan anggap kita tidak pernah ketemu." Teriak Rayyand itu sambil mencengkram erat tangan Eldara

"Atau gua bisa bunuh lu sekarang, dan bikin semuanya seolah-olah kalau lu bunuh diri!"

"Dia ga salah, semua nya salah kita" Isak Eldara, sekuat apapun ia menahan agar tidak menangis hanya akan berakhir sia-sia.
Eldara rapuh, ia hanya pura-pura tegar agar tidak ada yang mengasihi nya, karena dia benci di kasihani.

"Apa? Gua ga salah denger? Salah kita?!"

"Bodoh, ini semua karena lu jalang. Kalau lu ga jual diri dia ga mungkin ada!"

"Gua yakin kalau ayah dari anak itu ga mungkin satu, ada berapa laki-laki yang nidurin lu malam itu? Dua orang? Atau lima,itu hal biasa bagi lu kan?"

"Udah lah, gua sering nemuin jalang kek elu, dan berharap gua mau tanggung jawab? Gua ga bakal nikahin jalang bego!" Maki Rayyand tersulut emosi, ia benar-benar benci pada wanita yang rela menjual diri demi uang dan mangaku mengandung anak nya hanya untuk di nikahi.

"Kalau lu ga mau aborsi dia, jangan ganggu gua brengsek!" Lanjut Rayyand sambil mendorong bahu Eldara.

Eldara yang menerima cacian itu hanya bisa menangis dan diam, ia masih cukup waras untuk tidak melawan karena ancaman Rayyand masih berputar di kepala nya seakan itu adalah radio yang rusak yang memutar satu dialog saja.

Setelah selesai mencaci maki Eldara Rayyand pergi tanpa rasa bersalah bahkan ia pergi saat hujan belum reda sedikit pun. Mungkin ia muak berlama-lama berada di dekat Eldara. Rayyand sudah sering di mintai pertanggungjawaban oleh jalang yg ia sewa, dan itu bukan masalah besar untuk nya, tapi entah kenapa kali ini perasaan nya sedikit berbeda, mengingat bercak merah di sprei malam itu, tapi ia kembali mengabaikan nya.

Entah kesalahan apa yang di lakukan Eldara di masa lalu, sehingga dunia seolah-olah tidak memberikannya sedikit kebahagiaan.
Ia di benci keluarga nya tanpa alasan yang jelas, dan sekarang ia hamil tapi ayah dari anak nya tidak mau ganggu jawab.
Apa yang harus ia katakan pada ayah dan ibu nya nanti. Sudah banyak kemungkinan-kemungkinan buruk di pikiran Eldara.

"Kita pulang ya, ga peduli ayah kamu mau tanggung jawab atau ngga, mama tetap mau kamu liat dunia yang kejam ini tapi dengan kasih sayang mama". Monolong Eldara berusaha menenangkan diri nya sendiri.
Ia benar-benar butuh sandaran saat ini, tapi ia tidak tau kepada siapa ia ingin berkeluh kesah, benar kata orang kalau roda kehidupan selalu berputar, mungkin waktu ia kecil roda kehidupan berada di atas sehingga ada ayah yang selalu memberikan pelukan kapan pun ia mau tapi rasa nya waktu berjalan sangat cepat , dan sekarang roda kehidupan nya sedang dibawah dan waktu berjalan sangat lambat.

Tak peduli hujan yang akan mengguyur tubuh mungil nya, Eldara memilih menerobos hujan untuk pulang. Hidup memang tidak adil bagi Eldara, semua punya sandaran untuk menumpahkan segala emosi, contoh nya langit. Langit sangat beruntung, saat ia ingin menumpahkan hujan selalu ada bumi yang mau menerima nya.

Sesampainya dirumah Eldara langsung masuk, untung ia punya kunci cadangan, ia benar-benar sangat lelah ia hanya ingin beristirahat untuk malam ini tanpa Omelan ayah dan ibu nya.

"Bagus! Masih inget rumah?kenapa ga keluyuran aja terus sampai subuh?!" Sindir ibu Eldara yang duduk di ruang tamu.

Gagal sudah rencana Eldara yang ingin istirahat untuk hari ini, nyata nya ia masih harus mendengar segala umpatan dari ibu nya.

"Dari mana aja kamu? Udah selesai jual diri nya? Dasar anak ga tau diri! Udah di sekolahin masih aja mau jadi jalang! Nyesel saya mau ngerasa kamu dulu!" Maki ibu Eldara.

Makian dari Rayyand saja belum hilang dari kepala Eldara dan sekarang ia harus mendengar makian dari ibu nya lagi, oh Tuhan apakah semua nya belum cukup? Eldara hanya ingin istirahat untuk hari ini saja.

"Maaf Bu, Eldara ke kamar dulu" tanpa mendengar jawaban ibunya Eldara segera pergi ke kamarnya.

