-permainan selanjutnya (7)

199 15 0
                                    


"Enak di elo, rugi di gue dong."- protesku setelah mendengar kesepakatan sepihak yang diutarakan Jaemin.

"Wait, elo rugi? Gue anjing yang rugi besar!"- Jaemin memakiku.

"Heh! Ya jelas gue yang rugilah. Gue nggak ada salah apa-apa ya sama lo. Yang punya masalah kan abang gue, tapi lo malah balas dendam ke gue. Sedangkan gue? Gue Cuma ngebalas apa yang lo lakuin ke gue, brengsek!"-

Jaemin berdiri didepanku sambil menyingkap bajunya keatas memperlihatkan perutnya.

"Gue nggak ninggalin bekas apa-apa ya sama lo. Tapi lo... liat, apa yang lo coret dikulit gue!"-

"Enak banget lo ngomong. Lo udah nelanjangin gue, Jaemin! Lo udah nyentuh gue sana-sini. Lo pikir itu nggak berbekas? Gue udah kotor gara-gara lo, bangsat!"-

"Tsh! Nggak usah sok suci lo, Ra. Gue bukan cowok pertama yang raba-raba tubuh lo. Kalau ada cowo lain yang liat tubuh lo, mereka juga nggak akan tau kalau lo pernah gue sentuh. Tapi gue? Liaaaat.. liat ini liattt.."- Jaemin emosi menunjukkan kulitnya yang terukir namaku.

"Ya tinggal dihapus sih. Gitu aja repot."- aku bersedekap dada sambil rolling eyes. "Lo ambil pisau terus lo garis-garis juga ketutup tuh nama gue."- lanjutku enteng.

Jaemin mencengkram rahangku sampai aku termundur dari pijakanku.

"Lo pikir kulit gue apa bisa seenaknya di sayat-sayat, hah?!"- ujar Jaemin menekan setiap kata.

"Ck! Yaudah sih, santai. Ngapain sih pegang-pegang."- aku menampik tangan Jaemin.

Kami sama-sama menatap tajam sama satu lain selama beberapa saat. Sebelum akhirnya aku menyenggol lengan Jaemin karena mau duduk dikasurnya.

"Gue capek berantem sama lo. Serius, ayo kita bahas ini dengan serius tanpa emosi."- ajakku.

Jaemin menarik kursinya dengan sekali gerakan lalu meletakkannya didepan posisiku. "Oke."- Jaemin menyetujui seraya duduk dikursi dengan posisi sandaran kursi didepannya. Dia memeluk sandaran kursi—menungguku untuk berbicara lagi.

Aku menarik nafas terlebih dahulu agar lebih rileks sebelum berbicara.

"Oke. Jadi, disini kita sama-sama pegang rahasia, kan? Elo punya video gue, gue juga punya video lo. Kalau lo ngirim video gue ke abang gue atau kesiapapun, gue pastiin gue juga bakal ngelakuin hal yang sama. Tapi, kalau lo hapus videonya, gue juga hapus."-

"Enak aja. Gue udah susah payah ngebuat videonya malah dihapus. Nggak nggak nggak!"- tolak Jaemin keras.

"Lah, jadi lo mau ngapain sama video itu?"-

"Buat koleksi pribadilah. Ekspresi sama jeritan lo lumayan buat hiburan malam gue."-

"Anjing!"-

"Padahal elo yang bilang jangan emosi, tapi malah elo yang emosi."-

"Ya elonya kek anjing, gimana gue nggak emosi!"-

Jaemin Cuma ketawa, sedangkan aku lagi ngontrol emosi supaya nggak tumpah. Dengar bacotan Jaemin memang selalu berhasil buat darahku naik.

"Mmm.. kalau dipikir-pikir, video lo tadi malam juga bagus. Kapan lagi coba ngeliat seorang Na Jaemin ngerengek minta ampun sama cewek."- aku setengah tertawa membayangkan kembali kejadian tadi malam.

"Yaudah! Berarti kita impas."-

"Yaudah! Kalau gitu, hapus foto gue ditwitter lo. Cepet hapus sebelum gue jadi buronan fans-fans lo."-

"Lo nggak mau jadi pacar gue?"-

Aku menatap Jaemin dengan ekspresi tak percaya. Dia bilang apa barusan?

The PAIN of Love ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang