Acara yang Hancur || Part. 14

10 2 1
                                    

Alunan musik Jazz menjadi pengiring acara megah yang digelar oleh keluarga Maheswara. Ballroom dengan dekorasi mewah nan elegan, sengaja diciptakan untuk sepasang muda-mudi yang tengah menjadi bintang utama malam ini, Serin dan Teo.

Keduanya memang langsung melaksanakan acara pertunangan malam hari seusai pria itu melamarnya siang tadi. Dan itu semua rencana Teo tanpa ada campur tangan Serin sedikit pun.

Senyum cerah terpancar di wajah menawan keduanya. Walaupun Serin masih merasa sedikit lemas akibat baru pulang dari rumah sakit pagi tadi. Gadis itu tetap tersenyum, bahagia akhirnya bisa saling terikat setelah setahun lamanya sekedar dekat tanpa status.

"Kenapa masih lemes?" Tanya Teo sebenar tak enak hati ketika melihat Serin memijat ringan bahu kirinya.

Andai bukan karena ingin segera membebaskan Serin dari belenggu kekejaman Jezi dan neneknya. Teo rela menunggu gadis pujaannya ini sembuh terlebih dahulu.

Serin menggeleng berbohong. "Cuma capek dikit, tamu kamu ternyata banyak juga."

Tahu tunangannya berbohong, Teo menarik Serin untuk duduk. Kemudian ia berdiri di belakang Serin yang sudah duduk. Dipijatnya lembut bahu gadis itu, supaya lelah yang menderanya hilang.

Serin semula tersentak kaget dengan tindakan spontan Teo, tapi perlahan mulai terlena. Pijatan Teo membuat tubuhnya yang sedikit kaku, lama-kelamaan menjadi sedikit santai.

Beralih dari kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu. Jezi tengah berbaur dengan para sosialita muda lainnya. Berpura-pura abai ketika melihat sikap manis Teo pada Serin yang tidak pernah ia rasakan.

Hatinya hancur dengan semua adegan romantis yang ada di hadapannya. Ya siapa sih yang tidak hancur. Saat mengetahui pria yang disukainya berlabuh pada gadis lain.

Dunia memang tidak adil padanya. Setelah kasih sayang ayah ya direbut oleh Serin, kini pria yang selalu ia idam-idamkan juga dia rebut. Dasar tidak punya urat malu.

Mengingat semua hal baik yang Serin dapatkan akhir-akhir ini, tangan Jezi mengepal iri. Wajahnya mengeras dengan tatapan tajam mengarah pada kedua manusia yang tengah bersenda gurau di bawah lampu kristal ballroom ini.

Seharusnya saat ini dirinya yang ada di sana. Saling bermesraan dan menjadi bintang utama acara malam ini bersama Teo, bukannya anak kampungan seperti Serin.

"Tersenyumlah sepuasmu sekarang, karena mungkin setelah malam ini ... aku meramal senyuman itu akan lenyap selamanya." Gumam Jezi melirik lampu gantung yang berada tepat di atas Serin dan Teo. Lalu bergulir menatap seorang pria bertopi yang bersembunyi di balik panggung. Tengah membidik Serin menggunakan senjata laras panjangnya.

Senyum licik terlukis di bibir merah Jezi. Menyesap minuman yang dipegangnya, mata kucingnya tak beralih dari sasarannya, Serin. Tinggal menunggu saat yang tepat untuk menyingkirkan parasit menjijikan bernama Serin. Dan setelah itu ... Teo akan menjadi miliknya seorang.

"Hanya aku yang boleh menjadi pendampingnya, tidak dengan yang lain."

***

Suasana semakin bertambah meriah. Keluarga Maheswara terutama Hana berjingkar-jingkrak mengikuti alunan lagu. Akhirnya anak bontot kesayangannya bertunangan malam ini. Asik, selangkah lagi dan ia akan memiliki menantu idaman para mertua di dunia.

Di samping Hana, Suez, Aria, dan Rion menggeleng maklum. Bagi mereka melihat tingkah random Hana adalah hal lumrah sejak mereka saling mengenal satu sama lain, puluhan tahun silam. Wanita itu memang terkenal paling barbar diantara sircle pertemanan mereka berempat.

"Ngomong-ngomong, di mana terin?" Tanya Aria penasaran. Sejak acara dimulai hingga saat ini ia belum melihat Terin.

Mendengar pertanyaan Aria membuatnya baru menyadari jika selain Teo, Rion memiliki seorang putri. Astaga dirinya terlalu larut dalam kebahagiaan malam ini sampai melupakan perihal Terin.

Stay Alive [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang