Setelah kejadian kemarin malam, Kara benar-benar tidak bisa tidur. Semalaman ia menangis, teringat hal-hal yang dulu terjadi. Rasanya dunia tidak pernah adil pada Kara. Jika Kara tertidur, ia selalu berharap saat akan terbangun nanti Kara akan kembali ke masa-masa dimana kejadian itu tidak pernah terjadi. Kara harap ini semua hanyalah mimpi buruknya saja. Namun kenyataannya? Semuanya nyata. Tidak seperti yang Jara harapkan.
"Nya gue sembab banget."
Kara terus memandangi wajahnya didepan cermin. Untungnya hari ini ia tidak ada jadwal kuliah. Namun tetap saja Kara harus pergi bekerja.
"Cape banget, apa bolos kerja aja ya? Tapi kemarin gue minta Kak Bulan buat gak pecat gue, yakali sekarang malah bolos?" gumam Kara.
Saat sedang menata rambutnya, pintu kamar Kara diketuk dari luar. Siapa orang yang bertamu pagi-pagi begini?
"Sebentar."
Dengan malas Kara pangkin dari kursi nya menuju pintu. Ia kemudian membuka pintunya dan melihat ada Bian yang sedang berdiri membelakanginya.
"Ka–"
Belum sempat Bian menyelesaikan bicara, Kara segera menutup kembali pintu kamarnya.
"Kara lo kenapa? Ini gue bawain donat buat lo," ucap Bian dari luar.
"Pergi lo brengsek! Berani-beraninya lo nunjukin muka cabul lo depan gue!" sarkas Kara.
Bian diluar sana memejamkan matanya dan jauh didalam hatinya ia terus memaki Victor. "Lo percaya sama dia? Lo pikir gue sekotor itu ya, Kar?" ucap Bian lirih.
Kara menahan isakannya. Berusaha untuk tidak menangis. Air matanya pun sudah tidak bisa keluar hanya karenya laki-laki brengsek di depan pintu kamarnya itu.
"Pergi," lirih Kara. "gue mohon lo pergi, jangan tunjukin muka lo didepan gue kalo lo gak mau gue benci sama lo," lanjut Kara setengah memohon.
"Gue salah apa sama lo? Kalo gue ada salah, gue minta maaf, oke? Tapi sekali aja buka pintunya, gue pengen liat muka lo," ucap Bian.
Mendengar tidak ada jawaban, akhirnya Bian memutuskan untuk pergi. Sebelum pergi ia pun menyimpan donat yang ia bawa di depan pintu.
"Kalo emang lo gak mau ketemu gue, oke kok gak papa. Donat nya gue simpen di sini ya, jangan lupa dimakan. Gue pamit pulang, lo jangan ngerem terus. Bi Arumi udah masakin makanan kesukaan lo, kasian kan kalo gak ada yang makan. Gue pulang ya, dadah."
Setelah mengucapkan itu Bian pun pergi. Kara kembali duduk di depan meja rias nya. Sepertinya mulai hari ini Kata harus berusaha membenci Bian.
Selesai bersiap, Kara mengambil tas dan handphonenya lalu turun menuju meja makan untuk sarapan. Di meja makan hanya ada banyak makanan tanpa adanya satu pun anggota keluarga.
"Udah siap neng? Sini duduk dulu, Bibi bikinin kamu zuppa soup nih. Kamu cobain dulu ya," ucap Bi Arumi sambil memberikan semangkuk zuppa soup hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗❗] Hanya kisah monochrome seorang laki-laki yang secara tidak sengaja dipertemukan lagi dengan perempuan lain dengan sifat keras kepala khas nya. Pertemuan yang entah itu disengaja atau memang sebuah takdir yang berhasil memb...