"Lo minum berapa banyak?" tanya Kara pada Victor yang kini sedang berbaring diatas kasur single nya.
Yang ditanya hanya diam sambil memejamkan matanya. Victor mencoba untuk mengingat semua harum Kara juga tata letak barang-barang di ruangan Kara.
"Aku rindu kamu," ucap Victor pelan.
"Lo sebenernya mau apa sih? Heran gue, dateng-dateng ngerusuhin hidup orang. Faedah nya apa gue tanya?" ucap Kara kesal.
Victor bangun lalu menatap Kara yang berdiri sambil melipatkan tangannya didepan dada. Mukanya terlihat merah krena kesal. Namun bukannya takut, Victor malah gemas sendiri melihat Kara yang sedang marah.
"Jadi pacar aku, dan kamu bakal ngerasain hidup bebas tanpa gangguan hama."
"Ga. Hama hidup gue itu lo."
Dengan cepat Kara menolak permintaan Victor. Berbeda dengan laki-laki lain yang saat ditolak akan marah, Victor hanya menganggukkan kepalanya paham tanpa berniat memaksa Kara.
"Oke," ucap Victor lalu kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur Kara.
"Jangan heran kalau nanti tiba-tiba kamu suka sama aku," kata Victor.
Kara dengan refleks menendang kaki Victor dengan kencang.
"Aw."
"Sorry, ga sengaja. Sakit ga?" tanya Kara sambil memeriksa kaki Victor.
Victor menahan tawanya saat melihat Kara yang khawatir. Ia lalu kembali duduk dan memegangi kakinya. "Sakit," ucap Victor.
"Maaf gue ga sengaja, sekenceng itu ya gue nendang nya?" tanya Kara.
Victor mengangguk sambil terus mengusap kakinya. Kara yang merasa bersalah pun ikut mengusap kaki Victor yang tadi ia tendang.
"Mau gue kompresin ga?" tanya Kara.
"Emang boleh?"
"Tunggu, gue ambil dulu kompresan nya."
Kara pun pergi meninggalkan kamarnya untuk mengambil es batu. Sedangkan Victor, ia berdiri dan melihat-lihat kamar Kara. Dipojok ruangan terdapat banyak alat musik, yang jika hanya dilihat saja semua orang akan tahu kalau Kara sangat menjaga alat musiknya itu.
Saat sedang asik melihat koleksi musik Kara, Victor sedikit tertarik pada salah satu gitar elektrik yang terdapat tanda tangan. Entah tanda tangan siapa itu, mungkin tanda tangan Kara. Gitar itu berwarna biru langit, Victor menebak gitar itu adalah gitar favorit Kara.
Mendengar langkah kaki dari luar, Victor segera kembali duduk. Takut kebohongannya akan terbongkar oleh Kara dan berakhir diusir oleh perempuan tercintanya itu.
"Sorry ya lama gue lupa taro kompresannya," ucap Kara.
Victor mengangguk sambil memperhatikan Kara yang dengan cekatan mengompres kaki Victor. Sebenarnya tendangan Jara sangat pelan, Victor hanya ingin berada lebih lama bersama Kara dengan cara berbohong jika kakinya sakit karena ditendang Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗❗] Hanya kisah monochrome seorang laki-laki yang secara tidak sengaja dipertemukan lagi dengan perempuan lain dengan sifat keras kepala khas nya. Pertemuan yang entah itu disengaja atau memang sebuah takdir yang berhasil memb...