...
Suara dentuman musik mengalun begitu indah—membuat siapapun yang mendengarnya ingin menari-nari. Begitupun dengan aku. Aku nggak peduli dengan apapun. Aku hanya akan menghabiskan malam ini dengan menari.
Aku nggak tau Winter dimana. Beberapa menit yang lalu kulihat dia disampingku, tapi tiba-tiba ada cowok yang ngehampirin dia. Dan kurasa Winter pergi bersama cowok itu keluar dari kerumunan.
Nggak cuma ada Winter sih, ada teman-teman yang lain juga disini, kayak Yeji, Jihan, Lily dan Jiyeon. Yang lain aku nggak kenal, aku cuma kenal mereka karena kebetulan kami sekelas untuk beberapa mata kuliah yang kami ambil.
"Gue capek! Mau balik ke meja ya!"- Jihan terlihat sedikit berteriak berbicara padaku dan yang lain.
"Gue ikut!"- Lily memeluk lengan Jihan agar bisa keluar dari kerumanan bersama.
Aku, Yeji, dan Jiyeon tetap lanjut joget. Beberapa cowok ngedeketin kami—joget bareng sambil nanya-nanya. Tapi hanya Yeji dan Jiyeon yang menyahut. Aku cuma diam saja—tetap menikmati alunan lagu.
Salah satu diantara mereka menarik pinggangku agar aku menghadap kearahnya. Dia tersenyum dibawah remangnya lampu kerlap-kerlip club.
Dia mendekatkan mulutnya ditelingaku. "Boleh tau namanya ngga?"- tanyanya dengan setengah berteriak.
"Haera!"- jawabku singkat setengah berteriak juga.
"Nama yang cantik, kayak orangnya!"- cowok itu tersenyum. Aku hanya berekspresi biasa saja mendengarnya. Udah basi banget tau nggak!
"Dejun."- katanya memperkenalkan diri.
"Nggak nanya."-
"Hah?! Nggak kedengeran, apa?!"- dia mendekatkan telinganya ke mulutku. Padahal memang aku sengaja mengucapkannya dengan nada pelan biar dia nggak dengar.
"Bukan apa-apa!"-
Please, malas banget ngeladenin cowok ini. Aku langsung pergi menembus kerumunan untuk kembali menuju meja—udah nggak mood joget gara-gara si Dejun-Dejun itu.
"Udahan juga?"- tanya Jihan melihatku berjalan mendekati mereka.
"Hmm. Tiba-tiba capek."- ujarku menghempaskan diri ke sofa. Lily dengan baik hati menuangkan segelas bir untukku. "Makasihhh."- kataku dengan manis menerima gelas pemberian Lily.
"Sama-sama, ayangnya Jaemin."-
Aku hampir tersedak mendengar balasan Lily. Dia dan Jihan terlihat terkekeh bersama menatapku.
"Langsung keselek pas denger nama Ayang."- Jihan ikut-ikutan menggodaku.
"Gimana nggak keselek, ayangnya secinta itu sama Haera. Baru beberapa jam ditinggalin, langsung disamperin.."- Lily menyenggol lengan Jihan bersamaan dengan arah mata keduanya yang terlihat sedang melihat seseorang dibelakangku.
Aku terkejut saat kedua bahuku dipegang dari belakang dan sedetik kemudian kurasakan pipiku dicium.
"Hallo sayangnya aku."- suara berat itu memenuhi indra pendengaranku. Aku mengerling—melihat Jaemin dengan ujung mataku.
Sialan! Apa-apaan sih dia. Terus, kenapa dia bisa tau aku ada disini, coba?
Aku menggeliatkan bahuku supaya Jaemin melepasnya. Tapi Jaemin malah meremasnya sembari berbisik tajam. "Keluar sekarang!"-
Aku memutarkan tubuhku kebelakang, menatap Jaemin dengan tatapan jengkel.
"Kamu apa-apaan sih. Datang-datang malah nyuruh keluar!"-
KAMU SEDANG MEMBACA
The PAIN of Love ✔️ [END]
Fanfiction-It's not about romance! but chill, if you're not hot! [⚠️🔞⚠️] Trigger warning [⚠️🔞⚠️] Cerita ini tidak diperuntukkan bagi kaum 17 tahun kebawah! Harsh Word // Mature Scene // Abuse // Manipulation // Stupid Scene, etc. ;Bahasa campuran.