PART 2

427 38 10
                                    

Pada pagi di bangunan sekolah di salah satu sudut kota Seoul, suara menderu dan aduan ribut setiap ruang kelas adalah hal wajib setiap harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada pagi di bangunan sekolah di salah satu sudut kota Seoul, suara menderu dan aduan ribut setiap ruang kelas adalah hal wajib setiap harinya. Sebelum Guru memasuki setiap ruangan kelas, selalu saja ada hal yang dibahas oleh para siswa dengan segala tingkah jiwa muda mereka yang menggebu.

Suasana normal di kebanyakan kelas pada sekolah menengah itu adalah, pantang tenang dan tertib sebelum diamankan oleh amukan para Guru dan juga pemukul di tangan mereka. Termasuk kelas dimana seorang Kim Sang Bum, sebagai salah satu siswa senior yang cukup dihormati dan dihargai penjuru sekolah.

Tidak, jangan pikir karena penuh prestasi dan juga perilaku baik. Tapi karena dia adalah pembuat onar di antara yang lain. Pemegang tahta politik sekolah, juga karena termasuk siswa-siswa top yang berjubah Student Counci (Indonesia : OSIS) sebagai alasan kekuasaan mereka.

Menjadikan ketua organisasi resmi terpilih sekolah saat ini sebagai kacung mereka. Karena siswa seperti Kim Bum dan orang-orangnya, perlu dilayani penuh sebagai malaikat penolong sang ketua Student Counci dengan politik kotor, dan berhasil mengangkat sang ketua pada posisinya saat ini.

Di seluruh penjuru sekolahan, Kim Bum dan beberapa orang yang lain sudah seperti yang mulia. Tak peduli sederajat atau tidak, mereka seolah punya otoritas untuk menindas dan melakukan perundungan kepada siswa manapun yang mereka mau. Dan itu tidak akan berani disalahkan oleh siswa manapun.

Semua terlalu takut, dan semua terlalu tidak siap untuk memberikan perlawanan untuk membela kebenaran. Sampai akhirnya di pagi itu, saat langit sedang cerah-cerahnya membawa langkah seorang Guru menuju ruang kelas yang dianggap neraka oleh kebanyakan Guru dan siswa yang lain.

Wanita paruh baya dengan stelan formal itu menenteng beberapa buku di lengan, serta retractable sebagai tongkat penunjuk papan tulis di tangan kirinya. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah, seseorang yang berjalan di belakang, sedang mengikutinya untuk memasuki ruang kelas yang dituju.
Sang Guru mulai memasuki ruang kelas

"Selamat pagi kelas", sapanya keras untuk menarik perhatian penjuru kelas yang setiap siswanya beradu membuat suasana ruangan semakin ribut dan kekacauannya mengalahkan medan perang

"Selamat pagi!!!"

Wanita itu mulai memukul beberapa kali meja terdepan. Memaksa perhatian seluruh siswa kembali pada tujuan awal mereka sekolah. Yaitu menuntut ilmu, bukan membuat keributan. Hentakan-hentakan kerasnya di atas meja akhirnya membuahkan hasil setelah beberapa kali

"Selamat pagi, Seonsaengnim", beberapa orang yang mendengar menjawab, dan sebagian besar panik untuk kembali pada kursi masing-masing, atau sekedar memperbaiki posisi duduk setelah mendengar sahutan selamat pagi itu dengan pukulan keras di atas meja oleh sang Guru.

THE FIXERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang