...
Aku menarik selimutku dengan posisi setengah meringkuk dikasurku. Rasanya dingin sekali—sangat tidak normal. Badanku menggigil disertai kepalaku yang nyut-nyutan parah.
Sial. Aku pasti diserang demam.
Tenggorakanku juga rasanya panas dan gatal. Aku nggak tau ini udah jam berapa, tapi yang pasti aku udah telat ke kampus. Persetan deh sama urusan kampus. Mau bangun buat pipis aja rasanya aku nggak punya tenaga.
Aku mencoba untuk tidur kembali—berharap nanti pas bangun, kondisi tubuhku mendingan.
Aku nggak tau apakah aku benar-benar terlelap lagi atau sedang menghayal karena sakit. Kalian tau kan gimana nggak enaknya diserang demam? Kadang, banyak hal-hal aneh yang datang ketika demam. Seperti... tiba-tiba bumi serasa berputar, atau tiba-tiba semua benda membesar, dan yaa... seperti itulah.
Sekarang... aku merasakan hal aneh itu.
Aku merasakan kepalaku dielus-elus entah oleh siapa. Tapi yang pasti, tangannya begitu hangat. Aku mencoba mengeluarkan tanganku dari selimut—menggapai tangan yang sedang mengelus-elus kepalaku. Benar, tangannya hangat sekali. Aku menggenggamnya. Menarik tangan itu masuk kedalam selimutku dan terus kugenggam. Sesekali, aku menempelkan tangan hangat itu ke pipiku.
Kali ini lebih aneh, kasurku terasa lebih sempit dari biasanya. Namun, cukup enak karena rasanya hangat. Rasanya... seperti seseorang sedang memelukku.
Tapi ada yang lebih aneh lagi. Wangi ini... aku kenal wangi yang sekarang tercium di indera penciumanku. Bahkan, aku bisa mendengar suara detak jantung. Nggak mungkin kan ini suara jantungku? Nggak mungkin akan terdengar sebesar dan sedekat ini, iya kan?
Aku rasa, aku memang demam parah.
Aku mengumpulkan tenagaku hanya untuk sekedar membuka mataku—saking lemahnya aku sekarang.
Aku berhasil membuka mataku walau rasanya perih sekaligus pening.
Tuhkan, benar. Ada seseorang diranjangku—memelukku. Aku mencoba berkelit dan orang itu sepertinya sadar kalau aku sudah bangun. Aku mendongak untuk melihat siapa orang yang sedang menghangatkan sensasi dingin yang kurasa.
Aku tertawa dalam hati saat melihat orang yang kini sedang memelukku. Dia menundukkan kepalanya dan tersenyum padaku. Senyumanya sangat manis. Senyum yang menjadi salah satu alasan kenapa aku bisa jatuh cinta dengannya—senyum Na Jaemin. Bahkan dalam kondisi demam pun, aku bisa-bisanya memimpikan Jaemin.
Kacau sudah. Aku memang kacau. Bagaimana bisa aku memimpikan orang yang telah membuatku demam, huh?
Bukankah aku stress?
Aku yakin aku sedang bermimpi sekarang. Karena... nggak akan mungkin Jaemin disini sekarang. Dia nggak akan mungkin bisa masuk ke kamar kos ku.
Nggak mungkin sama sekali. Jadi, dapat kusimpulkan, bahwa aku sedang bermimpi.
Karena ini adalah mimpi, aku memejamkan kembali mataku. Ku peluk tubuh Jaemin yang hangatnya terasa begitu nyata.
***
Tidurku akhirnya selesai. Aku membuka mataku perlahan sampai terbuka sempurna. Aku diam sebentar—merasakan bagaimana perkembangan demamku. Oke, terasa lumayan membaik. Peningku juga sudah mereda.
Tapi... aku sedikit kecewa—saat tidak kutemukan siapa-siapa diranjang selain diriku sendiri.
Aku tersenyum kecut. Apasih yang kamu harapin, Seo Haera?
KAMU SEDANG MEMBACA
The PAIN of Love ✔️ [END]
Fanfiction-It's not about romance! but chill, if you're not hot! [⚠️🔞⚠️] Trigger warning [⚠️🔞⚠️] Cerita ini tidak diperuntukkan bagi kaum 17 tahun kebawah! Harsh Word // Mature Scene // Abuse // Manipulation // Stupid Scene, etc. ;Bahasa campuran.