***
Aku melenguh pelan dengan mata terpejam. Badanku terasa pegal-pegal dan capek secara bersamaan. Aku merasakan ada tangan yang mengelus-ngelus pelipisku. Aku membuka mataku perlahan dan hal pertama yang kulihat adalah wajah Jaemin.
"Enak tidurnya, princess?"-
Aku tidur menyamping, berhadapan dengan Jaemin yang sudah rapi dan wangi. Tanganku sudah tidak terikat lagi. Aku masih ingat apa yang Jaemin lakukan semalam padaku.
"Bacot."- aku mencibir.
Jaemin menyentil dahiku dan aku segera bangun agar bisa memukulnya. Satu tanganku memegangi selimut untuk menutup dadaku dan satunya kugunakan untuk memukul Jaemin berkali-kali.
"aduh...aduh...ampun.."- Jaemin mengaduh melindungi bagian tubuhnya yang kupukul random.
"Anjing lo Jaemin!"- aku tidak berhenti memukulnya.
"Iya! Iya! Gue tau."- dia menahan tanganku. Jaemin ikut duduk. Aku menarik tanganku agar ia melepasku dan Jaemin melepasnya.
"Nanti lagi lanjut berantemnya. Gue ada kelas bentar lagi. Cepat pakek baju lo biar gue anter lo pulang."- kata Jaemin.
Aku menampar Jaemin kuat—kuat banget. Wajah Jaemin otomatis berpaling tapi dia nggak marah sama sekali. Dia membasahi bibirnya dengan lidahnya lalu tersenyum manis menatapku.
"Sarapan pagi yang unik."- dia terkekeh.
"Brengsek lo!"- amukku. "Gue salah apa sama lo hah?"-
Jaemin menggeleng-geleng sambil memejamkan matanya sedetik lebih lama.
"Lo nggak salah apa-apa."- jawabnya.
"Kalau gue nggak punya salah, kenapa lo te—"-
"Abang lo yang salah!"- Jaemin menyelaku.
"Kalau dia yang salah, kenapa gue yang lo siksa ha?"-
Jaemin diam. Dia menghela nafas—sambil membenarkan posisi duduknya. Dia mendekatkan wajahnya didepanku.
"Karena lo adiknya, Seo Haera."- dia berbicara didepan wajahku. "Rekaman semalam. Gue bakal kirim ke abang lo. Supaya dia tau gimana rasanya ngeliat saudara perempuannya dirusak sama cowok lain."- lanjut Jaemin.
"JANGAN COBA-COBA LO KIRIM KE DIA, JAEMIN!!"- aku berteriak.
Jaemin mundur. Kepalanya sedikit miring dengan dahi berkerut.
"Lhoh, jadi gue harus kirim kemana dong?"- tanyanya. "Lo pikir gue mau ngeraba-raba lo semalam buat apa ha? Buat gue nikmatin? Ch!"- Jaemin berdecih.
"Haera, dengar ini baik-baik.."- dia mencengkram rahangku. "Gue Cuma butuh lo buat ngehancurin abang lo. Gue minta maaf kalau gue harus ngehancurin lo juga. Lo bisa marah keabang lo. Kalau dia nggak ngancurin hidup kakak gue, gue juga nggak bakal ngancurin hidup lo, paham?"- Jaemin menekan setiap kata yang ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The PAIN of Love ✔️ [END]
Fiksi Penggemar-It's not about romance! but chill, if you're not hot! [⚠️🔞⚠️] Trigger warning [⚠️🔞⚠️] Cerita ini tidak diperuntukkan bagi kaum 17 tahun kebawah! Harsh Word // Mature Scene // Abuse // Manipulation // Stupid Scene, etc. ;Bahasa campuran.