"ELDARA! Saya belum selesai bicara dengan kamu, dasar anak sialan, ga tau terimakasih! Awas aja kamu!" Teriak ibu Eldara penuh emosi karena Eldara yang mengabaikan nya.

Hari sudah menunjukkan pukul 20.15 wib. Dan Eldara hanya duduk dengan pakaian basah nya di bawah pinggiran tempat tidur nya kanga lupa tatapan kosong nya, ia hanya ingin tenang untuk malam ini, walaupun pikiran nya selalu ribut dalam keadaan setenang apa pun.

"ELDARA! KELUAR KAMU, AYAH MAU BICARA!"

Teriakan dari luar berhasil membuat Eldara kembali menitikkan air mata nya.
Tak ingin membuat ayah nya semakin marah, Eldara bergegas keluar untuk menghampiri ayah nya.

"Iya ya?" Jawab Eldara berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Sepulang sekolah, kemana aja kamu?! Dan kenapa kamu mulai ga sopan sama ibu kamu! Dasar anak ga tau diri!"

"Maaf ya" cuma kata itu yg bisa keluar dari bibir Eldara, kerongkongan nya terasa tercekat untuk menjawab lebih.

"Maaf kamu bilang? Seharian ini kamu kemana aja sialan! Kamu ga ngerjain pekerjaan rumah! Dan lihat tangan ibu kamu sampai ke iris pisau gara-gara kamu ga pulang!" Murka ayah Eldara, sungguh Eldara tidak tau kalau tangan ibu nya terluka, dan lihat betapa khawatir ayah nya, padahal itu hanya luka kecil, ia yang mendapat luka lebih besar dari itu saja ayah hanya bersikap acuh kepada nya, miris sekali.

Melihat Eldara yang hanya diam tanpa menjawab pertanyaan nya membuat ayah darah ayah Eldara mendidih kembali, dengan sekuat tenaga ia menampar Eldara dan mendorong nya ke arah meja makan tanpa peduli pada raungan Eldara.

"Ayah, Eldara minta maaf, Eldara tadi ke makam ibu ayah" jelas Eldara sambil menangis, sekarang tamparan ayah nya sudah tak berasa lagi ia hanya merasakan pusing yang teramat, Karena benturan dengan meja makan dan efek hujan-hujanan tadi.

Mendengar itu bukannya membuat emosi ayah Eldara menguap, justru makin menjadi.

"Sialan! Kenapa kamu kesana? Kamu lupa kalau kamu yang bunuh ibu kamu? Dasar pembawa sial!" Murka ayah Eldara dan bersiap akan menginjak perut anak nya tanpa rasa kasihan.

"Ayah Eldara mohon, jangan pukul Eldara di perut" Isak Eldara sambil bersimpuh di kaki ayah nya, ia tak ingin anak nya kenapa-kenapa di tangan kakek nya.

"Kenapa? Biasa nya kamu diam aja! Sekarang berani nego ya sama ayah kamu sendiri? Oh atau kamu hamil? Makanya kamu ngelindungi perut kamu? Iya? Jawab sialan!" Sekarang tangan ayah Eldara sudah mencengkeram erat pipi Eldara.

"Ayah maaf" lagi-lagi cuma dua kata itu yang bisa keluar dari mulut Eldara.

"Anjing! Jawab pertanyaan saya dengan jujur!" Bahkan sekarang ayah Eldara sudah menggunakan kata saya sungguh Eldara kata saya lebih sakit dari cacian yang di lontarkan ayah Eldara untuk nya.

Eldara hanya bisa menangis tanpa menatap mata Ayah nya, ia tau ia sudah mengecewakan ayah nya, ia juga tak ingin seperti ini, tapi seolah takdir tak pernah berpihak kepadanya.

"Udah lah mas usir aja, buat malu aja tau ga! Anak ini emang ga tau diri, udah di sekolahin malah jadi jalang!" Kompor ibu Eldara, entah kesalahan apa yang di perbuat Eldara sehingga ibu tiri nya sangat membenci nya, padahal sebelum ibu tiri dan ayah nya menikah ia sangat baik pada Eldara.

Ayah Eldara mengusap wajah nya dengan kasar, kemudian menarik Eldara untuk berdiri, dan kembali menampar Eldara berulang kali hingga sudut bibir nya terluka, dan kemudian kembali membenturkan kepala Eldara ke dinding, kali ini sangat kencang.

Eldara sudah tidak kuat menerima semua perlakuan ayah nya, kepa nya terasa ingin pecah, namu ia hanya bisa diam dan menangis karena ini juga salah nya. Sebelum semua nya benar-benar menghitam dan Eldara kehilangan kesadaran ia kembali memeluk perut nya dan berharap anak nya akan baik baik saja.


                                 TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eldara Revalina[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang