Lagi-lagi, semua diluar kendaliku. Padahal aku sendiri yang bilang pada Jaemin untuk tidak menemuiku lagi. Tapi lihat sekarang, aku malah duduk dihadapannya.
Tidak! Kami tidak berdua saja. Ada pacar Jaemin sekaligus sahabatku juga disini, Jung Sera. Dan satu teman Jaemin, Lee Haechan.
Aku kenal Haechan karena dia juga merupakan anggota dari tim amal yang sama denganku dan Jaemin. Dan juga, dia teman sekelas Jaemin di jurusan mereka. Kudengar juga, mereka sudah berteman lama sejak SMA dulu.
Kami berempat duduk disebuah restorant barbeque yang letaknya tidak jauh dari kampus. Sera memaksaku untuk datang karena ia ingin mentraktirku dan juga Haechan sebagai pajak jadian hubungannya dengan Jaemin. Aku tidak tau harus memakai alasan apa untuk menolaknya. Dan berakhirlah aku disini, dihadapan lelaki yang kucintai bersama dengan kekasihnya.
Miris!
"Wah, aku baru pertama kali makan disini. Dagingnya benar-benar empuk dan lembut. Heh Sera, kok kamu bisa tau sih ada restoran bagus disekitar sini? Ah, harusnya aku makan disini tiap hari."- celoteh Haechan yang sangat bersemangat menikmati makanan hasil traktiran.
"Iyakan? Aku tau pasti kalian bakal suka. Kalian tau, semalam Jaemin sempat nolak aku ajak kesini dan malah ngajak ketempat lain."- cibir Sera memandang Jaemin, "Lihat, teman kamu aja setuju sama pilihan aku. Bayangin kalau kita ketempat lain hari ini, apa bakal seenak ini?"-
Jaemin tertawa kecil sambil merangkul pundak Sera,
"Iya iya, maaf deh. Yang pentingkan kita udah disini hari ini, iyakan?"-
Sera menggangguk sambil tersenyum puas. Ia bersandar dipundak Jaemin dengan mesra membuat hatiku terbakar melihatnya.
"Aku tau kita disini untuk PJ kalian, tapi please, mesra-mesraannya di skip aja ya. Aku mau makan dengan tenang tanpa harus muntah liat kelakuan kalian."- cibir Haehan.
Bagus Chan. Kamu mewakili isi hatiku.
"Makanya cari pacar biar nggak iri liat keuwuan orang."- balas Sera lalu tertawa meledek Haechan.
Haechan hanya mengumpat kecil lalu terus melanjutkan makanannya. Sedangkan aku sedaritadi hanya diam mengaduk-aduk hidangan didepanku tanpa nafsu.
"Haera?"-
"Ra?"-
"Heh Haera, dipanggil tuh. Bengong mulu kayak orang putus cinta aja kamu."- Haechan menyenggol lenganku karena aku memang duduk disampingnya.
"Oh? Apa? Kamu manggil aku?"- tanyaku menatap Haechan.
"Aku yang manggil kamu Ra,"- jawab Sera.
"Eh? Hah? Why?"- tanyaku bingung pada Sera.
"Apanya yang kenapa, harusnya aku yang nanya, kamu kenapa? Nggak suka ya sama makanannya?"- Tanya Sera.
"Eh nggak kok."- aku mengayunkan-ayunkan tanganku, "Aku suka kok.. hmmm.. enak! Bener kata Haechan, dagingnya lembut."- aku mengambil satu daging yang terpanggang didepan dan meniru ekspresi Haechan.
"Kamu banyak diem hari ini, kamu sakit Ra?"-
Aku beralih menatap Jaemin saat ia melontarkan pertanyaan itu padaku. Dasar tidak tau malu! Berani-beraninya ia bertanya seperti itu setelah kejadian malam kemarin itu.
Melihat dia duduk manis didepanku, sepertinya kejadian kemarin bukanlah hal apa-apa baginya.
Cih! Seo Haera bodoh!
Harusnya aku membenci lelaki brengsek dihadapanku, alih-alih harus jatuh cinta padanya. Kenapa sih didunia ini harus ada Cinta?
"Kayaknya Haera bukan sakit deh, tapi kesambet."- celetuk Haechan. Ia meletakkan punggung tangannya didahiku, "Lihat, dia nggak panas. Bener nih, kayaknya kesambet."-
KAMU SEDANG MEMBACA
The PAIN of Love ✔️ [END]
أدب الهواة-It's not about romance! but chill, if you're not hot! [⚠️🔞⚠️] Trigger warning [⚠️🔞⚠️] Cerita ini tidak diperuntukkan bagi kaum 17 tahun kebawah! Harsh Word // Mature Scene // Abuse // Manipulation // Stupid Scene, etc. ;Bahasa campuran.