6

179 25 1
                                    

Aguero menghela nafas setelah menutup map terakhir yang harus ia periksa siang ini. Menurutnya jadwal hari ini tidak begitu padat, santai dan damai. Tapi kenapa tubuhnya terasa lelah? Apa karena ia kurang tidur semalam?

"Kau melamun lagi, nona muda?" Endorsi mendengus begitu memasuki ruangan si biru. Aguero mendengus mendengar panggilan dari si brunette tersebut.

"Berhenti memanggilku begitu, sialan."

"Oh, ayolah. Kau kan bos ku di sini?"

"Itu menggelikan jika keluar dari mulutmu."

Kini giliran Endorsi yang mendengus. Gadis berambut pendek itu meletakkan empat buah map baru yang perlu Aguero kerjakan ke atas meja. Si biru menggerutu, melirik tajam Endorsi yang bingung mengangkat sebelah alisnya.

"Apa? Ini kan tugasmu?"

Mau tak mau Aguero menarik tumpukkan berkas itu ke arahnya, mulai membuka map paling atas dan membaca isinya.

"Tunggu, kau belum siap-siap?"

Sekarang perhatian dari deretan huruf di atas kertas sana terganggu berkat pertanyaan Endorsi. "Siap-siap ke mana?"

Endorsi menepuk dahi. Ia menyalakan layar tablet kerjanya, menampakkan satu daftar kegiatan Aguero dalam sehari penuh yang sudah ia susun sejak awal bulan.

"Ayahmu menghubungiku secara pribadi kemarin. Dia bilang kau akan ikut dengannya untuk acara makan malam? Kau tidak tahu?"

Ah, Aguero hampir lupa total soal ini.

"Dia menelponmu langsung?"

Endorsi mengangguk. Ia memilih duduk di sofa samping meja kerja Aguero. "Dia bahkan memberi perintah untuk mendandanimu secara khusus,"

"Apa ini semacam makan malam perjodohanmu, nona muda?"

Aguero menutup kasar map pertama setelah membubuhi tanda tangannya di akhir halaman. Lantas menarik map lainnya dan mengulang kegiatan yang sama.

"Kau sedang datang bulan, huh? Kenapa sensitif sekali? Aku hanya bercan--"

"Ya,"

"--da. Tunggu, apa? Iya untuk yang mana?"

"Tentang makan malam."

"Heol! Benarkah? Dengan keluarga mana?"

Aguero beralih pada map ketiga. Ia melirik Endorsi yang kini menatapnya antusias.

"Keluarga Grace."

Gadis itu menggumam sebentar, memasang pose berpikir dengan mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan telunjuknya.

"Seingatku Keluarga Grace hanya punya satu penerus. Kalau kau berniat menolaknya, kau bisa rekomendasikan aku sebagai penggantimu loh. Aku tidak keberatan."

"Kau? Kenapa tidak minta ayahmu saja?"

Endorsi berdecak. Wajahnya berubah masam sembari melipat tangan di depan dada. "Pak tua itu mana peduli denganku?"

"Kurasa dia peduli? Ingat saat pesta jamuan keluarga Arie?"

"Mana mungkin! Itu hanya pencitraan saja. Kau tahu kan, banyak wartawan di sana."

"Mungkin kalau kau mengambil alih Black March atau Green April, kau akan lebih diperhatikan seperti kakak-kakakmu?"

Putri Keluarga Zahard itu menghela nafas. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Manik hazel itu melirik ke luar dinding kaca, melihat sayu hamparan Kota Seoul dari lantai empat puluh sembari mendengus.

I Like Me Better .ft. BaamKhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang