Rumah mewah milik seorang pengusaha terkenal, Khun Eduan nampak ramai malam ini. Ruang makan penuh dengan suara anak-anaknya yang bercengkrama ringan satu sama lain. Ketujuh putra dan putrinya lengkap duduk di meja masing-masing merupakan pemandangan yang langka. Suara ramai itu terus berlanjut, hingga berhenti saat sang ayah membuka suara.
"Aguero, kau benar tidak punya kekasih?"
Pertanyaan sang ayah membuat yang ditanya tersedak makanan. Dari anak-anak yang ada di meja makan, semuanya melongo dan tak mengantisipasi pertanyaan itu. Terkecuali si bungsu Ran yang berbaik hati membantu Aguero mengambilkan air dan mengusap punggungnya.
Setelah berhasil menenangkan diri, Aguero melirik Eduan tajam. "Apa urusanmu?"
"Lihat anak ini, kucing garong!" komentar Maschenny selesai meredakan batuknya.
"Nenek lampir diam saja, awas wajahmu nanti tambah keriput." balas Hachuling menyuap sup dengan tangan kanan seraya sibuk memainkan nintendo miliknya di tangan kiri. Hampir saja si sulung melempar piring kalau Elliot tidak menahan lengannya.
"Tolong tenang sedikit semuanya. Hachuling, taruh dulu nintendo mu." tegur Asensio menghela nafas lelah. Sungguh, punya saudara banyak sama sekali bukanlah hal yang menyenangkan.
Biarpun sudah berusia di atas lima puluh enam tahun, wajah Khun Eduan tetaplah awet muda. Sampai-sampai tak sedikit yang mengira ia kakak tertua dari sekumpulan anak-anak berkepala biru ini, bukannya ayah mereka. Eduan menumpukan dagu ditangan, menatap putrinya dengan senyuman hangat.
Dan Aguero sama sekali tak merasakan kehangatan dari ekspresi sang ayah.
"Cukup jawab saja, Aguero." ujar Eduan lembut.
"Jadi ini alasanmu menyuruhku pulang ke rumah utama?" balas Aguero mulai merasakan firasat aneh. Dari awal sudah sangat aneh jika ia di panggil pulang ke kediaman utama Keluarga Khun kalau bukan urusan bisnis. Apalagi Aguero sama sekali tidak bisa menebak isi kepala Eduan, itu membuatnya kerap kali berhati-hati.
"Bisa dibilang begitu," Eduan mengiyakan. "Jadi?"
"Tidak. Tidak ada." jelas Aguero mendengus. Ia kembali memasukkan sesendok sup ke dalam mulutnya.
"Baguslah," Eduan terkekeh. "Besok kau ikut denganku."
"Untuk?"
"Menemui calon tunanganmu."
Aguero langsung berdiri menggebrak meja. Menatap nyalang sang kepala keluarga Khun yang duduk berseberangan dengannya di meja makan.
"Apa-apaan itu?" geramnya.
"Aku sudah mendapatkan calon yang cocok untuk menjadi suamimu nanti, jadi kau perlu menerimanya." jawab Eduan meminum gelas wine miliknya.
"Sekarang kau mencampuri urusan pribadiku?" decak Aguero kesal. Ia kembali duduk kala Asensio berusaha menegurnya.
"Kenapa tidak Maschenny atau Kiseia saja? Putrimu bukan hanya aku di sini."
"Jika aku memilih Maschenny, ia bisa dituduh sebagai pedofil. Dan lagi, aku yakin Kiseia tak akan cocok dengannya."
Dua gadis yang disebut namanya lagi-lagi tersedak minum masing-masing. Dalam hati bersyukur karena bukan merekalah yang akan dijodohkan, walau sebenarnya kasihan pada Aguero yang berakhir menjadi korban. Nampaknya mereka tidak menyadari sindiran tidak langsung yang Eduan katakan.
"Aku tak keberatan saat kau membuangku dulu, atau saat kau menyuruhku mengurusi perusahaan ini dan itu. Tapi soal pasangan—" Aguero menandaskan gelas jus jeruknya dalam sekali teguk. Ia menatap sang ayah tajam sebelum melanjutkan kembali perkataannya, "Bisakah kau tak ikut campur soal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Me Better .ft. BaamKhun
RomanceSetiap pertemuan selalu akan diikuti dengan perpisahan. Seperti pasang dan surut, terbit dan tenggelam, kesenangan dan kesedihan. Aguero menemukan ia membenci dirinya yang lemah. Ia gagal melindungi seorang teman sebelum kecelakaan, Baam yang terpis...