#Challenge_07
Aku menatap kagum pada sebuah rumah di depanku. Rumah? Bahkan tempat ini jauh lebih layak disebut istana. Tidak kusangka seumur hidupku, akhirnya aku bisa menapaki hunian semewah ini. Aku benar-benar beruntung.
Tante Aria merangkulku hangat. Sejak tadi dia tiada hentinya tersenyum. Berbeda dengan tante Hana dan Teo yang banyak menampilkan ekspresi murung. Mereka seolah tidak rela untuk melepasku, sampai ikut mengantarku ke rumah tante Aria.
"Semoga kamu betah, ya. Kalau nggak betah pulang aja ke rumah tante. Keluarga Maheswara akan menyambut kamu dengan tangan terbuka." Celetuk tante Hana terang-terangan menunjukkan ketidak relaannya.
Lihat. Aku tidak berbohongkan. Tante Hana memang terlihat berat untuk melepasku. Katanya andai bukan tante Aria yang mengadopsiku, sudah dipastikan beliau akan menolaknya mentah-mentah. Dia bilang takut aku diambil orang.
Ya, kalau bukan diambil anak orang. Mosok aku diambil anak monyet, kan yo ndak lucu.
"Jangan gitu! Serin pasti betah tinggal di rumah ini. Kamu jangan rayu-rayu dia buat pulang, sekarang dia tanggung jawab kami." Om Suez yang baru saja keluar dari mobil menyahut sambil menenteng tas milikku.
Aku tidak menyangka om Suez begitu menerima kehadiranku sejak tadi. Beliau juga beberapa kali mengajakku bercanda layaknya ayah dan anak pada umumnya. Kuharap ini tidak indah diawal saja.
"Tau dari mana kalau dia bakal betah?"
"Pasti betah dong, tante jamin itu. Dia bakal dapet fasilitas yang bisa dia gunakan untuk menunjang kebutuhannya." Balas tante Aria diangguki Suez.
Kulihat Teo berdecih sinis dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Heum, jika sudah seperti itu pasti Teo sedang dalam mood yang tidak baik. Rupanya kabar biasnya yang tengah sakit memiliki pengaruh besar bagi mood mas Teo. Aku jadi iri pada gadis yang menjadi idola mas Teo.
"Okey, tapi apa om dan tante bisa jamin, kalau anak setan kalian nggak akan ganggu dia?"
Tante Aria tertawa cangung menanggapi ucapan Teo. Tidak bisa dipungkiri kalimat tadi berhasil melukai hati tante Aria, terlihat dari mimik wajah wanita itu yang berubah sendu.
Ck, tante Hana kebanyakan ngidam cabe nih pasti. Makannya mulut Teo selalu mengeluarkan kalimat-kalimat pedas.
Ngomong-ngomong soal anak tante Aria dan om Suez. Aku jadi kepikiran tentang ucapan Terin seminggu sebelum aku pindah ke rumah ini.
Kala itu dia berujar, "serius mau jadi anaknya tante aria? Ya, kalau serius sih nggak apa-apa, cuma kamu harus lebih hati-hati aja. Jezi, anak tante aria punya banyak muka. Kalau udah nggak kuat di sana pulang aja, aku sekeluarga bakal terima kamu kok."
Dia beberapa kali memperingatiku soal Jezi. Wanita itu terlihat serius setiap membahas mengenai kepindahanku.
"Kak Teo nggak usah khawatir, Jezi bakal buat Kak Serin betah di rumah ini kok." Sahut Jezi yang baru saja turun dari kamarnya.
Aku tersenyum cangung kala dia menatapku. Gadis muda itu kemudian menghampiri dan menyalamiku. Memeluku layaknya seorang kakak dan adik, Jezi berbisik di telingaku.
"Semoga kakak betah di rumah ini."
Tanpa kutahu, jika bisikan itu adalah sebuah tanda dimulainya kesialan baru di hidupku.
***
Kupikir ucapan Terin waktu itu yang memperingatiku soal Jezi, hanya sekedar ucapan belaka yang berlandaskan ketidak sukaan semata. Namun, sekarang aku merasa jika kalimat peringatan Terin ada benarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive [TAMAT]
Ficción General"Cinta adalah hal yang paling indah di dunia ini." Iya, cinta memang hal yang paling indah di dunia ini, untuk para manusia halu yang hidup berkecukupan dan mengandalkan penghasilan orang tua. Tidak bagiku yang hidup serba kekurangan ini. Boro-boro...