Rasanya udara begitu segar. Saat ia membuka mata, hamparan biru cakrawala menyambut pandangannya. Awan bergerak lembut mengikuti hembusan udara di atas atmosfer, dengan cerahnya mentari yang tak terasa menyengat. Sungguh hari yang indah.
Ia memilih bangkit dari posisi telentang nya. Ladang rumput dan bunga dandelion menjadi tempatnya berpijak membentang sejauh mata memandang. Semilir angin membuat beberapa kelopak terbang melintasi ruang tanpa batas. Mengikuti kemanapun angin menerbangkannya.
Pemuda itu membelakkan matanya. Sosok gadis yang ia rindukan berdiri sendiri, menghadap ke arah ujung tebing yang langsung berbatasan dengan luasnya samudra. Surai biru sepunggung itu mengikuti permainan udara yang berhembus kuat dari arah laut.
"Khun-ssi?"
Gadis itu berbalik. Menampakkan sepasang manik cobalt yang berbinar oleh pantulan sang surya. Lautan luas yang berkilau menjadi latar yang sempurna bagi sosok itu. Dengan wajah cantiknya yang mengulas senyum lebar, tak akan ada yang mampu menandingi kecantikannya.
"Baam?"
suara gadis itu terdengar begitu lembut memanggilnya. Perlahan namun pasti, surai cerahnya memudar. Perawakannya mulai terkikis menjadi kelopak bunga dandelion yang terbang bersama angin. Ia membentangkan tangannya, mengundang Baam ke dalam sebuah pelukan.
"Tidak.. tidak! Jangan pergi! Khun-ssi!"
Ia berlari. Baam bersumpah ia sudah menggunakan seluruh kekuatan yang ia miliki untuk meraih sosok itu. Namun begitu lengan mampu menginvasi jarak lebih dekat dengan sisik indah itu, gadisnya pecah berkeping-keping. Berubah menjadi helaian-helaian dandelion yang tak dapat ia gapai.
"Tidak.. jangan lagi.." bisiknya sembari terisak. Ia hanya mampu menggenggam satu helai kelopak dandelion. Namun angin lebih mencintai pecahan itu, membawanya terbang tinggi hingga hilang dalam rengkuhan jarak.
"Khun-ssi.. jangan tinggalkan aku lagi.. kumohon.."
Pria bersurai brunette terbangun begitu alarm berdering nyaring. Pipinya basah oleh lelehan air mata yang entah sejak kapan ada di sana. Begitu bangkit untuk duduk, ia melihat kamarnya sendiri. Bukan hamparan ladang rerumputan seperti sebelumnya.
Tangan di angkat. Mengusap wajah setengah basah dengan frustasi.
"Sebentar lagi.. tolong tunggu aku.. Khun-ssi"
・・ • • ✿ • • ・・
Pukul sembilan dan Aguero baru sampai di ruangannya. Sebuah rekor dimana untuk pertama kalinya ia datang di atas jam delapan tanpa ada agenda khusus. Ia bisa menebak tepat setelah pintu lift terbuka, akan ada sosok gadis dengan surai cokelat pendek yang menyebutkan waktu sang nona muda tiba di kantor.
Ting!"Jam sembilan lewat dua puluh delapan menit dan enam belas detik-woah, untuk pertama kalinya kau datang terlambat, nona muda!" ujarnya dengan setelan kemeja dan rok berwarna jingga.
"Anakku, apa kau bangun kesiangan hari ini?" tanya pemuda berjaket ungu.
"Kau pikir aku bocah yang terlambat sekolah?" Aguero mendengus, memilih melangkah masuk ke dalam ruangannya di ikuti oleh dua orang tadi.
"Wajahmu masam sekali. Apa ayahmu lagi-lagi memberi tugas?" tanya sang sekretaris menyalakan tabletnya pada aplikasi catatan. Tablet itu berpindah tangan pada Aguero, mengecek satu persatu daftar kegiatan yang akan ia lakukan hari ini.
"Tidak, tapi ada penyusup yang masuk ke kamarku tadi pagi." jawab Aguero. Ia menggeser dan menandai satu atau dua kegiatan yang mungkin perlu asistennya reschedule.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Me Better .ft. BaamKhun
RomanceSetiap pertemuan selalu akan diikuti dengan perpisahan. Seperti pasang dan surut, terbit dan tenggelam, kesenangan dan kesedihan. Aguero menemukan ia membenci dirinya yang lemah. Ia gagal melindungi seorang teman sebelum kecelakaan, Baam yang terpis...